241113

Page 19

HEALTHY Pasien Bertanya, Eka Hospital Menjawab

Kaki Kiri Selalu Pegal

Sering Sakit Pinggang PERTANYAAN: Dok, belakangan ini saya sering merasakan sakit pinggang yang terasa hingga punggung. Terutama saat pagi hari. Yang saya khawatirkan, apakah saya terkena batu ginjal? Pemeriksaan seperti apa yang sebaiknya saya lakukan untuk mendapatkan diagnosa yang

tepat? Apakah pengobatan batu ginjal itu harus dengan operasi? Ny Nita, Wanita, 43 Tahun JAWABAN: Yth Ibu Nita, Terima kasih atas pertanyaannya. Sakit di pinggang memang bisa berasal dari pe-

nyakit batu ginjal. Tetapi beberapa penyakit juga bisa memberikan gejala yang sama berupa sakit di pinggang, antara lain sakit otot, saraf terjepit,dan penyakit tulang belakang. Untuk mengetahui dengan pasti, caranya mudah sekali, yaitu dengan melakukan pemeriksaan air seni dan USG. Pada umum-

19 METRO RIAU MINGGU, 24 November 2013

Tim Dokter Eka Hospital Pekanbaru Jl. Soekarno-Hatta Km. 6,5 Pekanbaru 28282 (0761) 698 99 99

Untuk pengiriman pertanyaan ke: -nurchaina@ekahospital.com HP 0897 219 0098 dian_s_lestari@ekahospital.com HP 0852 4987 1986- zulmironmr@yahoo.com HP 0823 8785 9924 herlina_dumai@yahoo.com atau SMS ke 081276980551. nya dengan pemeriksaan tersebut sudah bisa dipastikan apakah rasa sakit pinggang yang Anda rasakan berasal dari ginjal atau tidak. Untuk pertanyaan Anda mengenai apakah pengobatan batu ginjal harus dengan operasi atau tidak, maka jawabannya adalah pada umumnya tidak perlu dengan operasi.

Pengobatan batu ginjal tergantung dari beberapa hal, yaitu ukurannya, lokasi batu ginjal tersebut, serta akibat yang ditimbulkannya. Pengobatan dimulai dari mengubah kebiasaan pola makan dan minum atau diet, kemudian dengan pemberian obat pendorong batu, dan selanjutnya dengan tindakan endoskopi atau tero-

pong. Operasi merupakan jalan terakhir untuk pengobatan batu ginjal, apabila memang tidak ada pilihan lain.Semoga dapat menjawab pertanyaan Anda. Terima kasih Sumber: Dr. Pietramala Djalaludin Djaprie, SpU/ Dokter Spesialis Urologi, Eka Hospital Pekanbaru

Dr. Pietramala Djalaludin Djaprie, SpU

Batuk Rejan Mematikan Bisa Dicegah

BAT U K R E JA N, atau dalam istilah medis dikenal dengan per tusis, mungkin bukan penyakit yang sudah dikenal dari berabad- abad yang lalu. Meski begitu, penyakit ini tetap tidak boleh disepelekan. Pasalnya, batuk rejan mudah menular dan bahkan sangat mematikan. Dr Manny Alvarez, praktisi kesehatan dari New York University School of Medicine di Amerika Serikat, menjelaskan, batuk rejan sangat menular melalui

infeksi bakteri yang menyebabkan batuk dan peradangan organ-organ pernapasan bagian atas. Penyakit itu menular dari satu orang ke orang lainnya melalui

batuk atau bersin, aktivitas yang menyebarkan bakteri ke udara. Penyakit tersebut umumnya sulit didiagnosis secara dini karena gejala awalnya sering kali ringan dan mirip dengan flu. Pada beberapa orang, infeksi ini dapat memicu pneumonia (radang paru), bahkan pada kasus yang parah, batuk rejan bisa menyebabkan kematian. Batuk rejan memiliki ge-

jala batuk bertubi-tubi dengan diakhiri suara lengkingan yang membuat penderita sulit bernapas. Gejala awal batuk rejan, seperti batuk dan pilek, biasa disertai demam ringan. Setelah 10-12 hari, meningkat menjadi serangan batuk terusmenerus tanpa sempat menarik napas sehingga wajah penderitanya menjadi merah kebiruan. Menurut situs kesehatan Mayo Clinic, kematian terkait

batuk rejan jarang terjadi, tetapi kasusnya paling banyak ditemukan pada bayi dan balita. Kendati demikian, sebenarnya ada banyak cara untuk mencegah batuk rejan. Salah satu yang paling efektif untuk pencegahan penyakit tersebut adalah melalui pemberian vaksin DPT. Vaksin untuk mencegah infeksi bakteri Bordetella pertusis, penyebab batuk rejan, sudah ada sejak era 70-an. Ironisnya, beberapa tahun belakangan prevalensi batuk rejan justru mengalami peningkatan. Di Inggris, tahun 2010 terdata ada 421 kasus batuk rejan, sementara pada tahun 2011 terdapat 1.040 kasus. Menurut Alvarez, hal ini dikarenakan tidak semua vaksin memiliki efek yang permanen. Imunitas yang diperoleh dari vaksin cenderung untuk melemah seiring waktu. Ini artinya, meski mendapatkan vaksinasi saat balita, seseorang mungkin saja terkena batuk rejan pada usia remaja atau dewasa. Karena itu, kata dia, vaksinasi perlu diulang untuk mengurangi laju transmisinya. Dr Maria Ramsay, kepala bagian vaksinasi di Health Protection Agency (HPA), mengatakan, efektivitas vaksin untuk melindungi batuk rejan sangat baik, tetapi penyakit sangat menular sehingga dapat menyebar dengan cepat. “Karena itu, orangtua harus memastikan anak-anaknya divaksinasi sehingga mereka terlindungi sejak awal,” ujarnya. (net/ron)

Gagal Ginjal Juga Merusak Jantung PENYAKIT gagal ginjal juga bisa menyebabkan komplikasi seperti infeksi, masalah jantung, gangguan saraf, stroke, sampai perdarahan lambung dan usus. Pada sebagian besar kasus, komplikasi tersebut bisa berakibat lebih fatal dari penyakitnya sendiri. Menurut pakar kesehatan ginjal dr Tunggul Situmorang, SpPd-KGH, penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada pasien gagal ginjal. “Hampir 70 persen pasien gagal ginjal juga mengalami sakit jantung,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu. Kematian aktor dan penyanyi senior Kris Biantoro di usia 75 tahun setelah menderita penyakit ini selama 38 tahun kemungkinan besar juga disebabkan karena komplikasi. Terlebih Kris Biantoro cukup rajin melakukan cuci darah (dialisis) menggunakan metode CAPD di rumah. “Bagi pasien penyakit

ginjal kronik yang rutin melakukan dialisis, fungsi ginjal akan digantikan dengan terapi tersebut sehingga penyebab kematian umumnya penyakit lainnya,” papar dokter yang menjadi Direktur Utama RS PGI Cikini Jakarta ini. Dilansir dari situs health24, penyakit ginjal dapat memicu banyak penyakit yang berhubungan dengan cairan di dalam tubuh. Hal ini terkait dengan fungsi ginjal yang mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh. Jika ginjal berhenti bekerja, cairan bertambah secara berlebihan pada organ seperti paru-paru, jantung, otak, dan jaringan tubuh lainnya. Peningkatan cairan akan membuat organorgan tersebut bekerja dengan lebih keras dan mempercepat kerusakannya. Peningkatan cairan juga meningkatkan tekanan darah dan ketidakmampuan tubuh mengontrol potasium secara efektif sehingga meningkatkan

risiko serangan jantung. Karena itu, dokter akan selalu memantau kesehatan pasien gagal ginjal untuk mencegah terjadinya komplikasi. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan perkembangan keracunan ureum (produk sisa) atau keseimbangan kimiawi lainnya. Beberapa jenis obatobatan juga dapat membantu memperlambat penurunan fungsi ginjal. Namun, jika tindakan perawatan tersebut sudah tidak memadai lagi, tidak menutup kemungkinan dokter akan menyarankan dialisis. Batu ginjal dan saluran kemih termasuk dalam penyakit yang cukup sering ditemukan di Indonesia. Penyakit yang dtimbulkan oleh timbunan garam dan mineral ini bisa menyebabkan rasa nyeri hebat. Rasa nyeri sebenarnya terjadi ketika batu ginjal berjalan melewati saluran kemih. Penderita akan merasakan nyeri hebat pada punggung, perut,

atau selangkangan. Gejala lain antara lain nyeri saat berkemih, ada darah dalam urin, serta mual dan muntah. Tetapi jika ukuran batu ginjal tergolong kecil biasanya tidak akan menyebabkan rasa nyeri. Untuk membedakan nyeri akibat batu ginjal atau penyebab lain, pada umumnya nyeri batu ginjal terjadi mendadak. Sementara itu nyeri pada perut bisa juga disebabkan karena penyakit lain, misalnya usus buntu. Untuk memastikannya segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Batu ginjal bukan penyakit yang tiba-tiba muncul. Kebiasaan kurang minum air dan kurang bergerak menjadi penyebab umum timbulnya batu ginjal. Pola makan tinggi oksalat, protein, dan sodium ikut mempengaruhi penyakit ini. Makanan tinggi oksalat antara lain coklat dan sayuran berdaun hijau tua. Fakor risiko lain adalah peningkatan berat badan

dan konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Pada pria batu ginjal mulai mengintai di usia 40 tahun, sedangkan wanita mulai berisiko saat menginjak 50 tahun. Risiko juga meningkat bila ada sejarah batu ginjal dalam keluarga. Penyakit seperti tekanan darah tinggi, encok, dan infeksi saluran kemih juga bisa meningkatkan peluang menderita batu ginjal. Minum cukup air dan cairan setiap hari, menjadi cara termudah mencegah batu ginjal. sebaiknya dalam sehari minum sedikitnya 10 gelas air. Biasanya dokter juga menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan tinggi oksalat seperti teh, kopi, kacangkacangan, berry, sayuran berdaun gelap, jeruk, tahu, dan ubi jalar. Konsumsi garam dan sodium juga sebaiknya dikurangi, untuk mempermudah tubuh membuang kalsium lebih banyak dalam urin. (net/ron)

Diet Mediterania Bantu Cegah Sakit Ginjal DIET mediterania dapat mengurangi risiko penyakit ginjal pada pasien sehat. Diet jenis ini melindungi dari perkembangan kejadian penyakit ginjal kronis dan penurunan secara cepat fungsi ginjal. Studi kohor prospektif (studi obervasional pada sekelompok orang yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit), menunjukkan pada pasien yang memiliki kebiasaan makan mendekati pola diet mediterania, risiko penyakit ginjal kronis berkurang hingga 50 persen dalam periode tujuh tahun. Sebagai pembanding, kondisi ini tak dialami pasien yang tidak memiliki pola makan kaya asupan buah dan sayur serta tidak menghindari lemak jenuh dalam asupan hariannya. Minesh Khatri, MD, dan koleganya dari Columbia University Medical Center menyebutkan, meski tidak signifikan, diet mediterania bisa mendorong angka perkiraan kecepatan filtrasi glomeruli atau eGFR sebagai salah satu penanda penyakit ginjal. Menurut Khatri, saat ini metode pemulihan untuk penyakit ginjal kronis masih sangat terbatas meskipun modifikasi diet masih menjanjikan baik untuk terapi maupun pencegahan. Sejumlah penelitian juga masih terfokus pada pembatasan protein untuk pasien prakondisi penyakit ginjal. Cara ini masih menunjukkan manfaat yang terbilang sederhana. Namun, pertanyaan yang masih muncul adalah apakah pola diet lain bisa berdampak pada penyakit ginjal? juga apakah pola diet lain bisa mencegah berkembangnya kondisi penyakit? Secara spesifik, para peneliti kemudian tertarik pada potensi efek diet mediterania untuk penyakit ginjal. Pasalnya, diet ini terbukti punya efek positif pada penyakit kaardiovaskular. Pada diet mediterania, makanan yang diasup lebih banyak buah, sayur, kacangkacangan, sereal, ikan, lemak tak jenuh tunggal, serta rendah asupan produk susu, daging, lemak jenuh, dan alkohol. Diet ini banyak dikaitkan dengan kondisi yang lebih baik pada tekanan darah, kolesterol, inflamasi, dan risiko kardiovaskular secara keseluruhan. Studi kohor prospektif oleh Khatri dan kolega ini menganalisis data dari Northern Manhattan Study (NOMAS), yang melibatkan 3.300 pasien sejak 1993. Seluruh pasien mengisi

kuesioner mengenai frekuensi makanan. Khatri dan kolega kemudian mengembangkan sistem penilaian dengan sembilan poin untuk mengukur sedekat apa pola makan pasien dengan pola diet mediterania. Penelitian berfokus pada 900 pasien yang menjalani pengukuran fungsi ginjal, dan mengobservasinya selama tujuh tahun. Catatannya, responden studi kohor ini sangat beragam. Sebanyak 65 persen adalah hispanik, 17 persen kulit hitam, dan 15 persen kulit putih. Usia rata-ratanya 64, dengan tingkat eGFR 83,1 mL/menit. “Ini mengindikasikan, fungsi ginjal kelompok ini baik, bahkan pada usia ini,” ungkap Khatri. Selama masa penelitian, 14 persen pasien dengan skor diet mediterania rendah memiliki level kejadian penyakit ginjal kronis stadium III. Penelitian menunjukkan, pasien dengan skor diet mediterania tinggi berisiko lebih kecil mengalami penyakit ginjal kronis. Semakin tinggi skor diet mediterania, setiap naik satu poin, penyakit ginjal kronis berkurang 17 persen sedangkan pada kecepatan fungsi ginjal berkurang 14 persen untuk setiap satu poin peningkatan skor diet mediterania. Tren yang juga muncul dari studi ini adalah diet mediterania yang baik juga bisa meningkatkan angka eGFR. Namun, dampaknya tidak signifikan. Khatri menjelaskan peneliti butuh melakukan studi observasi yang lebih luas dan acak untuk menegaskan hasil temuan ini, sekaligus mulai menyusun mekanisme tindakan yang paling mungkin dilakukan. Diet Yoyo Picu Penyakit Banyak para pesohor tampil memukau dengan tubuh langsing, tapi tak lama tubuhnya lebih berisi. Mereka kemudian berhasil mendapatkan kembali tubuh langsing dalam waktu yang relatif singkat. Para ahli menyebutnya dengan diet yoyo. Disebut demikian karena diet tersebut mirip dengan permainan yoyo, ditarik ulur, naik turun dalam periode singkat. Menurut penelitian dr Claire Duvermoy, kardiolog dari University of Michigan (AS), berat badan yang turun naik secara fluktuatif bisa meningkatkan risiko penyakit. Ini karena diet yoyo dapat mengganggu metabolisme tubuh yang memengaruhi banyak sistem tubuh. (net/ron)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
241113 by Harian Pagi Metro Riau - Issuu