Pemasaran Destinasi
Pemasaran Destinasi
Kebun Raya Bogor, Obyek Wisata Jakarta Revitalisasi memadukannya dengan spot Kota Tua dan TMII.
S
atu setengah tahun terakhir ini Kebun Raya Bogor (KRB) terlihat berbenah diri. Tapi, per 1 Maret 2013 tarif tiket masuknya dinaikkan. Tadinya Rp 9.500/ orang menjadi Rp 15 ribu/orang untuk pengunjung lokal dan pengunjung warga negara asing menjadi Rp 25 ribu/orang. Tiket itu termasuk ke Museum Zoologi-sekarang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor. Pemanduan (local guide) untuk wisatawan asing 1–10 orang naik dari Rp 75 ribu menjadi Rp 100 ribu/guide/jam, dan grup lebih dari 10 orang tarifnya Rp 125 ribu/guide/jam. Pemanduan bagi pengunjung pelajar Rp 40 ribu/guide/jam. Kenaik an ini mengacu pada peraturan pemerintah ter baru, PP No. 106/2012. Berbeda dengan pusat-pusat lainnya di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mi salnya pusat biologi, KRB sebagai salah satu instansi di bawah LIPI menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari tiket masuk dan retribusi, jasa pemanduan, menyewakan tenda, juga dari guest house yang bisa disewa oleh umum. Kebun Raya itu kini dikepalai oleh Ir Mustaid Siregar, M.SE, sebelumnya bertugas memimpin Kebun Raya Bali dimana kapasitas untuk pariwisatanya lebih dominan. Jadi fasilitas dan pelayanan kepada pengunjung terasa lebih diperhatikan. “Selama ini kami lihat, meskipun harga tiket
masuk naik, wisatawan tidak turun. Malah terlihat semakin ramai setiap hari dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Kapat Yuriawan, Koordinator Pemandu Kebun Raya Bogor. Jumlah Pengunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012 Sumber: diolah dari matrik Data Pe ngunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012 Praktisi bisnis wisata, memang, masih saja merasa keberatan dengan kenaikan harga tiket yang tak seberapa itu. Para biro perjalanan mengeluhkan kenaikan ini karena menurut mereka tidak ada fasilitas baru yang ditawarkan.
Tapi, dari sisi fungsi utama KRB sebagai tempat penelitian dan konservasi, kenaikan tarif tiket masuk bisa juga mengontrol jumlah pengunjung. Ada kekhawatiran jika jumlah pengunjung terlalu banyak akan mengganggu konservasi lingkungan yang dibebankan dan dijalankan oleh KRB. “Itulah sebabnya prioritas pariwisata ditaruh di paling bawah. Karena fungsi utama sebenarnya konservasi lingkungan. Kalau banyak pengunjung datang, lalu membuang sampah sembarangan dan ekses lain, itu malah akan merusak hutan yang ada di sini,” lanjutnya.
Pengunjung senantiasa diingatkan tidak membuang sampah sembarangan. Caranya, melalui poster, spanduk, pengumuman melalui pengeras suara dari pusat informasi, di setiap koleksi atau titik tempat kerumunan telah disiapkan tempat sampah. Ada dua kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) yakni dari Coca-Cola dan Accor, dilakukan di sini dengan membantu penyediaan tempat sampah. Tinggal lagi diharapkan kesadaran pengunjung berpartisipasi menjaga kebersihan dan keindahan kebun raya. Jadi, KRB, satu ikon besar kota Bogor, lokasi
nya strategis, mudah dicapai dan tiket masuknya relatif murah. Ada keinginan agar seperti Singapore Botanical Garden dan berbagai kebun raya lainnya, dimana kegiatan konservasi dan pariwisata bisa berjalan beriringan. Di Singapura, masuk ke Botanic Gardens alias Kebun Rayanya memang tak perlu bayar, maka jumlah pengunjungnya setahun bisa lebih 4 juta, termasuk wisman dan wisatawan domestiknya. Hanya ke National Orchid Garden tiket masuk dewasa S$ 5 ( Rp 40.000), student dan senior citizens S$ 1, anak bebas.
Fasilitas baru Bawah: Rombongan anak sekolah memanfaatkan meeting point di sekitar Monumen Raffles untuk beristirahat sambil mendengarkan dan praktek boneka horta. Monumen Sawit (samping).
Sebenarnya dua fasilitas baru, pertama, dua fasilitas meeting point di sekitar Monumen Raffles yang tidak jauh dari pintu gerbang utama, dibangun dengan conblock, dilengkapi tempat-tempat duduk dan beberapa tempat sampah bisa digunakan bagi pengunjung dalam jumlah besar untuk beristirahat sambil makan siang setelah berkeliling.
Jumlah Pengunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012
Sumber : Diolah dari matrik Data Pengunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012.
Kedua, Monumen Kelapa Sawit baru dibangun di lokasi sekitar kelapa sawit ditanam pertama kali di kebun ini, jadi, tertua di Indonesia. Di sana juga ada anjungan berupa dek kayu dan bebe rapa bangku. Tidak sebesar kedua meeting point sebelumnya, tapi bisa dimanfaatkan juga untuk meeting point dan beristirahat sejenak. Terpikir pula hendak membangun air mancur berbentuk bunga bangkai (Amorphophalus titanum Becc).
Meeting point Monumen Raffles di dalam KRB.
18
Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013
Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013
19