26
Religi
METRO RIAU JUMAT 30 MEI 2014
Shalat Ajarkan Kedisiplinan SALAH satu peristiwa besar dalam Islam adalah Isra Miraj. Melalui peristiwa ini, umat Islam memperoleh kewajiban menunaikan shalat lima waktu. ‘’Shalat bukan kewajiban semata, tetapi sarana mencegah perbuatan keji dan mungkar,’’ kata Cendekiawan Muslim, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin. Kalau umat Islam masih melakukan hal-hal buruk, ujarnya, penyebabnya belum mampunya mereka menghayati dan memaknai shalat. Padahal, mestinya shalat menuntun seorang Muslim kepada berbagai kondisi yang bagus.
Sebab, shalat mengajarkan kedisiplinan pada aturan, seperti menghargai waktu, tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan lingkungan. ‘’Mari tegakkan shalat sebaik-baiknya dan menerapkannya dalam kehidupan,’’ paparnya dilansir republika.co.id. Pakar Alquran, Dr Mukhlis Hanafi menjelaskan, banyak hikmah yang diperoleh dari peristiwa Isra Miraj. Di antaranya, peneguhan terhadap Islam sebagai ajaran yang dapat membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Menurut dia, kini umat Islam pun perlu meneguhkan kembali bahwa Islam meru-
pakan ajaran yang moderat. ‘’Tunjukkan Islam bukanlah agama yang menyulitkan, tetapi memudahkan dalam ibadah, akhlak, dan akidah.’’ Dengan demikian, jangan sampai peristiwa Isra Miraj terhenti pada peringatan yang seremonial. Sesuatu yang berjalan sebagai rutinitas. Mukhlis mengatakan, Isra Miraj juga bukan hanya peristiwa yang mensyariatkan kewajiban shalat. Termasuk tawar-menawar Rasullullah SAW dengan Allah SWT terkait shalat 50 waktu menjadi lima waktu. Isra Miraj merupakan bukti Rasulullah SAW merupakan sosok yang tidak ingin ibadah memberat-
kan umatnya. Saat ini, tugas umat Islam memahami lebih dalam makna shalat. Shalat tak dijalankan sebatas ibadah formal. Sebaiknya, kata Mukhlis, dipahami substansinya. Ini mencegah terjadinya kesenjangan nilai agama Islam dengan perilaku umat Islam sehari-hari. Para da’i bisa membantu mewujudkan hal ini melalui dakwahnya. Bagi Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr KH Ali Mustafa Yaqub, Isra Miraj menekankan pada Muslim agar meyakini perintah Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan sesuatu yang terbaik. Semua perintah juga selalu berkaitan erat den-
Jadwal Khutbah Jumat Judul: Urgensi Sholat Dalam Kehidupan
gan kehidupan sehari-hari. Ia menambahkan, sebagian umat Islam, sudah memaknai shalat dengan baik. Shalat diperintahkan saat terjadi Isra Miraj. Sayangnya, ada umat Islam yang tak menjalankan dan memahami makna shalat. Penyebab utamanya, umat Islam enggan mempelajari agamanya sendiri. Karena itu, ada yang rutin menggelar perayaan Isra Miraj tetapi tidak shalat. Padahal, salah satu hasil penting dalam perjalanan Isra Miraj adalah shalat lima waktu. ’’Isra Miraj sebaiknya dipahami dengan lebih baik, misalnya dengan memperbaiki shalat kita,’’ katanya. (int/wsl)
Balasan Bagi Orang yang Beramal Oleh: Yana Mulyana S PdI Ketua Persatuan Islam (PERSIS) Riau
“BARANGSIAPA yang membawa amal yang baik maka baginya sepuluh kali lipat amalnya, dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka tidak dirugikan sedikitpun” (QS. Al-an’am (6): 160) Di zaman Rasululloh SAW pernah terjadi peristiwa seperti yang saat ini melanda kehidupan kita, yang lebih dikenal dengan sebutan krisis moneter, yang berakibat naiknya harga sembako maupun barangbarang lainnya. Para Sahabat ada yang mengusulkan agar Nabi SAW menekan harga terutama barang kebutuhan sehari hari. Nabi menjawab dengan sabdanya: “ Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menetapkan harga. Dia yang menahan dan membebaskannya, Dia pula yang memberikan rezki. Sesungguhnya aku tidak mau ketika bertemu dengan Allah Ta’ala kelak, dibenci oleh sebagian di antara kalian karena dianggap berbuat dzalim dalam soal harga barang” (HR. al-Khomsah kecuali an-Nasai) Dalam Islam dihalalkan menarik keuntungan dalam jual beli. Demikian juga dalam menaikkan harga barang, karena memang harga barangnya naik. Tetapi dilarang menaikkan harga barang dengan semena-mena. Apalagi dengan cara ditimbun terlebih dahulu, yang menyebabkan kesengsaraan bagi masyarakat. Perilaku demikian bukan saja bentuk kedzaliman yang dikutuk oleh agama, juga kejahatan yang tidak bisa dibiarkan oleh siapapun. Rasulullah SAW menyatakan: “ La yahtakiru illa Khathiun,
tidak ada yang menimbun barang kecuali orang yang durhaka” ( HR. Muslim). Hadits ini cukup memberi petunjuk bahwa dalam mengatasi krisis harga barang yang dinaikan dengan semena-mena oleh pasar dengan alasan apapaun, tidak cukup diatasi dengan diadakan operasi pasar atau diadakan pasar murah yang bersifat sementara. Melainkan harus ditindak dengan kekuatan dan kekuasaan. Agama membenarkan tindakan hukum bagi para pelaku penyimpangan harga, sehingga tidak digunakan sebagai kesempatan dalam kesempitan oleh pihak-pihak yang sengaja mencari keuntungan di atas kesengsaraan rakyat. Krisis ekonomi seperti yang melanda kehidupan kita pada saat ini, pernah pula terjadi pada masa pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Namun para saudagar terutama yang bergerak dibidang pangan masih ada yang memiliki hati nurani, sehingga para spekulan yang jahat yang hendak menggunakan kesempatan untuk mencari keuntungan yang sebesar besarnya dapat dikendalikan. Untuk lebih jelasnya peristiwa itu dalam tarikh tertulis sebagai berikut: Bahaya kelaparan mengancam pemerintahan Abu Bakar Ashiddiq. Orang sudah banyak berkeluh kesah mengadukan nasibnya
kembali bersidari hari ke nar karena munhari. Kian hari culnya harapan. keadaan seoDemikianlah lah tidak berseketika tampak tambah baik. sayup sayup kaMakanan terus filah itu datang berkurang. dengan unta unta Para Deryang dipenuhi mawan tidak muatan. Seribu mampu lagi ekor unta sarat berderma, para dengan muatan hartawan tidak yang berisi ganlagi mampu minyak b e r s e d e k a h . Yana Mulyana S PdI dum, goring dan roti, Sedemikian subahan makanan lit keadaan saat pokok sehari-hari. itu. Iringan kafilah yang dipKeadaan semakin sulit dan sempit. Sejumlah utusan impin oleh sahabat Utsman masyarakat datang meng- bin Affan berhenti hendak muatannya. hadap Khalifah Abu Bakar membongkar mengadukan persoalan:” Dan seketika itu para sauYa Khalifah Rasululloh! dagar bergegas mendatangi Sesungguhnya langit tiada Utsman bin Affan menawar mencurahkan hujan lagi, dan seluruh bawaannya. “Kami bumi tiada menumbuhkan bermaksud membeli semua tetumbuhan barang serum- barang bawaan tuan ini. Dan put pun. Kini rakyat meng- tentulah tuan maklum betapa hadapi petaka yang luar bi- orang-orang sangat memerasa, apakah yang mesti kita lukannya?” Demikian para saudagar itu berkata kepada perbuat?” Khalifah Abu Bakar ber- Utsman bin Affan. “Hubban wa karamatan!” kata: “ Kini pergilah (pulanglah) kalian dan tahan ujilah. Demikian jawab Utsman, Tetap bersabar! Sesungguh- “Dengan senang hati, silanya aku berharap agar Allah kan! Berapa tuan-tuan akan Ta’ala membuang kondisi memberi laba kepada saya?” “Ad-Dirhamu dirhamain! ini dari kita semua!” Hari tetap berlalu seolah Untuk setiap satu dirham tidak menghiraukan keadaan kami bayar dua dirham!” manusia pada saat itu. Na- Kata para Saudagar mun, sebagaimana bumi “U’thitu ziyadatan ‘ala ini yang senantiasa berpu- hadza! Yang lain telah memtar pada sumbunya, ia tidak beri saya laba lebih besar tetap pada satu keadaan dari itu! Jawab Utsman senantiasa berubah dan be“Arba’atan! Bagaimana ralih. Demikian pula halnya kalau empat dirham!?” para dengankehidupan manusia, saudagar menaikan tawaranmaka menjelang sore hari nya itu, terbetik kabar bahwa “U’thitu aktsara!” Yang ada kafilah yang membawa lain telah memberi saya barang dagangan milik sa- lebih dari tu. Kembali jawab habat Utsman Bin Affan tiba Utsman bin Affan dari Syam dan akan menca“ Nurbikuha khamsapai Hijaz keesokan paginya. tan!” Kami beri tuan lima Dengan cepatnya kabar dirham! Para saudagar itu itu tersebar keseluruh desa. kembali menawar Tampak mata-mata yang te“ U’thitu akstara!” Yang lah kuyu karena putus asa lain telah memberi saya
laba lebih dari itu! Kembali jawab Utsman. Akhirnya para saudagar itu tidak lagi mampu mengikuti keinginan Utsman bin Affan. Seraya mereka berkata:”Tidak ada di Madinah ini pedagang selain kami ini. Dan tidak ada pedagang lain yang mendahului kami seorang pun. Karena itu siapa gerangan yang meberi tuan laba melebihi laba yang kami tawarkan kepada Tuan?” “Sesungguhnya telah ada yang memberi penawaran kepada saya dengan sepuluh kali lipat. Maka oleh karena itu, adakah diantara tuantuan yang mau memberiku penawaran dengan laba yang lebih besar dari yang sepuluh kali lipat itu?” Jawab Utsman sekaligus bertanya. “Laa, tidak ada!” jawab saudagar itu semuanya. “ Dan sesungguhnya tidak ada orang sekaya itu di Madinah” Jawab mereka. Kemudian Utsman bin Affan pun berkata : “ Oleh karena itu saya berharap semoga disaksikan Allah, sesungguhnya sudah saya niatkan apa yang dibawa oleh seribu ekor unta ini adalah shodaqotan lillahi a’lal masakin wal fuqairil muslimin, sedekah karena Allah untuk kaum miskin dan fakir dari kamu muslimin, sebab Allah Ta’ala telah menjanjikan kepada kita : “ Man ja-a bil hasanati falahu asyru amtsaliha, barang siapa yang menegarjakan kebaikan maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat” (QS 6 : 160) Sehabis berkata demikian maka Utsman bin Affan membagi bagikan barangbarang dagangannya itu. Dan tidak ada seorangpun dari fakir Madinah mengambil bagian melebihi kecukupan untuk dirinya sendiri dan keluarganya.*
Pesan Rahasia Muadz bin Jabal
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Masjid
Drs H Basri Rakawi Drs M Tri Sakti Murhalim S Ag H Jualiaris Asman Masjid Al-Amilin (Jalan Semangka) MZuldaswar SA.g asjid Al-Bayan (Jalan Ampera) Masjid Al-Dakwah I (Kompleks CPI, Rumbai Pesisir) Abdul Hamid Arief H Syafnil Yanis Masjid Al-Dakwah II (Jalan Teratai) Marhalim S Ag Masjid Al-Fajar (Jalan Fajar) Masjid Al-Hidayah (Jalan Meranti) Khalimi Ilham S Ag Masjid Al-Hikmah (Jalan Melati) Drs H Mukni Sumber: Ikatan Masjid Indonesia Kota Pekanbaru Masjid At- Tasyakur (Jalan Taskurun) Masjid At-Tauhid (Jalan Kemuning) Masjid Al-Wahidin (Jalan Lobak)
HIKMAH
Bersedekah kepada Kerabat Oleh: Moch Hisyam DIRIWAYATKAN dari Anas, beliau berkata, “Abu Thalhah adalah salah seorang sahabat Anshar yang paling banyak memiliki harta dari kebun kurma di Madinah. Harta kekayaan yang paling disukainya adalah kebun Bairuha yang berhadapan dengan masjid. Rasulullah SAW sering masuk ke kebun itu dan minum air yang bersih di dalamnya.” Anas pun mengatakan, mengenai turunnya ayat yang berbunyi, “Kamu sekalian sekali-kali tidak sampai pada kebajikan yang sempurna sebelum kamu sekalian mendermakan sebagian harta yang kamu cintai. (QS Ali Imran:92).” Abu Thalhah datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah SWT berfirman, ‘Kamu sekalian sekali-kali tidak sampai pada kebajikan yang sempurna sebelum kamu sekalian mendermakan sebagian harta yang kamu cintai,’ sedangkan harta yang paling saya cintai adalah kebun Bairuha.’’ Kini kebun itu saya sedekahkan karena Allah, dengan harapan kebajikannya dan simpanan (pahala) nya di sisi Allah SWT, maka letakkanlah kebun itu wahai Rasulullah sesuai dengan apa yang diberitahukan Allah kepadamu.” Rasulullah SAW bersabda, “Bagus! Itulah harta yang menguntungkan. Saya telah mendengar apa yang kamu katakan dan saya berpendapat, sebaiknya kebun itu kamu jadikan sedekah kepada sanak kerabat.” Abu Thalhah berkata, “Saya laksanakan ya Rasulullah.” Kemudian Abu Thalhah membagi-bagikan kebun itu untuk sanak kerabat dan anak-anak pamannya.” (HR Bukhari dan Muslim). Kisah yang terdapat dalam hadis di atas, menunjukkan kepada kita akankeutamaan bersedekah kepada kerabat. Bersedekah itu dapat diberikan kepada siapa saja dan dapat dikelola menjadi potensi ekonomi masyarakat. Tapi, Rasulullah SAW men-
Oleh: Ina Salma Febriany SUATU HARI, Muadz bin Jabal diboncengi keledai yang dikendarai Rasulullah SAW. Di atas keledai, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Muadz, tahukah engkau hal apa yang patut engkau penuhi terhadap Allah dan satu hal lain yang pasti akan Allah penuhi terhadapmu?” Muadz terdiam lalu menjawab, “Allah SWT dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui, Ya Rasul.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Bahwasannya satu hal yang patut engkau penuhi terhadap Allah ialah bahwa engkau berjanji sepenuh hati bahwa engkau tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun (syirik) Dan
satu hal yang pasti Allah tunaikan hak-Nya untukmu ialah bahwa Dia takkan pernah menyiksa para hamba-Nya yang tidak pernah melakukan syirik.” Muadz tercengang. Dengan penuh semangat ia menjawab, “Ya Rasul, dapatkah saya sampaikan ini kepada orang-orang?” Rasulullah SAW pun menjawab, “Tahanlah. Aku khawatir orang-orang akan lengah sehingga mereka terlalu berharap keluasan rahmat Allah, kemudian malas beribadah.” (HR Bukhari) Sabda Nabi SAW mengingatkan kita kembali perihal hak dan kewajiban yang semestinya kita penuhi baik
sebagai makhluk sekaligus hamba Allah SWT. Karena status kita sebagai hamba, maka sedari proses penciptaannya pun Allah telah berikrar, “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaku.“ (QS adz-Dzariyat: 56) Begitu tinggi esensi peribadatan kepada Allah selaku Khalik dan kita yang hanya sebagai makhluk. Tentu saja beribadah kepada-Nya harus dilandasi dengan ilmu dan tauhid (pengesaan Allah). Dalam surah lain, menjadi jelas bahwa Allah juga ‘menegur’ kita untuk tidak masuk ke dalam jurang syirik. “Dan janganlah kamu menjadikan sesembahan (tuhan) yang lain
selain Allah maka kamu akan dicela dan terhina.” (QS alIsra: 22) Pesan ini bergandengan dengan perintah untuk taat pada orangtua, anjuran bersedekah, tidak mubazir, tidak terlalu pelit dan berlebihan, larangan membunuh anak karena takut miskin, larangan zina, larangan membunuh sesama, larangan memakan harta anak yatim dengan jalan yang batil, memenuhi takaran (timbangan) dengan adil, dan ditutup dengan larangan untuk tidak mengikuti apa-apa yang tidak kita ketahui (taklid buta). Sabda Rasulullah SAW di atas ditutup dengan anjuran kepada Muadz untuk tidak
langsung menyampaikan sabda itu kepada khalayak karena khawatir orang-orang terlalu bergantung pada keluasan rahmat Allah. Sehingga mereka malas berusaha, karena tahu bahwa Allah akan mengganjar mereka dengan ‘bebas siksa’ ketika mereka cukup dengan ‘tidak syirik’. Ini akan membuka peluang kemalasan dalam meningkatkan kualitas ibadah. Oleh karenanya, Muadz baru menyampaikan sabda berharga ini di detik-detik kewafatannya. Sehingga orangorang sezamannya tidak ada yang tahu. Sebuah pesan rahasia, penyelamat dari segala siksa untuk semua manusia. Dilansir republika co id *
Penceramah
FOTO: ilustrasi/int
yarankan kepada Abu Thalhah untuk menyedekahkannya kepada kerabatanya. Itu harus menjadi skala prioritas, sebelum bersedekah ke orang lain. Sebab, roh dari sedekah adalah untuk mempererat jalinan antar manusia yang dimulai dari hubungan kekerabatan, antar tetangga, kemudian pembinaan masyarakat secara lebih luas. Hal ini tampak jelas surah Al-Baqarah (2) ayat 215, “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Selain itu, dalam ajaran Islam, mempererat hubungan kekerabatan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap Muslim. Dan, pemberian sedekah kepada kerabat merupakan upaya menjaga, memelihara, dan mempertahankan hubungan kekerabatan. Ketika kita bersedekah kepada kerabat, kita mendapatkan dua pahala. Pertama, pahala sedekah itu sendiri, dan yang kedua, pahala menyambung tali kekerabatan. Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah kepada orang miskin hanya mendapatkan pahala sedekah saja, sedang sedekah kepada sanak kerabat mengandung dua keutamaan, yaitu sedekah dan menyambung tali kekerabatan.” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah) Untuk itu, dahulukan bersedekah kepada kerabat yang miskin atau yatim sebelum kepada orang lain. Allah berfirman, ’’(Kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat.’’ (QS Al-Balad: 15). Rasulullah SAW bersabda, “Untuk yang ada hubungan kekeluargaan dengannya. Kemudian apabila masih ada barulah untuk ini dan itu.” (HR Ahmad dan Muslim). Dilansir republika. co.id. (int/wsl)