Profil
24 METRO RIAU MINGGU, 26 Februari 2012
Andy F Noya
Jurnalis Berjiwa Kemanusiaan
ANDY F. NOYA bersama acara talkshow yang dipandunya, Kick Andy, berhasil merebut hati jutaan pemirsa yang rindu menyaksikan program acara televisi yang mendidik dan menginspirasi. Tidak cukup sampai di situ, pria yang tadinya pemalu ini, berusaha merangkul berbagai yayasan dan para pejuang kemanusiaan untuk menjangkau lebih banyak orangorang yang hidupnya terpuruk dan terbuang lewat yayasan Kick Andy Foundation (KAF). Andy F. Noya, begitu ia biasa memperkenalkan dirinya kala tampil memandu sebuah program talkshow di televisi yang diambil dari namanya, Kick Andy. Ia lahir dengan nama Andy Flores Noya, pada 6 November 1960 dari pasangan Ade Wilhelmus Flores Noya dan Nelly Mady Ivonne Klaarwater. Sejak kecil anak bungsu dari lima bersaudara ini hidup dalam kesederhanaan, ayahnya sehari-hari bekerja sebagai tukang servis mesin ketik sedang sang ibu membantu perekonomian keluarga dengan memanfaatkan keterampilan menjahitnya. Meski anak bungsu, Andy tergolong anak nakal dan ‘slebor’. Waktu kecil ia sering tidak pulang ke rumah, ikut mencuri mangga dan burung dara untuk dijual. Kalau tak dikasih uang, kaca-kaca rumah ia pecahkan. Kenakalan ini membuat kakak-kakaknya berpikir kalau Andy suatu saat kelak bisa menjadi penjahat. Masih jelas terekam dalam ingatan Andy saat ia mencoba membantu sang ayah memperbaiki mesin ketik, ayahnya kemudian berkata, ‘jangan kamu sentuh mesin ini’, seketika Andy sadar ayahnya tak ingin ‘mewariskan’ profesinya pada Andy. Hal tersebut dapat dimaklumi karena seperti orangtua pada umumnya, mereka ingin anakanaknya memiliki kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu, atas dorongan ayahnya, selepas menamatkan pendidikan dasarnya, Andy bersekolah di Sekolah Teknik Negeri Jayapura yang kemudian dilanjutkan ke Sekolah Teknik Mesin Negeri 6 Jakarta. Alasannya, agar Andy bisa langsung bekerja setelah lulus dan membantu orang tuanya. Namun, tanpa disadari kedua orangtua Andy, sang anak telah menentukan jalan hidupnya sendiri sejak kecil yakni menjadi seorang wartawan. Pasalnya sejak duduk di bangku SD, ia
sudah jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Selain itu ia juga senang menggambar kartun dan karikatur. Saat bersekolah di Sekolah Teknik Negeri (setara Sekolah Menengah Pertama-Red), ia sempat beberapa kali menjuarai lomba karikatur. Andy juga dikenal sebagai siswa yang cerdas, nilai akademisnya yang gemilang
bahkan pernah mengantarkan Andy sebagai lulusan terbaik STM Negeri 6. Ia juga sempat menjuarai tiga lomba mengarang tingkat SMA se-Papua. Berkat prestasi belajarnya, ia mendapat beasiswa untuk berkuliah di IKIP Padang, sekolah calon guru. Akan tetapi, karena merasa tak tertarik menjadi guru, beasiswa itu pun ditolak dan diberikannya kepada lulusan terbaik kedua. Titik balik kehidupan Andy dimulai setelah membaca artikel di sebuah majalah remaja tentang sekolah wartawan, Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta. Andy tertarik dan mendaftar ke sekolah yang kini telah berganti nama menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) itu. Jalannya untuk
mendaftar tidaklah mulus. Ia sempat terjegal dalam prosedur administratif yang ternyata tidak menerima calon mahasiswa dengan latar belakang sekolah teknik. Karena tekadnya sudah bulat, ia pun tak kehabisan akal. Ia kemudian meminta ibunya untuk berbicara pada rektor STP saat itu, Ali Moctar Hoeta Soehoet. Keinginan untuk berkarir sebagai wartawan yang sudah menggebu-gebu akhirnya membuat sang rektor menyerah dan memberikan kesempatan kepada Andy untuk ikut tes masuk. Tentunya keputusan itu bukan tanpa syarat. Untuk mengikuti tes, Andy terlebih dahulu harus meminta surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Apabila di kemudian hari nilai mata kuliahnya jelek, ia harus rela didrop out. Andy pun menyanggupi syarat-syarat tersebut, kepercayaan yang diamanatkan sang rektor dibalasnya dengan prestasi gemilang. Dengan demikian ia diperkenankan untuk melanjutkan kuliahnya di STP. Semasa di Jakarta, Andy tinggal bersama salah seorang kakaknya. Sebagai orang yang menumpang hidup, ia cukup tahu diri dengan membantu pekerjaan rumah sang kakak hingga mengasuh keponakannya. Setiap pagi ia memandikan sang keponakan, kemudian mengantar dan menjemput sekolah baru kemudian ia berangkat kuliah. Menjaga Keuangan Sebagai mahasiswa yang jauh dari orangtua, Andy harus pintar-pintar mengatur keuangannya. Penampilannya yang ‘slebor’ dengan kaos dan jeans sobek, sepatu butut dan rambut kribo yang tebal, memberi ‘keuntungan’ tersendiri bagi Andy. Setiap kali naik angkot, penampilan ‘gembel’-nya itu sering kali membuat kondektur iba sehingga tidak tega meminta ongkos. Kalau pun sang kondektur menagih ongkos, ia akan turun dari angkot itu lalu naik angkot lainnya. Penampilan ini tetap ia pertahankan saat meliput sebagai reporter di Tempo. Andy juga terpaksa nongkrong berjam-jam di perpustakaan karena tidak sanggup membeli buku. Ia memilih mencatat bahan-bahan pelajaran di buku daripada memfotokopi karena ingin menghemat uang agar bisa
makan siang gado-gado Rp 500. Kalau ada kesempatan, ia naik angkot bersama teman dengan harapan dibayari. Ia juga paling senang kalau diajak ke pesta ulang tahun sebab bisa makan gratis. Menginjak semester tiga tepatnya bulan Oktober tahun 1985, secara tidak sengaja ia melihat pengumuman lowongan kerja menjadi reporter buku Apa & Siapa terbitan Grafiti Press, anak perusahaan majalah Tempo. Awalnya ia hanya menemani temannya, belakangan ia malah ikut melamar. Setelah menjalani serangkaian tes, Andy dinyatakan lulus dan langsung diminta bekerja tepat di hari ulang tahunnya yang ke-25. Andy kemudian memutuskan untuk berhenti kuliah dan terjun total bekerja sebagai wartawan. Titik balik kehidupan Andy dimulai setelah membaca artikel di sebuah majalah remaja tentang sekolah wartawan, Sekolah Tinggi Publisistik di Jakarta. Andy tertarik dan mendaftar ke sekolah yang kini telah berganti nama menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) itu. Jalannya untuk mendaftar tidaklah mulus. Ia sempat terjegal dalam prosedur administratif yang ternyata tidak menerima calon mahasiswa dengan latar belakang sekolah teknik. Pekerjaan tersebut membawanya berkenalan dengan Rahman Tolleng, mantan Pemimpin Redaksi Suara Karya. Diakui Andy, Rahmat adalah orang pertama yang memberinya motivasi untuk maju. “Dia sering memuji, kalau nanti saya bakal jadi wartawan bagus. Dia bilang, cara saya menulis dan reportase cukup bagus. Mendengar itu, saya jadi tambah bersemangat,” ujar ayah tiga anak ini dengan penuh antusias seperti dikutip dari blog jurnalistik UIN SGD. Dua tahun kemudian, Andy diajak oleh Lukman Setiawan, bosnya di Grafitipers, untuk bergabung dengan harian ekonomi Bisnis Indonesia yang saat itu tengah dirintis. Awalnya Andy sempat ragu karena tidak merampungkan kuliahnya, namun Lukman memberi Andy keyakinan bahwa ia layak dan mampu, ada tidaknya gelar akademis tidak menjadi masalah. Mendengar hal itu, Andy pun menyambut baik ajakan tersebut, dan sekaligus tercatat sebagai 19 reporter pertama di harian tersebut. Andy bekerja selama dua tahun di Bisnis Indonesia dengan posisi sebagai
koordinator repotase dan redaktur. Selain Lukman, ada Amir Daud yang berandil besar dalam memoles Andy di masa-masa awal merintis karir sebagai wartawan. (efi)
Profil
Nama: Nama Populer: Pekerjaan Utama: Lahir: Pekerjaan: Isteri: Anak: Orang tua:
Agama: Pendidikan:
Karir:
Alamat Rumah: Telepon: Handphone: Twitter: Website:
Andy Flores Noya Andy F Noya Jurnalis, presenter talkshow Surabaya, Jawa Timur, 6 Novem ber 1960 Jurnalis, presenter talkshow Retno Palupi Mario Randy Lamas Noya Marco Randy Parama Noya Marlo Randy Ernesto Noya Ade Wilhelmus Flores Noya (Ayah) dan Nelly Mady Ivnne Klaarwater (Ibu) Kristen Katolik Diploma 3 (D-3) Sekolah Tinggi Publisistik (STP), Jakarta (1985) STM Negeri 6, Jakarta (1980) ST Negeri Jayapura (1976) SD Sang Timur, Malang (1973) Pemimpin redaksi Metro TV (2000-sekarang) Pejabat sementara Asisten Redaktur Media Indonesia (19982000) Pejabat sementara Redaktur Bidang Umum Media Indonesia (1997) Ketua Tim Breku/Penjab halaman 1&20 Media Indonesia (1997) Penjab edisi minggu Media Indonesia(1997) Redaktur edisi minggu Media Indo nesia (1997-1998) Ketua Tim Berita Keuangan Media Indonesia (1994) Asisten redaktur eksekutif Media Indonesia (1992-1993) Redaktur ekonomi/Ketua Tim Breku Media Indonesia (1993-1994) Redaktur relaksana majalah Matra (1990-1992) Redaktur majalah Matra, (19881989) Koordinator reportase majalah Matra (1989-1990) Redaktur harian Bisnis Indonesia (1987-1988) Koordinator reportase harian Bisnis Indonesia (1987-1988) Asisten redaktur harian Bisnis Indo nesia (1987-1988) Reporter harian Bisnis Indonesia (1987-1988) Reporter majalah Swa Sembada (1986-1987) Reporter Apa & Siapa majalah Tempo (1985-1986) Jalan Anggrek Bulan III, Blok D 53, Kompleks Anggrek Loka, Bumi Serpong Damai, Tangerang 021-5736378 0816-955128 twitter.com/KickAndyShow kickandy.com
Senam Sehat & Pengobatan Gratis Harian Pagi
B
a m a s er
METRO RIAU
Rp
Berwawasan dan Berkepribadian ARYADUTA H O T E L PEKANBARU
STIPAR APEPH
CAKE
Oleh-olehnya Pekanbaru
IND LAKTO