4
Metrorasi
METRO RIAU SABTU 24 MEI 2014
E ditorial Vonis Bebas Maimanah Umar UA kali divonis bebas, Maimanah Umar, anggota Dewan Perwakilan Daerah RI berusia 77 tahun ini akhirnya kembali melenggang ke Senayan. Anggota DPD petahana ini divonis bebas dalam kasus dugaan money politik pemilu legislatif lalu. Vonis bebas yang dijatuhkan pengadilan banding kepada anggota DPRD Petahana ini, wajar bila Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Riau kecewa. Betapa tidak, pada saat proses pemeriksaan, politisi telah mengakui perbuatannya. Lantas kenapa di persidangan Maimanah Umar tidak mengakui kesalahan yang diperbuat. “Kita sudah merasa kecewa dengan putusan bebas dari pengadilan Negeri (PN) Pekanbaru berberapa waktu lalu, kekecewaan itu semakin bertambah setelah hakim Pengadilan Tinggi (PT) Riau memutuskan hal yang sama,” ujar Rusidi Rusdan, anggota Bawaslu Riau. Bila dilihat dari pelanggaran yang dilakukan Maimanah, barangkali wajar bila Bawaslu meyakini, mantan anggota DPRD Riau empat periode tidak bisa lolos dari jerat hukuman. “Tapi itulah realitanya, bagaimanapun kita tetap menghormati keputusan hukum pengadilan tinggi Riau,” imbuh Rusidi. Di sisi lain, sikap Maimanah Umar yang berubah-ubah juga layak dipertanyakan. Mungkinkah dia telah berbohong? Jika benar, kapan? Apakah saat menjalani persidangan atau ketika diperiksa anggota Bawaslu. Sebab, Maimanah Umar sebelumnya pernah mengakui kesalahannya saat menjalani pemeriksaan di Bawaslu. Tanpa bermaksud memvonis dia bersalah, namun bila benar Maimanah Umar pernah mengakui ‘dosanya’ dihadapan penyidik Bawaslu Riau, maka wajar bila senator ini dicurigai telah berbohong dihadapan majelis hakim. Sebab, salah satu alasan hakim menjatuhkan vonis bebas kepada penerima penghargaan The Most Brilliant Person in ASEAN dari YP MPR RI adalah berdasarkan fakta persidangan dan saksi. Namun kita berharap, Maimanah Umar memang bersih dari segala pelanggaran, sehingga layak diberi amanah menjadi wakil rakyat Riau di Senayan. Jika sebaliknya, betapa ruginya rakyat Riau yang telah memilih wakil yang yang suka berbohong. Dan ini harus menjadi pelajaran agar berhati-hati menentukan pilihan. ***
D
Dialektika Bangunan-Bangunan Tinggi Kota Iram? Rekaman tersebut PADA awal tahun mengejutkan mer1999-an, surat-sueka apabila ia jelas rat kabar terkemumemaparkan laluka di seluruh dunia an unta dan sebuah memuat kisah penruntuhan kota puremuan yang sanba yang kelihatan gat penting dengan mengelilingi sebuah judul “Ditemukan‘runtuhan’ oasis. nya sebuah Kota Ketika rerunArab yang Megah”, “Kota legenda di Ir. RONI ARDIANSYAH MT IPU tuhan kota berhaPengamat Perkotaan/Dosen sil digali, disimArab Ditemukan”. Magister Teknik Sipil UIR pulkan bahwa situs Yang membuat tersebut berkaitan temuan arkeologis ini lebih berarti adalah penyeb- dengan kota kaum ‘Ad yang disutan nama ini di dalam Alquran. ebut di dalam Alquran. Di antara Penemuan ini membuat bingung puing-puing yang berhasil digali mereka yang sebelumnya bersi- adalah pilar-pilar tinggi yang dickukuh bahwa adanya kaum ‘Ad eritakan di dalam Alquran. Dr. Zarlins menyatakan bahwa apa hanyalah legenda. Dalam al-Quran ada menye- yang membuat kota yang disebut but tentang kota Iram yang disi- Iram ini berbeda dengan kota-kofatkan mempunyai tiang-tiang ta lain pada masanya adalah pilaryang tinggi. “Apakah kamu pilar yang digambarkan di dalam tidak memperhatikan bagaima- Alquran tersebut. Pentarikhan karna Tuhanmu berbuat terhadap bon menyatakan ia dibina sekitar kaum ’Aad?. (yaitu) penduduk 6,000 tahun sebelum masihi. MenuIram yang mempunyai bangu- rut mereka lagi, kota yang ditemui nan-bangunan yang tinggi. Yang itu adalah salah satu kota yang dimibelum pernah dibangun (suatu liki oleh kaum A’ad dan banyak lagi kota) seperti itu, di negeri-negeri yang tenggelam dalam ‘lautan’ pasir. Kisah lain sehubungan dengan perlain.”(Surah al-Fajr ayat 6-8) Kota yang dimaksud ditemu- istiwa ini tepat bersesuaian dengan kan oleh seorang arkeolog amatir, temuan-temuan arkeologis. Bagi ahli arkeologi, meskipDr. Zarins yang bertindak sebagai ketua arkeologi dalam pencarian un runtuhan tersebut sangat tersebut telah bersama-sama Nich- dashyat sehingga sukar untuk olas Clapp dan George Hedges. dilihat dengan mata kasar, ia Berdasarkan bukti tertulis terse- bagaimanapun masih lagi membut, dia berangkat untuk menggali punyai nilai yang sangat berkota yang hilang itu. Setelah lama makna kerana dalam sudut yang berusaha berhasil meminta NASA lebih besar ia membukti Alquran SPOT (Satellite Pour I’Observation merupakan kalam Allah yang de la Terre), merekamkan gambar penuh mukjizat. Kota yang dikasekitar tempat yang dimaksudkan takan mustahil untuk ditemui ini mempunyai potensi untuk dikait- akhir telah ditemui oleh seorang kan dengan kota purba Iram yang ahli arkeologi bukan muslim telah musnah, untuk mengambil dan sepertimana yang diberitahu foto satelit daerah tersebut; foto-fo- sebelum ini, rujukan utama merto itu berujung pada penemuan ini. eka adalah Alquran.*
B ual theking - 50 PNS Sudah Ambil Formulir Pendaftaran Lurah * Mantap, siap-siap kalah, Cik? - Pemprov Berlakukan 5 Kali Absen PNS * Wow, bedelaulah?
METRO RIAU
Berwawasan dan Berkepribadian
Presiden Komisaris Komisaris Pimpinan Umum Wakil Pimpinan Umum/ Pemimpin Redaksi Wakil Pemimpin Umum Pimpinan Perusahaan
: Heric Rakasiwa : Ervi : Albi Budiman : Ahmad Rodhi : Ervi : Maskur
Ada Tugu-tugu ‘Bermasalah’ di Riau ADA apa dibalik pembangunan tugu-tugu di Riau? Yang jelas, bahwa pembangunan tugu - tugu tersebut, khususnya yang berada di Kota Pekanbaru selalu terusik oleh rupa dan nama. Inilah ‘kegagalan’ pemerintah yang tidak melibatkan berbagai pihak. Baik dari tokoh masyarakat, tokoh budaya, maupun tokoh seni melayu di Riau ini. Apalagi, pembangunan tugu terkait masalah adat dan budaya melayu. Ini terkesan pembangunan tugu di Riau, tidak dikerjakan oleh ahlinya. Asal jadi dan ‘mandai-mandai (sok pandai). Hasilnya, wah, berbagai sindiran dan ejekan selalu terucap ketika masyarakat melihatnya. Ada yang salah atau memang ‘bermasalah’. Pertama. Tugu Titik Nol Pekanbaru (Tugu Zapin atau tugu Tari atau tugu Bahenol). Tugu titik nol Pekanbaru yang berdiri tegak di depan Kantor Gubernur Riau, persimpangan Jalan Sudirman dan Gajah Mada, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau itu sebagai pengganti Tugu Pesawat, yang berdiri sejak tahun 80-an. Terlihat, para penari bermain di atas ombak dengan tangan lelaki barada di atas bahu. Sementara penari perempuan posisi lengan terbuka. Ini sudah menyalahi bentuk dan ragam tarian Melayu yang dianjurkan. Pematung kelas dunia, I Nyoman Nuarta, mungkin tak bisa disalahkan. Karena karya besar seniman asal Bali ini, sudah menjewantahkan pemikiran dan waktunya pada sebuah karya yang telah dikonsep oleh pemerintah. Atau setidaknya, sketsa patung sudah dirancang oleh pemahat dan diperlihatkan lalu disetujui oleh pemerintah sendiri. Malah, dengan biaya luar biasa mencapai Rp5 miliar, tugu itu mampu menyedot APBD Riau 2011. Namun, akhirnya berubah sedikit saat penandatanganan kontrak kerja menjadi Rp4,497 miliar. Wah, hanya secuil yang dipotong untuk diserahkan ke kas negara, Rp3 juta.
Oleh Pembangunan tugu titik nol Pekanbaru (versi pemerintah) yang dulu disebut Tugu Zapin (versi masyarakat Riau, karena bentuknya seperti orang menari), menuai polemik yang tidak berkesudahhan. Bahkan ada pula menilai tugu ini dengan menyebut Tugu Tari. Wah..wah.., belum lagi nama tugu itu sempat menjadi cibiran dengan sebutan tugu ‘Bahenol’ Pekanbaru. Nah, nama-nama itu membuat tugu ini menjadi ejekan masyarakat. Ketika polemik ini mengaung, pemerintah pun dengan cepat menyebut tugu itu dengan nama tugu titik nol Pekanbaru. Padahal tugu titik nol Pekanbaru sudah ada, yaitu terletak di Gudang PT Pelindo I Pekanbaru di dekat Pasar Bawah. Tak heran bila ada pula yang menyebut tugu ini Tugu Titik Nol Pekanbaru ke-2. Hmmm...? Kedua. Tugu Keris Riau. Nah, tugu keris Riau ini juga membikin risau masyarakat Riau. Sebut saja tugu yang berbentuk keris dengan sarungnya, sebagai simbol adat melayu. Namun, tugu keris Riau yang terletak di persimpangan Jalan Diponegoro dan Jalan Pattimura, Pekanbaru itu, dinilai salah penempatannya. Pemerintah mendesain tugu keris Riau ini dengan memasang terbalik (Keris didesain menancap ke tanah. Seharusnya tugu keris Riau itu dipasang mengarah ke atas, ujung keris yang runcing mengarah ke langit. Ini menyangkut simbol adat arti dari keris tersebut. Artinya jelas berbeda. Jika keris dipasang menghujam ke tanah atau bumi, maka artinya kekalahan, yaitu menyerah kepada musuh. Sementara jika keris mengarah ke atas atau menghunus ke langit, maka menandakan kemenangan. Ini sudah dilakukan semenjak dulu, dan diingatkan oleh tetua-tetua dulu, bahwa ketika Panglima Melayu Laksamana Hang Tuah usai melawan atau membunuh
Dian Ais * musuh, ia pun mengarahkan keris ke atas. Artinya melayu tak hilang di bumi. Sedangkan bila keris menghujam ke tanah, atau bumi, maka inilah tanda kekalahan. Keris yang terkenal dimiliki Hang Tuah adalah Tameng Sari. Nama orang yang telah dihunus Hang Tuah berasal dari Jawa Dwipa bernama Tameng Sari. Petuah adat melayu ini memang sederhana. Tetapi memiliki arti yang sangat besar. Jika salah menempatan, dan bentuk yang melanggar adat, alamat kapal akan tenggelam. Jadi pemerintah jangan ‘berpandai-pandai’ (sesuka hati) bila menyangkut adat melayu Riau. Bila takut nanti disebut tak ‘beradat’ alias tidak memiliki etika dan sopan santun yang digariskan tetua-tetua melayu. Ketiga. Tugu Selamat Datang. Nah, tugu Selamat Datang di Riau ini, pemerintah mengilustrasikan seorang perempuan berpakaian melayu (labu) yang sedang membawa tepak sirih yang tentunya berisi daun sirih. Tugu selamat datang Riau ini juga berpolemik. Masyarakat Riau menilai tugu selamat datang disebut Tugu “Janda”. Karena menilai tugu yang dibuat hanya seorang perempuan. Tugu yang dibuat di zaman Walikota Pekanbaru H Herman Abdulah ini tidak mencerminkan adat resam melayu Riau. Apalagi adat dan budaya melayu sudah mengisyaratkan jauh-jauh hari, terkait etika dan bentuk ragam melayu Riau. Dalam ragam budaya adat melayu, baik dalam acara maupun petuah hidup, sudah lama disampaikan. Sebut saja, bila ada acara penyambutan tamu, maka dua orang (lelaki dan perempuan) menyambut dengan hangat dan ramah. Simbol adanya pasangan ini sebagai syarat utama, yang harus dibuat. Apalagi tepak sirih (tempat sirih yang berbentuk trapesium) itu seba-
gai simbol penyambutan tamu kehormatan. Tugu Selamat Datang Riau, yang terletak di Jalan SukarnoHatta (Arengka I), Pekanbaru ini sebenarnya sudah lama diprotes bentuk dan rupanya. Sebut saja, pernah sekali pembangunan tugu tersebut diubah. Hanya saja, pemerintah hanya memugar bentuk pondasi karena dinilai sudah menganggu pemandangan dan mengusik lalu lintas. Sementara bentuk rupa tugu hingga kini belum mendapat perhatian Pemerintah Kota Pekanbaru. Keempat. Tugu Kain Songket Riau. Tugu Kain Songket Riau yang terletak di Jalan Tuanku Tambusai Ujung dan Jalan Arengka II, Pekanbaru ini bisa diacungkan jempol. Pasalnya, kain songket yang mencirikan keunikan desain kain tradisonal milik melayu itu, seharusnya sejak dulu dibangun dalam bentuk tugu. Mesti kain songket bukan milik siapa-siapa. Tetapi Riau bisa juga mengakui kain songket milik Riau, namun memiliki ciri khas yang berbeda-beda dengan daerah lain. Hanya saja, pembangunan tugu kain songket ini ternyata masih menyisakan polemik. Sebut saja tugu kain songket dibangun setelah mendapat penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesia), terkait kain songket dibuat sepanjang 90 meter. Katanya, kain songket Riau ini dibuat terpanjang di Indonesia. Alasan itu pula MURI memberikan penghargaan kepada Evie Mairoza, ternyata juga istri Walikota Herman Abdullah. Ah, ini biasa. Jika seorang istri pejabat mendapatkan gelar atau pangkat atau jabatan dan kedudukan dalam suatu negara yang bernama Indonesia. Terlepas siapa yang memberikan ide membuat kain songket sepanjang itu, namun menjadi tanda tanya besar bahwa kain songket Riau yang dibuat ternyata tidak
dibuat satu kain. Artinya, kain songket dibuat dengan desain unik namun disambung menjadi sepanjang 90 meter. Nah? Inilah persoalannya. Seharusnya, bila ingin mendapat penghargaan, kain songket tersebut ditenun (proses pembuatan ukiran motif dengan alat pemintal kain) dengan satu kain sepanjang 90 meter. Kain sepanjang itu sama dengan satu bal (satu gulung kain). Pemberian gelar dari MURI pun dipertanyaan semua pihak? Sementara untuk desain dan bentuk motif ukiran pada kain tenun tidak menjadi permasalahan. Inilah ciri khas melayu Riau. Kelima. Tugu Ikan Selais Riau. Tugu Ikan Selais yang terletak di Jalan Sudirman, persisnya berada di depan Kantor Walikota Pekanbaru dibangun era Walikota Pekanbaru Drs H Herman Abdullah MM. Tugu Selais ini fenomenal, yang melatarbelakangi riwayat jenis ikan di Riau yang kini mulai punah-ranah. Cinta lingkungan dengan mensosialisaiskan keanekaragaman hayati (Kehati) ini dibangun dalam bentuk tugu mendapat decak kagum bagi masyarakat Riau. Hanya saja, tugu yang diberi nama Tugu Ikan Selais itu, seharusnya mirip dengan ikan yang sebenarnya. Tapi, bila dilihat dari dekat, maka terjawabnya sebuah keanehan. Sebut saja, tugu ikan selain yang terbuat dari perunggu dan didesain seorang pemahat asal pulau Jawa itu memiliki misai (sungut atau kumis) yang agak panjang. Berarti si pamahat tidak mengenal bentuk ikan selais yang sebenarnya. Jadi, tugu ikan selais yang kini terlihat, lebih tepatnya orang melayu menyebut Tugu Ikan Keli atau bahasa Minang disebut Tugu Ikan Limbat alias Tugu Ikan Lele, kata orang Jawa. Haa.. haaa.. ini tugu ikan Keli, kata orang Melayu. * * Penulis adalah penasehat Komunitas Blogger Bertuah. Kini bekerja dan aktif di bidang IT.
Dewan Redaksi: Albi Budiman, Ahmad Rodhi, Adlis Fitrajaya, Maskur, Saparudin Koto. Wakil Pemimpin Redaksi: Adlis Fitrajaya, Saparudin Koto. Redpel: Fajar W, Zulmiron, Krisman H, Wisly Susanto, Ass Redpel: Zamzami Delfi, Koordinator Liputan: Sri Lestari. Redaktur: Doris M Yahya, Santoso, Linda, Nelasari, Vivi Eliyanti, Najib Gunawan, Asril Darma, Yohana. Redaktur Foto: Cherry, Fotografer: Wahyudi. Staf Redaksi: Debsy Medya S, Riko, Dedy, Anto, Delfi, Karmawijaya. Bengkalis: Zulkarnaen, Alfisnardo. Dumai: Bambang. Indragiri Hulu: Dasmun, Zulpen, Indragiri Hilir: Sudirman, Kampar: -. Kuantan Singingi: Idi Susianto. Pelalawan: Andi Indriyanto. Rokan Hulu: F Hendrwawan. Rokan Hilir: Artudianto. Siak: Diana Sari, Soleman. Kepulauan Meranti: Susanto. Perwakilan Jakarta: HB Subagio. Kabag Pracetak: Wawan Suparwan. Teknologi Informasi: Rayi Datullah. Alamat Redaksi: Metro Grha Pena Jl. Soekarno Hatta No. 20-28, telp. 0761-7865001,7865003, Fax: 0761-7865004 Pekanbaru - Riau - Indonesia. website: www.metroriau.com, Email: metroriau.redaksi@gmail.com, metroriau@metroriau.com, Penerbit: PT. Metro Riau. Manager Keuangan: Ervi, Manager Potensa: Herlina, Kabag Iklan: Eko Satria, Kabag Sirkulasi: Hendra Gunawan, Kabag Piutang: Triono, Piutang/Kolektor: Susanto, Budi Satria, Perwakilan Iklan Jakarta: Mukhsin, Santa Modern Market Ruang Expo Lt.2, Jl. Cipaku 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Telp: 021-95605611. Fax: 021-7180747. Alamat Perusahaan: Metro Grha Pena Jl. Soekarno Hatta No. 20-28, telp: 07617865001,7865003, Fax: 0761-7865004 Pekanbaru - Riau - Indonesia. Telepon Iklan: 0761-7865003, Telepon Distribusi & Sirkulasi: 0761-1865002, 0761-1865003, 0761-1865001, Rekening Bank: Bank Kesawan No: AC 523.3000.7080 - Bank Riau No: AC 101.08.00.759. Kabag Acounting: Kartina, General Manager Percetakan: Hendra, Ombusmen: Wahyu Awalluddin SH, Ir. Sahala TP Hutabarat, SH, MH Dicetak Oleh: PT. Metro Grafindo, Metro Grha Pena Jl. Soekarno Hatta No. 20-28, Telp: 0761-7865001, Bank Riau No. AC 101.08.00.765 Pekanbaru - Riau - Indonesia (isi diluar tanggungjawab percetakan) Redaksi menerima tulisan yang bersifat umum, tidak menghina, tidak menghujat, tidak berbau SARA. Tulisan yang masuk harus dielngkapi identitas diri dan tetap melalui proses editing dengan tidak mengurangi maksud dan arti. TARIF IKLAN: Iklan FC: Rp,35.000;/mm.klm. Khusus FC halaman 1 : Rp.60.000;/mm/klm. Iklan BW: Rp. 18.000;/mm/klm. Khusus BW Halaman 1: Rp.25.000;mm/klm. Iklan sosial: Rp.10.000;/mm.klm. Iklan Display Spot Color: Rp.27.000;/mm.klm, belum termasuk PPN 10%. Email: iklan.metroriau@gmail.com.
Wartawan METRO RIAU dilengkapi dengan kartu identitas kewartawanan. Untuk informasi, kritik dan saran terkait keredaksian dan pemberitaan silakan hubungi 0761 - 7865003 atau SMS ke 085272880530 Harga dalam kota: Rp75.000,-/bulan, untuk langganan luar kota ditambah ongkos kirim.