Seni Budaya
METRO RIAU MINGGU,, 19 MEI 2013
Riau Bakal Perkenalkan Budaya Siak ke Kancah Nasional PEKANBARU - Persatuan Wartawan Indonesia Riau menyatakan kesiapannya menjadi tuan rumah Festival Kebudayaan I tahun 2014. Festival ini nantinya diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan menjadi agenda PWI Pusat dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Jika sebelumnya kegiatan PWI Pusat dan Kemendikbud menggelar Temu Redaktur Budayaan diselenggarakan di Jakarta, maka tahun depan PWI Cabang Riau mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah kegiatan ini. Konsep kegiatan pertemuan ini dikemas dalam bentuk festival kebudayaan dengan menampilkan ragam kebudayaan dari berbagai provinsi di Indonesia," kata Ketua PWI Cabang Riau, Dhenni Kurnia. Rencananya, Festival Kebudayaan I 2014 digelar di Kabupaten Siak yang disanggupi oleh Pemkab Siak. Bahkan Bupati Siak, Syamsuar antusias menyambut ide ini. "Kami berminat untuk menjadi tuan rumah acara Temu Redaktur Budaya 2014 dan Festival Kebudayaan Nasional tingkat wartawan yang dilaksanakan oleh PWI Pusat dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," ujar Syamsuar. Dipilihnya Kabupaten Siak Sri Indrapura menjadi tuan ru-
mah Festival Kebudayaan I 2014, bermula dari pertemuan Redaktur Budaya 2012, dimana ada ide diselenggarakannya pertemuan redaktgur budaya di daerah. PWI Cabang Riau merupakan salah satu dari sejumlah PWI cabang lain yang berminat, seperti Provinsi Bali dan Maluku. Menurut Sekretaris Cabang Riau, Eka Putra, terpilihnya Riau ini sejalan dengan keinginan Pemkab Siak yang ingin menguatkan program pembangunan kebudayaan di daerahnya. Di mana siak merupakan salah satu kabupaten yang memiliki sejarah kebudayaan Melayu yang sangat kuat. "Daerah ini merupakan salah satu akar budaya Melayu tertua di Riau. Hal tersebut dibuktikan dengan berdirinya Kerjaan Siak Sri Indrapura tahun 1723 M dan kini dijadikan Pemprov Riau sebagai salah satu cagar budaya di Kabupaten Siak," jelas Eka. Wakil Ketua Bidang Ke-
budayaan PWI Pusat, Yusuf Susilo mengatakan, Temu Redaktur Kebudayaan tahun
ini dimeriahkan dengan pentas seni dari Kabupaten Siak. "Pada acara welcome party
akan dimeriahkan oleh penampilan tari tradisional dari Kabupaten Siak. Pada acara
pembukaan Temu Redaktur Budaya yang dibuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Riau juga akan menampilkan tari sekapur sirih," tutur Yusuf.
NAMA Museum Sang Nila Utama Provinsi Riau diabadikan dari seorang Raja Bintan yang mememerintah pada abad XII, yakni Sang Nila Utama. Museum sejarah ini terletak di pusat Kota Pekanbaru. Berkunjung ke museum terbesar di Daerah Riau ini sunguh menyenangkan. Selain suasana ruangan museum yang bersih dan segar, benda-benda perbakala atau peninggalan masa lampau bangsa Indonesia yang hidup di Negeri Melayu ini tertata rapi dan masih terpelihara keasliannya. Waktu luang merupakan saat-saat yang baik untuk merefresh pikiran di museum Sang Nila Utama. Kita akan menyegarkan penatnya otak dari setumpuk tugas-tugas pekerjaan. Maka untuk mengisi waktu luang sambil mengenali budaya-budaya daerah Riau yang kental dengan budaya Melayu, tak heran jika banyak orang berkunjung ke museum daerah provinsi Riau ini. Museum sejarah Melayu Sang Nila Utama persisnya terr letak di kawasan jalan Jenderal
Sudirman, Pekanbaru. Letaknya berdampingan dengan Taman Budaya Provinsi Riau dan kompleks Perkantoran Jenderal Sudirman. Lantas apa-apa saja peninggalan bersejarah masyarakat Melayu Riau yang masih terdapat dan tersimpan dengan baik dan rapi di museum ini: 1.Sepeda Onthel Soeman HS. Masyarakat Riau sudah tidak asing dengan nama H Soeman HS. Beliau adalah pujangga Melayu Riau yang tersohor di dunia sastra nasional. Bahkan namanya kini diabadikan untuk gedung Perpustakaan Wilayah dan Arsip Provinsi Riau. Salah satu peninggalan almarhum bisa ditemukan di Museum Sang Nila Utama Provinsi Riau, Jl Sudirman, Pekanbaru. Adalah sepeda onthel bermerk Releigh buatan tahun 1920-an. Barang bernilai sejarah itu ikut menghiasi deretan koleksi lainnya yang berjumlah sekitar 4.427 koleksian. Konon ceritanya, sepeda yang terletak di lantai dua museum tersebut, digunakan almarr hum dalam melakukan berbagai tugas hariannya sebagai guru dan seniman kala itu. "Sepada itu merupakan titipan dari keluarga almarhum, sebagai kenang-kenangan sejarah," ujar Endrizal, Koordinator Pemandu Museum Sang Nila Utama dalam satu kesempatan.
Menurut sejarahnya, sepeda tersebut juga pernah digunakan almarhum berkeliling Riau Daratan saat penggambar wajah Riau. Saat itu, almarhum tengah menulis roman berjudul "Mencari Pencuri Anak Perawan". Karya itu kemudian dinobatkan sebagai masterpiece dari sekian banyak karyanya yang lain. Diakui, sepeda bernilai sejarah itu termasuk satu daya tarik spesial di antara sekian banyak koleksi yang ada. Biasanya, banyak tokoh nasional yang datang hanya untuk melihat keaslian sepeda tersebut. "Biasanya setiap ada pejabat pusat yang datang, pertama kali yang dicari adalah sepeda tersebut. Menurut mereka semangat Soeman HS masih terasa tiap kali melihat sepeda itu," cerita Endrizal seorang warga Pekanbaru. 2. Pipa angguk minyak, menghiasi bagian luar museum. Disumbangkan oleh PT Caltex, sekarang berganti nama menjadi PT Chevron. Pipa ini berfungsi untuk menambang minyak dari perut bumi. Meski tidak ada penemuan manusia purba di Riau, ditampilkan sebuah replika fosil tengkorak Homo Erectus di Sangiran, Jawa Tengah. 3. Replika Prasasti Pasir Panjang dan miniatur Candi Muara Takus Pada masa kerajaan Islam, beberapa kerajaan sempat berdi-
ri di Riau dan Kepri. Di Riau berdiri kesultanan Siak yang berr pusat di Siak Sri Indrapura dan Pekanbaru. Sedangkan di Kepri berdiri kesultanan Melayu Riau yang berpusat di pulau Penyengat, Tanjungpinang. 4. Miniatur Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, replika dan lambang istana Siak Riau juga menyimpan nama sejumlah pahlawan perr juangan kemerdekaan seperti Tuanku Tambusai dan Sultan Syarif Kasim II yang namanya dipakai sebagai nama bandara internasional di kota Pekanbaru. Mahkota kebesaran beliau bisa dilihat disini, meski replikanya saja. Mahkota asli yang berlapis emas kini disimpan di museum nasional Jakarta. 5. Pelaminan adat Melayu di Pekanbaru, model pakaian adat Kuantan Singingi dan pakaian adat kota Pekanbaru. 6. Produk tekstil tradisional
yaitu kain songket. Berbeda dengan songket Minangkabau atau Palembang yang berwarna mencolok, songket Riau berwarr na pastel atau gelap. Riau juga mempunyai batik kreasi yang dikenal sebagai batik tabir. Motifnya semua bercorak flora. 8. Diorama menenun songket. Contoh songket dan batik tabir Selanjutnya dipamerkan miniatur sejumlah rumah adat di Riau. Mulai dari rumah adat di Kepri, rumah panggung ala suku Talang Mamak, hingga rumah lontiok di Kampar yang bertap runcing seperti di Sumatera Barat. 9. Rumah adat Kepri, suku Talang Mamak, dan rumah Lontiok Selain itu ditampilkan sejumlah alat musik khas Melayu, aneka senjata tradisional seperti keris dan sebuah layangan tradisional yang disebut Wau. (krm/net)
Museum Sejarah Sang Nila Utama
Me nyibak Rahasia di Balik Se de kah
SECARA matematis, semua orang mengenal bahwa sebuah pengurangan pasti akan mengurangkan jumlah dari benda yang bersangkutan. Seperti kita mempunyai 5 bungkus roti, lalu kita berikan 1 kepada orang lain, maka sisanya adalah 4. Mustahil barang yang telah dikurangi itu akan bertambah. Namun, hal itu tidak berlaku dalam matematika sedekah. Karena dalam matematika sedekah hasil dari pengurangan adalah “bertambah”. Muhammad Assad yang dikenal dengan penulis buku dengan tema sedekah kembali menghadirkan buku terbarunya, Sedekah Super Stories. Buku ketiga setelah Notes from Qatar 1 dan Notes from Qatar 2 ini akan mengupas seluk beluk sedekah, manfaat sedekah, serta hukum matematika dalam sedekah. Sedekah (the giving) adalah konsep yang sangat universal. Orang non-muslim atau bahkan yang atheis sekalipun, jika ia bersedekah, maka Tuhan akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih berlimpah. Sebut saja Bill Gates, Warren Buffet, atau Oprah Winfrey. Mereka sangat “brutal” dalam bersedekah. Akibat “kebrutalan” mereka, harta mereka terus bertambah. Seperti halnya dalam dua buku sebelumnya, dalam buku ini penulis kembali memaparkan seluk beluk dunia sedekah serta motivasi-motivasi bagi orang lain untuk membiasakan diri bersedekah, terutama pada orang yang membutuhkan. Dengan bahasa yang lugas dan sederhana penulis memaparkan konsep matematika sedekah yang mungkin masih asing bagi kebanyakan orang.
Penulis menjelaskan bahwa, matematika sedekah berbeda dengan konsep matematika normal. Di mana SOP (Standard Operating Procedure) yang berlaku sangat berbeda 180 derajat dengan matematika normal yang selama ini kita pelajari (halaman 5). Untuk memudahkan dalam memahami konsep matematika sedekah, penulis memberikan gambaran dengan cara menyelesaikan soal matematika sederhana seperti di bawah ini. 10 – 1 = ? Dalam matematika normal, jawabannya: 10 – 1 = 9 Dalam matematika sedekah, jawabannya: 10 – 1 = 19 Memang tampak ajaib dan sama sekali tidak masuk akal. Namun, penulis menekankan bahwa, seperti itulah konsep matematika sedekah. Konsep ini dijabarkan berdasarkan sebuah ayat dalam Alquran Surat AlAn’am, ayat 160, “Barang siapa membawa amal kebaikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat dari amalnya…” Dalam ayat itu Tuhan menjanjikan balasan minimal 10x lipat bagi siapa pun yang berbuat amal kebaikan, termasuk sedekah. Jadi, ketika kita punya 10 dan dikeluarkan 1 untuk sedekah, maka hasil akhirnya bukan 9, melainkan 19. Karena satu yang kita keluarkan itu diberi balasan 10 kali lipat (halaman 6). Dalam buku setebal 262 halaman ini, Muhammad Assad juga memaparkan beberapa manfaat sedekah berdasarkan Alquran dan Hadits. Beberapa manfaat itu di antaranya memperbanyak rezeki, memperpanjang umur, mendapatkan pahala dan balasan yang berlipat, serta menjauhkan bala dan musibah. Yang menakjubkan, dalam buku ini penulis juga menghimpun sejumlah testimoni atau pengalaman orang-orang yang
mempraktikkan sedekah. Mayoritas dari mereka yang kisah keajaiban sedekahnya terangkum dalam buku ini meyakini bahwa, balasan berlipat dari sedekah—seperti menambah rezeki atau mendapat balasan berlipat dari nominal sedekah yang dikeluarkan—bukan sekadar isapan jempol belaka. Seperti kisah yang dituturkan Kasyful Hadi, seorang mahasiswa yang mendapatkan dorprize 1 unit rumah Type 37 seharga Rp 107 juta. Pada 2010, tepatnya pada bulan Ramadan, Hadi bersedekah Rp.300 Ribu untuk buka puasa orang-orang di sebuah masjid. Hadi menuturkan, jika dikalkulasi, sedekah yang dia keluarkan bukan hanya dibalas 10x lipat. Tapi, lebih dari 700x lipat. Mulai Hadi mendapat beasiswa S2 di Jogja setahun, beasiswa di Karlstad University, Swedia setahun, dan mendapat hadiah rumah. Jika ditotal nominalnya hingga ratusan juta rupiah (132). Sementara itu, kelemahan buku ini terletak pada editing yang terkesan “apa adanya”. Buku ini tampak seperti copypaste dari blog penulis yang memang ditulis dengan gaya catatan harian. Terutama pada 39 kisah para pelaku sedekah yang ada di dalam buku ini. Namun, semua itu tidak mengurangi atau mengganggungi pembaca untuk memahami sekaligus memetik manfaat dari kisah-kisah yang terangkum dalam buku Sedekah Super Stories. (Peresensi adalah Alumnus IAIN Sunan Ampel Surabaya. Beberapa karyanya pernah dimuat Jawa Pos, Koran Jakarta, Radar Surabaya, Bisnis Indonesia, Riau Pos, Malang Post, Story, Hai, Annida dan beberapa media cetak dan online lainnya. Kini menetap di Sumenep, Madura. Penulis bisa disapa lewat akun Twitter-nya @ WahyudiUntung)
RESENSI BUKU Judul buku Penulis Buku Penerbit Cetakan Tebal Peresensi
(sri)
: Sedekah Super Stories : Muhammad Assad : Elex Media Komputindo : II, 2012 : viii + 262 Halaman : Untung Wahyudi
Esei
OLEH : ACHMAD SULTONI
Orangtua, Dongeng dan Anak Yang Duduk Bersama
PEMBELAJA J RA R N sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Sekalipun materi cerita diambil dari realita sebuah kehidupan, akan tetapi dalam pengkomposisian cerita dibumbuhi dengan imajinasi. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya. Umumnya sastra anak yang kita kenal adalah cerita anak atau dongeng. Nilai-nilai pada dongeng Dongeng diyakini mengajarkan nilainilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak. Namun, perlu diperiksa lebih lanjut, dongeng yang dibaca apakah benar untuk anak-anak? Adakalanya, dongeng benar ditujukan kepada anak-anak tapi nilai-nilai dari adegan yang dibangun tidak mencerr minkan untuk “anak-anak”. Karakteristik dongeng dari beberapa penelitian mengungkapkan nilai-nilai yang ada dalam dongeng, terutama dongeng tradisional perlu dikomunikasikan secara baik kepada anak. Nilai-nilai yang dibangun, antara lain
nilai kepatuhan (tidak boleh menjadi anak durhaka kepada orangtua), hubungan lakilaki dan perempuan (hormat kepada bapak ibu), juga iri dengki. Mengenalkan dongeng tradisional kepada anak bukan semata-mata hiburan saja, namun membangun pengetahuan akan budaya lokal suatu daerah dan adat istiadat daerah tersebut. Banyak pihak yang hingga memberdebatkan jikalau dongeng tradisional semisal Si Kancil Anak Nakal, atau legenda tentang Bawang Merr ah Bawang Putih, Malin Kundang, Sangkuriang dan dongeng klasik lainnya menyumbang nilai negatif bagi anak. Setiap orang boleh saja berpendapat dan menilai tentang baik dan buruknya dongeng klasik atau legenda lokal Indonesia. Akan tetapi kesemua itu harus kita pandang tidak hanya sebelah mata. Perlu ada kejelian dan kepintaran dari orang dewasa untuk menggali fakta postif yang terkandung di dalam ceritanya. Memang pada umumnya legenda asli Indonesia banyak yang mengangkat cerita dari orang dewasa, tetapi penerapan nilainya sangat longgar bila diterapkan pada anak. Contoh saja pada legenda Malinkundang, sekalipun pada inti ceritanya adalah mengangkat tema penduharkaan pada orangtua tetapi di balik itu banyak nilai positifnya. Dalam Islam tentunya tidak dianjurkan untuk berduhaka pada orangtua terlebih pada ibu. Di sinilah kedudukan orangtua jika hendak mneyampaikan nilai-nilai pada anaknya. Kedudukan orangtua sebagai filter yang menyaring yang kurang tepat menjadi tepat. Dari cerita malinkundang tersebut orangtua harus membidikan nilai yang tepat untuk anaknya, semisal tadi ada kolaborasi antara nilai moral yang dikaitkan dengan nilai Islam. Kerekatan hubungan emosional orangtua dengan anak membutuhkan kontak yang konsisten satu sama lain. Kerekatan ini penting sebagai salah satu faktor penentu perkembangan anak. Perkembangan sosial dan kepribadian anak berkembang dengan baik jikalau kerekatan anak dengan orangtuanya baik. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi menyenangkan dan kemampuan interaksi bertambah. Mereka mudah beradaptasi dan mendapat teman baru.
Porsi Psikologis Pertanyaan demikian sering hadir di tengah masyarakat kita. Sebetulnya perr tanyaan seperti itu sudah menjadi hal yang sangat klise, mengingat banyak sekali keraguan sudahkah karya-karya sastra anak dalam menyuguhkan materi juga penyampaiannya sesuai dengan kondisi psikologis anak. Terlebih lagi fenomena belakangan yang menempatkan cerita-cerita dewasa yang di terapkan pada pembelajaran sastra di sekolah dasar. Tentu menambah kekhawatiran signifikan di hati para orangtua. Sejatinya, yang demikian tidak perlu momok yang diibaratkan hantu yang sangat menakuti, sesekali waktu dapat merasuk pada diri anak sehingga sebagai hal yang sangat ditakuti. Memang beberapa waktu silam sempat beredar cerita anak yang tidak sejalan dengan etika formatif pada perkembangan psikologis anak. Dalam pandangan saya yang perlu ditekankan pada diri orangtua dan anak adalah interaksi yang komperehensif. Mengingat kedudukan ini sangat sentral dalam tumbuhkembang penalaran anak. Yang dimaksud adalah adanya interr aksi antar orangtua dan anak ketika mendongeng sebagai jembatan menuju nilai yang hendak ditanam. Orangtua harus bersimuflase seolah menjadi tokoh dalam panggung drama atau bahkan menjadi malaikat yang senantiasa berinteraksi lewat dongengnya. Kesemua ini diupayakan agar pola pikir yang terbangun pada anak, diharapkan sejak dini dapat menempati posisi yang ideal sesuai porsi perkembangan psikologisnya. *Achmad Sultoni , Lahir di Cilacap 31 Agustus 1991; adalah anggota Komunitas Penyair Institute (KPI). Masih menempuh di bangku kuliah program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Sejulah karyanya termuat di media masa semisal: Satelite Post, Majalah Frasa, Minggu Pagi, Majalah Mata, Metro Riau, R Buletin Imla. Sedang Puisi dan cerpennya dibukukan dalam anotologi bersama semisal Rindu R Mahabah, T Temu Penyair VI Lintas Derah, Antologi KPI.