21122014

Page 2

laporan khusus

METRO RIAU

MINGGU, 21 DESEMBER 2014

2

Penempatan Motif Ukiran Melayu

Tradisi Turun-temurun yang Terlupakan

MOTIF UKIRAN Melayu Riau memiliki nilai-nilai luhur sebuah budaya. Dasar inilah, mengapa penempatan motif melayu, menjadi simbol keagungan dari sebuah karya seni yang tinggi. Namun, tradisi turun temurun ini sudah banyak dilupakan generasi sekarang. Motif atau corak sebuah ukiran dasar dalam tradisi Melayu Riau, ternyata bukan hanya sekedar hiasan belaka. Bentuk itu memiliki fungsi dan falsafah yang patut (pantas) dari sebuah tradisi sejak turun temurun. Tak heran, bila penempatan corak ukiran, seperti pada tong sampah yang dibuat Pemerintah Kota (Pemko), beberapa waktu, dinilai tak patut? Alasan inilah mengapa Tennas Effendy, tokoh Budayawan Riau, dihadapan Metro Riau, menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali. Isyarat ini memberikan arti bahwa lelaki yang dikenal juga mampu merancang sebuah motif ukiran Melayu ini, menjadi pening. Mengapa sebuah karya seni bernilai luhur justru disalahartikan oleh generasi sekarang, atas penempatan yang salah pada ukiran selembayung di tong sampah. “Bagi orang Melayu, Khususnya Melayu Riau, motif atau corak sebuah ukiran atau tekat tak hanya menjadi hiasan semata, tapi juga dijadikan sebagai lambang yang mengandung makna dan falsafah,” sebut Tennas. Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau ini, meyakini penempatan sebuah motif memiliki nilai-nilai luhur sebuah budaya tempatan. Dasar inilah, mengapa penempatan motif melayu, menjadi simbol keagungan dari sebuah karya

seni yang tinggi. Artinya, kedudukan motif tersebut menjadi kokoh dan berfungsi pula sebagai penyebarluasan nilainilai luhur sebuah budaya. “Alasan itu mengapa penempatan motif melayu, menjadi simbol keagungan dari sebuah karya seni yang tinggi. Sehingga menjadi satu-kesatuan yang kokoh dan berfungsi pula untuk menyebarluaskan nilai-nilai luhur dari budaya melayu itu sendiri,” terangnya. Fungsi ganda pada motif, urai Tennas, mengandung arti dan sudah diatur penempatan dan pemanfaatannya oleh adat. Ia mencontohkan bahwa ada yang diperuntukkan bagi hiasan bangunan ada pula untuk tenunan, sulaman, atau pun tekat. Di zaman kerajaan, katanya, ada pula digunakan sebagai lambang. Dan ada pula dapat digunakan dimana saja. “Sehingga penempatan motif sebuah ukiran Melayu sesuai peruntukkannya sehingga dan dikenal seluruh kelompok masyarakat Riau,” terangnya. Makanya setiap motif tersebut, jelas Tennas, juga memiliki nama dan falsafat yang berbeda-beda. Namun ada pula memiliki bentuk dan nama yang sama dari daerah lain. Namun semua motif Melayu Riau, tetap mengacu pada ajaran agama Islam. “Yang penting, setiap motif Melayu Riau, tetap mengacu

ISTANA ROKAN - Salah satu bentuk motif dan bentuk ukiran Istana Rokan dan beberapa rumah penduduk sekitar ini juga memiliki koleksi ukiran yang sama. Dasar inilah, mengapa penempatan motif melayu, menjadi simbol keagungan dari sebuah karya seni yang tinggi. (int)

pada ajaran agama Islam. Artinya, seluruh motif ukiran, baik nama maupun bentuknya yang tertuang dalam adat Melayu Riau, dengan tetap menjunjung dan mengedepankan agama Islam,” ungkapnya. Nah, alasan inilah, tak jarang dengan perkembangan zaman, saat ini, peruntukkan corak dan falsafahnya semakin punah ranah (hilang). Ini juga didasari dari akibat hilangnya kerajaan Melayu. “Kepunahan berbagai unsur corak maupun maknanya, dapat dibuktikan dengan hilangnya Kerajaan Melayu Riau, sehing-

ga dampaknya pada pemahaman generasi ke generasi semakin hilang pula,” akunya. Hilangnya pemahaman atas nama dan filosofi sebuah motif melayu Riau ini, juga diakui Anas Aismana, tokoh muda Melayu Riau. Lelaki muda yang tunak dengan karya ukiran dan pahat pada motif melayu, ini juga menyebut kurangnya pemahaman pada generasi sekarang terhadap sebuah acara perkawinan melayu Riau. Baik bentuk dan rupa corak ukiran pelaminan maupun dalam pakaian pada

pengantin yang dikenakan. “Ya, generasi sekarang memang kurang memahami nama dan filosofi sebuah motif melayu Riau ini. Apalagi motif pada ukiran pelaminan maupun dalam pakaian pengantin yang dikenakan,” akunya kepada Metro Riau. Ditakutkan bila generasi muda sekarang sudah melupakan bentuk motif Melayu ini, maka ‘tak heran’ bila suatu saat nanti bisa saja negara lain akan mengklaim bahwa motif melayu ini menjadi milik mereka.

(dor)

RUMAH PANGGUNG - Rumah tradisional melayu berbentuk panggung bercat kuning pudar, terbuat dari kayu beratap seng, masih tersisa di Desa Rantau Bais, Kabupaten Rokan Hilir.(LSoenmi.blogspot)

DIBUTUHKAN SEGERA

Kami perusahaan yang bergerak di Bidang Alat Kesehatan (Medical Equipment) membutuhkan :

SALES MARKETING

CV. MULTI KARYA PRIMA • Pagar tinggi 120, 160, 200, 240, 280 • Parit Uk 20 x 30, 30 x 40

Syarat : 1. Pria 2. Berpengalaman dibidang marketing 3. Pendidikan minimal SMU/SI atau Sederajat 4. Jujur, disiplin, komunikatif dan bertang gung jawab 5. Bersedia Dinas keluar kota 6. Gaji Pokok + intensif dll

1

GARANSI

MURAH MUDAH CEPAT

Lamaran di antar langsung ke :

PT. MITRA MEDIKA RAYA Jl. Melati no. 41 B, Pekanbaru

Telp : 0761-39522

METRO RIAU Berwawasan dan Berkepribadian Presiden Komisaris Komisaris Pimpinan Umum Wakil Pimpinan Umum/ Pemimpin Redaksi Wakil Pemimpin Umum Pimpinan Perusahaan

: Heric Rakasiwa : Ervi : Albi Budiman : Ahmad Rodhi : Ervi : Maskur

thn

KUAT Alamat : Jl. Kijang Putih, Garuda Sakti KM 7.5 Telp. 7708576, 0853 5681 3733, 0813 7128 1455

Motif Melayu, Hiasan atau Dekorasi Semata PENEMPATAN ukiran tradisional Melayu ini tidaklah sembarangan. Ternyata setiap motif ukiran memiliki makna dan fungsi yang berbedabeda. Bergesernya penempatan ini menyebabkan menurunnya nilai ukiran itu sendiri. Seni ukir salah satu budaya Indonesia dijadikan cerminan seni budaya yang terdapat hampir di setiap suku di Indonesia. Berbagai ciri khas yang berbeda-beda tentunya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, baik untuk dinikmati sebagai benda pakai, maupun sebagai mata pencaharian. Menariknya, seni ukir di Indonesia adalah setiap motif tidak selalu menjadi representasi murni objek yang menjadi acuan. Seringkali objek tersebut diberi makna khusus sesuai dengan asal ukiran, begitu juga dengan ukiran tradisional Melayu. Seperti tertulis dalam buku Corak dan Ragi: Tenun Melayu Riau, 2003 setebal 220 halaman, bahwa motif ukiran Melayu diambil dari bentuk flora dan fauna, dan ada juga yang berasal dari bentuk alam semesta. Keseluruhan motif ukiran tersebut di terapkan pada bangunan atau benda peralatan lain sesuai dengan penempatan, makna, dan fungsi masingmasing. “Memang, penempatan ukiran tradisional Melayu ini tidaklah sembarangan, setiap motif ukiran memiliki makna dan fungsi yang berbeda yang akan mempengaruhi penempatannya,” aku Datuk Annas Aismana, Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau di Pekanbaru. Setiap nama ukiran tradisional Melayu, kata Datuk, melambangkan suatu gejala hidup dalam masyarakat. Apakah gejala itu merupakan gambaran kehidupan alam

atau pun melambangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Sehingga menjadi pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan masyarakat Melayu. Penggambaran kehidupan gejala alam dapat dilihat dari nama ukiran yang berasal dari tumbuhtumbuhan dan binatang. Sedangkan penggambaran sistem nilai-nilai kehidupan manusia dalam masyarakat dapat dilihat dari nama ukiran yang berasal dari kata-kata adat. Dituliskan Yayasan Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Melayu. “Alasan inilah mengapa, kondisi sekarang banyak generasi muda tidak memahami bentuk motif dan ukiran yang penempatannya tidak sesuai dan layak,” aku Datuk. Bergesernya penempatan ukiran tradisional Melayu menyebabkan menurunnya nilai ukiran itu sendiri. Padahal ukiran yang semula ditempatkan pada rumah, tekat dan benda atau peralatan tradisional, kini tidak mempertimbangkan makna tiap motif pada furnitur. Jika kondisi ini terus berlanjut, ditakutkan motif ukir Melayu hanya akan dipandang sebagai hiasan atau malah sebagai dekorasi semata. Untuk itu perlu disosialisasikan jenis-jenis ukiran Melayu menurut klasifikasi objek acuan serta makna yang terkandung dalam setiap motif. Didalam perancangan ini terdapat tujuan yang ingin disampaikan kepada masyarakat khususnya masyarakat Melayu. “Perancangan ini dilakukan untuk menjelaskan macam-macam ukiran tradisional Melayu berdasarkan jenis acuannya. Serta memberikan beberapa contoh penerapan moif ukir pada benda/ peralatan modern yang disesuaikan dengan makna motif,” jelasnya. (dors)

Dewan Redaksi: Albi Budiman, Ahmad Rodhi, Adlis Fitrajaya, Maskur, Saparudin Koto. Wakil Pemimpin Redaksi: Adlis Fitrajaya, Saparudin Koto. Redpel: Fajar W, Zulmiron, Krisman H, Wisly Susanto, Ass Redpel: Zamzami Delfi, Koordinator Liputan: Sri Lestari. Redaktur: Doris M Yahya, Santoso, Linda, Nelasari, Vivi Eliyanti, Najib Gunawan, Asril Darma, Yohana. Redaktur Foto: Cherry, Fotografer: Wahyudi. Staf Redaksi: Debsy Medya S, Riko, Dedy, Anto, Delfi, Karmawijaya. Bengkalis: Zulkarnaen, Alfisnardo. Dumai: Bambang. Indragiri Hulu: Dasmun, Zulpen, Indragiri Hilir: Sudirman, Kampar: -. Kuantan Singingi: Idi Susianto. Pelalawan: Andi Indriyanto. Rokan Hulu: F Hendrwawan. Rokan Hilir: Artudianto. Siak: Diana Sari, Soleman. Kepulauan Meranti: Susanto. Perwakilan Jakarta: HB Subagio. Kabag Pracetak: Wawan Suparwan. Teknologi Informasi: Rayi Datullah. Alamat Redaksi: Metro Grha Pena Jl. Soekarno Hatta No. 20-28, telp. 0761-7865001,7865003, Fax: 0761-7865004 Pekanbaru - Riau - Indonesia. website: www.metroriau.com, Email: metroriau.redaksi@gmail.com, metroriau@metroriau.com, Penerbit: PT. Metro Riau. Manager Keuangan: Ervi, Manager Potensa: Herlina, Kabag Iklan: Eko Satria, Kabag Sirkulasi: Hendra Gunawan, Kabag Piutang: Triono, Piutang/Kolektor: Susanto, Budi Satria, Perwakilan Iklan Jakarta: Mukhsin, Santa Modern Market Ruang Expo Lt.2, Jl. Cipaku 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Telp: 021-95605611. Fax: 021-7180747. Alamat Perusahaan: Metro Grha Pena Jl. Soekarno Hatta No. 20-28, telp: 07617865001,7865003, Fax: 0761-7865004 Pekanbaru - Riau - Indonesia. Telepon Iklan: 0761-7865003, Telepon Distribusi & Sirkulasi: 0761-1865002, 0761-1865003, 0761-1865001, Rekening Bank: Bank Kesawan No: AC 523.3000.7080 - Bank Riau No: AC 101.08.00.759. Kabag Acounting: Kartina, General Manager Percetakan: Hendra, Ombusmen: Wahyu Awalluddin SH, Ir. Sahala TP Hutabarat, SH, MH Dicetak Oleh: PT. Metro Grafindo, Metro Grha Pena Jl. Soekarno Hatta No. 20-28, Telp: 0761-7865001, Bank Riau No. AC 101.08.00.765 Pekanbaru - Riau - Indonesia (isi diluar tanggungjawab percetakan) Redaksi menerima tulisan yang bersifat umum, tidak menghina, tidak menghujat, tidak berbau SARA. Tulisan yang masuk harus dielngkapi identitas diri dan tetap melalui proses editing dengan tidak mengurangi maksud dan arti. TARIF IKLAN: Iklan FC: Rp,35.000;/mm.klm. Khusus FC halaman 1 : Rp.60.000;/mm/klm. Iklan BW: Rp. 18.000;/mm/klm. Khusus BW Halaman 1: Rp.25.000;mm/klm. Iklan sosial: Rp.10.000;/mm.klm. Iklan Display Spot Color: Rp.27.000;/mm.klm, belum termasuk PPN 10%. Email: iklan.metroriau@gmail.com.

Wartawan METRO RIAU dilengkapi dengan kartu identitas kewartawanan. Untuk informasi, kritik dan saran terkait keredaksian dan pemberitaan silakan hubungi 0761 - 7865003 atau SMS ke 085272880530 Harga langganan dalam kota: Rp110.000,-/bulan, untuk langganan luar kota ditambah ongkos kirim. REDAKTUR : DORIS

LAYOUTER : ERWIN S


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.