semnasjateng

Page 1

KEBIJAKAN DEPDIKNAS DALAM KTSP SD/MI

Disampaikan dalam Seminar Nasional Implementasi Pengembangan Diri di SD/Mi Provinsi Jawa Tengah, 19 Maret 2008 – Di Museum Ronggowarsito - Semarang

Akur Sudianto


www.akursudianto.com

KEBIJAKAN DEPDIKNAS DALAM KTSP SEKOLAH DASAR/MI Oleh: Akur Sudianto*) Pendahuluan Tujuan Pendidikan Nasional yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepad Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat tujuan pendidikan tersebut yang amat berat namun mulia maka pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional melalui UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, melalui penjaminan terhadap empat hal yakni : (a) pemerataan kesempatan pendidikan. Bentuk nyata dari unsur ini yakni pemerintah menetapkan wajib belajar 9 tahun

(b) peningkatan mutu pendidikan. Pemerintah

mewujudkan dalam bentuk usaha meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui olah hati, olah piker, olah rasa dan olah raga (c) peningkatan relevansi pendidikan. Pemerintah berupaya agar sekolah menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dengan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia, dan (d) peningkatan efisiensi manajemen. Bentuk nyata yang diwujudkan adalah dengan cara penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Upaya untuk mencapai perihal tersebut diatas maka UU No. 20 Tahun 2003 dijabarkan dengan melahirkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang didalamnya mengatur 8 standar nasional pendidikan melalui sebuah badan yakni Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP kemudian melahirkan jabaran 8 standar nasional pendidikan dalam bentuk Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang berbagai standar yakni standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Khusus Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, pendidikan dilingkungan pendidikan dasar dan menengah maka struktur program kurikulum satuan pendidikan berisi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. ------------------------------------------------------------------------*) Widyaiswara, PPPPTK Penjas dan BK, Ketua Umum IBKS (d/h IGPI)-ABKIN 2


www.akursudianto.com

Standar Isi Standar Isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006. Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi juga memuat (a) kerangka dasar dan struktur kurikulum (b) standar kompetensi (c) kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum pada intinya mencakup 3 pilar yaitu: kelompok mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Uraian dalam materi buku ini langsung terfokus pada Pengembangan Diri. Pengembangan Diri adalah suatu kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan Pengembangan Diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulsan Satuan Pendidikan SMA/SMK sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas No. 23 Tahun 2006, adalah sebagai berikut: 1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja. 2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya. 3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan dan pekerjaannya. 4. Berpartisipas dalam penegakan aturan-aturan sosial 5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkungan global. 6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif. 3


www.akursudianto.com

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif daninovatif dalam pengambilan keputusan. 8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri. 9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sporti untuk mendapatkan hasil yang terbaik. 10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks. 11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial. 12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab. 13. Berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara secara demokratis dalam wadah NKRI. 14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya. 15. Mengapresiasi karya seni dan budaya. 16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok. 17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan. 18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun. 19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan dimasyarakat. 20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain. 21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis. 22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, dan menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dab Inggris. 23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi (SMA) 24. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (SMK).

Makna yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sepenuhnya berada di setiap satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah, yang lebih operasionalnya berada pada kemampuan para guru pengampu mata pelajaran yang diasuhnya.

4


www.akursudianto.com

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dapat dimaknai telah menyajikan tiga pilar besar sebagai rumah sebuah kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah. Pilar itu yakni: 1. Pilar Mata Pelajaran, yang di dalamnya memuat berbagai mata pelajaran dengan alokasi waktu pada setiap jenjang satuan pendidikan. 2. Pilar Muatan Lokal, yaitu segala sesuatu (diluar mata pelajaran) yang dapat dijadikan mata pelajaran dalam upaya membekali keterampilan para siswa (biasanya: keunggulan lokal), tersedia alokasi waktu dan dapat diberikan dalam bentuk ragam yang berbeda pada setiap semester. 3. Pilar Pengembangan Diri, yang di dalamnya berisi Layanan Konseling dan Kegiatan Ekstrakurikuler.

Pengembangan Diri Merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai

bagian integral dari

kurikulum sekolah/madrasah, yang mengupayakan pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. •

Pelayanan konseling berkenaan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir peserta didik. a. kehidupan pribadi b. kemampuan sosial c. kemampuan belajar d. wawasan dan perencanaan karir

•

Kegiatan ekstra kurikuler membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, minat, serta kondisi diri mereka. a. kepramukaan b. latihan kepemimpinan, KIR, palang merah remaja c. seni, olahraga, cinta alam d. keagamaan

•

Untuk pendidikan kejuruan dan khusus

pengembangan diri ditujukan untuk

pembinaan kreativitas & karir, serta kecakapan hidup.

5


www.akursudianto.com

Bentuk Pelaksanaan 1. Terprogram a. Layanan konseling dan kegiatan pendukung - Waktu untuk klasikal perlu terjadwal, masuk kelas 2 jam/minggu -

Waktu untuk kelompok dan individual tergantung situasi dan kondisi serta permasalahan

b. Kegiatan ekstrakurikuler - Waktu dan jadwal kegiatan disesuikan dengan kebutuhan, substansi dan kompetensi yang akan dicapai, serta situasi dan kondisi sekolah, namun dihargai ekuivalen 2 jam pelajaran 2. Tidak Terprogram a. Rutin, yakni kegiatan yang sifatnya pembentukan perilaku dan terjadwal seperti: upacara, ibadah, kebersihan, dsb b. Spontan, yakni perilaku terpuji dalam kejadian khusus, seperti: memberi salam, ungkapan terpuji, mengatasi masalah. c. Keteladanan, yakni perilaku yang dapat dijadikan contoh sebagai model

BIMBINGAN DAN KONSELING A.

STRUKTUR PELAYANAN KONSELING Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling

memfasilitasi

pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

1. Pengertian Konseling Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

6


www.akursudianto.com

2. Paradigma, Visi, dan Misi a.

Paradigma Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya.

Artinya, pelayanan konseling berdasarkan

kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik. b.

Visi Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

c.

Misi 1)

Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta

didik melalui pembentukan perilaku afektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan. 2) potensi

Misi

pengembangan,

dan kompetensi

yaitu memfasilitasi

peserta

didik di

pengembangan

dalam

lingkungan

sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat. 3)

Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan

masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.

B.

Bidang Pelayanan Konseling a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. 7


www.akursudianto.com

d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

C.

Fungsi Pelayanan Konseling  Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.  Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya..  Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.  Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.  Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

D.

Jenis Pelayanan Konseling •

Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. 8


www.akursudianto.com

•

Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan

pribadi,

kemampuan

hubungan

sosial,

kegiatan

belajar,

karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. •

Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

•

Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

•

Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

E.

Kegiatan Pendukung •

Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

•

Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.

•

Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.

•

Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.

•

Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.

•

Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

9


www.akursudianto.com

F.

Format Kegiatan •

Individual, yaitu format kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan.

Kelompok, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.

Klasikal, yaitu format kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas.

Lapangan, yaitu format kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

Pendekatan Khusus, yaitu format kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.

G.

Jenis Program •

Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

Program Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.

Program Harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

H.

Penyusunan Program Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi. Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor 10


www.akursudianto.com

I.

Pelaksanaan Kegiatan Di dalam jam pembelajaran sekolah/madrasah: •

Kegiatan

tatap

muka

secara

klasikal

dengan

peserta

didik

untuk

menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas. •

Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal

Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.

Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.

Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

J.

Penilaian a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani. b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung

konseling

diselenggarakan

untuk

mengetahui

dampak

layanan/kegiatan terhadap peserta didik. c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik. 11


www.akursudianto.com

d. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan. e. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

Penutup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberlakukan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 hakekatnya mengajak para guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Para guru dituntut untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Keberhasilan pendidikan berada ditangan para guru yang ditandai dengan kemampuan para guru dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi bahan ajar yang berada dalam tanggungjawabnya.

Penyusunan kurikulum berada pada setiap satuan pendidikan, dalam hal ini berada pada tangan para guru, para guru lebih tahu tentang diri peserta didik yakni bakat, minat dan kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki. Oleh karenanya para guru memiliki kewajiban moral untuk lebih memperhatikan setiap peserta didik. Tanpa perhatian guru, peserta didik yang semestinya memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang akan menjadi layu yang kelak akan menyusahkan diri, keluarga dan masyarakat. Sebab setiap peserta didik memiliki potensi untuk menjadi yang luar biasa. Apabila guru ybs. belum mampu menyusun kurikulum yang diampunya, guru ybs. dapat bergabung dengan guru sejenis baik disekolah maupun di kelompok MGP atau jika masih belum memungkinkan dapat mempergunakan kurikulum yang dibuat oleh Dinas Pendidikan.

Dengan masuknya Layanan Konseling (dalam pilar Pengembangan Diri) dalam struktur program pembelajaran, hal ini merupakan suatu kemajuan yang harus disyukuri bahwa profesi konseling telah mendapat tempat yang layak bahkan luhur, tidak seperti pada kurikulum – kurikulum sebelumnya yang bersifat fakultatif. 12


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.