Religi Doa ya yan anng Te Ter erl rlu lup upaakaan an
OLEH: SARIPUDDIN, S PD (Guru SD Islam As Shofa)
“Ya Allah jadikanlah aku orang yang mendirikan sholat, juga keturunanku, Robbana kabulkanlah permohonanku.” ( QS. 14 : 40 ) Firman Allah “0Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang menyianyiakan sholat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” Shalat adalah wasiat terakhir yang diamanatkan Rasulullah SAW kepada umatnya sewaktu akan meninggal dunia. Beliau berpesan dengan sabdanya, “Perhatikanlah shalat, perhatikanlah shalat”. Dari sabdanya itu menunjukan bahwa shalat merupakan ibadah yang diutamakan daripada ibadah lainnya. Keutamaan rukun Islam yang kedua ini banyak diterangkan dalam Al-Quran dan al-Hadits. Ibadah ini adalah tiang agama, tonggak keyakinan, pokok segala jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat itu dapat mencegah dari perbua-
tan keji dan aakhirat kita harus munkar. Pada tterus beribadah hari Qiamat kkepada Allah nanti amal SWT. S Beribayang pertama ddah kepada Alkali diperiksa llah bukan hanya adalah shalat. ssholat semata, Jika shalatnya bberbuat baik kesberes maka eesama merupabereslah selukkan ibadah juga, ruh amalnya. menghindari perm Bila rusak bbuatan maksiat maka rusakddan menjauhi SARIPUDDIN, S PD lah amal perlarangan-Nya, buatannya. ddan lain-lain. Seperti Sholat seyang sering kita ucapkan se- layaknya bisa mencegah kita tiap dalam sholat kita “Innas melakukan perbuatan maksholati wanusuqi wamahyaa- siat sebagaimana kita ketaya wa mamaati lillahi robbil hui “Inna sholata tanha ‘anil ‘aalamiin” yang artinya “Se- fahsya iwal mungkar.” Sebersungguhnya sholatku, iba- apa besarkah dampak sholat dahku, hidupku dan matiku kita bisa menghindari kita dari hanya untuk Allah tuhan se- perbuatan keji dan mungkar? mesta alam.” Sudahkah sholat kita menceSudah jelas dikatakan gah kita tidak berbuat korubahwa kehidupan kita didunia psi, mengurangi timbangan, ini hanya untuk beribadah ke- berkata jujur, tidak menggunpada Allah karena tujuan akh- jing teman kerja, menepati ir kita adalah akhirat, dunia janji, mendzalimi bawahan, hanyalah tempat persingga- dan lain sebagainya? han kedua setelah alam rahim Selayaknya sholat kita dan kehidupan dunia hanya dapat mencegah dari perbersifat semu dan sementara. buatan itu semua (maksiat), Untuk meraih kesuksesan di bahkan mendirikan sholat se-
TAUSHIYAH Salah satu perintah utama ajaran Islam pada umatnya adalah membiasakan berjamaah dalam segala aktivitas kebaikan. Baik aktivitas yang berkaitan dengan ibadah mahdhah kepada Allah SWT maupun ibadah yang terkait dengan pembangunan kesejahteraan masyarakat dan bangsa, serta umat manusia secara luas (muamalah). “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS al-Baqarah [2]: 43). “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS al-Maidah [5]: 2). Shalat berjamaah di masjid sebagai contoh, selain pahalanya lebih besar 27 kali lipat dibanding shalat sendirian, juga akan membangun silaturahim dan ukhuwah Islamiyah antara sesama orang yang shalat. Akhirnya, diharapkan akan menguatkan kesatuan dan persatuan. Bahkan, pada zaman Rasulullah, shalat berjamaah dijadikan sebagai medium kontrol terhadap perilaku dan keadaan sahabatsahabat beliau. Apabila beliau selesai mengimami shalat Subuh, beliau memalingkan tubuh
layaknya dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, menambah keimanan kita. Dulunya cuma sekedar sholat sekarang sudah mulai khusyuk, dulunya cuma sholat wajib saja sekarang sudah ditambah dengan sunat Rawatib, dulunya cuma sunat Rawatib sekarang sudah meningkat ke sunat Dhuha dan Tahajjud. Semoga kita bisa melangkah kesana, amin. Tidak setiap orang yang shalat itu selamat dari siksa, siapa yang shalatnya lalai dan riya ia akan celaka, siapa yang khusyu dan ikhlash karena Allah, ia akan selamat di akhirat. Banyak orang yang mengerjakan shalat tetapi sedikit orang yang mendirikannya. Kita harus bertanggung jawab atas keselamatan diri dan keturunan kita di dunia dan akhirat “Qu anfusikum wa ahlikum Naaro, jauhkanlah dirimu dan keluargamu dari (siksaan) api neraka.” Hidup ini tidak hanya mencari kesenangan di dunia saja, bahkan dunia yang kita miliki harus dijadikan modal dan jalan menuju surga. Orang tua yang bekerja dan berjuang untuk
membahagiakan keluarga dan keturunannya adalah orang tua yang baik dan bertanggung jawab. Tetapi banyak orang tua yang lupa, bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah masuk surga dan selamat dari neraka. Sudahkah kita mempersiapkan anak cucu kita menjadi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulnya? Kita harus memikirkan sandang, pangan, dan kehidupan mereka, tetapi jangan lupa keselamatan mereka di akhirat nanti, sebab itu didiklah mereka dan berdo’alah. Ajarkanlah mereka dengan ilmu agama yang kuat dan bermanfaat, jika suatu saat anak cucu kita jatuh ke juram kenistaan lalu mereka merasa jenuh dengan kemaksiatan yang sudah mereka lakukan, mereka pasti akan kembali ke jalan yang benar, bahkan sebelum kemaksiatan tersebut menguasai mereka, jika bekal agama sudah ditanam sejak dini. Mudah-mudahan kita dan keluarga kita bisa mengerjakan dan mendirikan sholat dengan benar dan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.*
Berjamaah dalam Muamalahh dan wajahnya ke arah jamaah sambil menanyakan apakah sahabatnya lengkap hadir atau tidak. Jika ada yang tidak hadir, ditelusurinya mengapa sampai tidak hadir. Yang sangat mengesankan, berjamaah ibadah di zaman Rasulullah dan para sahabat melahirkan semangat berjamaah dalam bidang muamalah. Misalnya, bidang ekonomi, politik, kepemimpinan, dan pengentasan kemiskinan, serta peningkatan kesejahteraan. Jamaah masjid pada saat itu menjadi jamaah dalam bidang ekonomi. Para jamaah akan membeli keperluan hidupnya hanya pada kios dagangan yang dimiliki oleh sesama jamaah. Akibatnya, perdagangan dan ekonomi umat berjalan secara baik dengan berbasiskan jamaah masjid. Artinya, berbasiskan nilainilai keimanan, ketakwaan, amanah, dan kejujuran, serta tidak ada khianat dan terjadi penipuan. Terkenallah ucapan beliau, seperti dikemukakan dalam hadis sahih, “Nahnu qoumun, laa na’kulu illaa tho’aama taqiyyin, walaa ya’kulu tho’aamanaa illaa taqiyyun” (Kami adalah kaum yang tidak pernah mengonsumsi, kecuali dari makanan orang takwa, dan tidak mengonsumsi makanan kita, kecuali orang yang bertakwa).
Oleh sebab itu, jelas terdapat garis ketakwaan yang menghubungkan antara produsen dan konsumen. Seyogyanya, jamaah masjid sekarang pun menjadi jamaah ekonomi umat. Tidak akan pernah jamaah bertransaksi pada perbankan, kecuali perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah lain-
nya, seperti asuransi syariah atau pegadaian syariah. Tidak akan pernah jamaah mengonsumsi makanan, kecuali makanan yang bersih dan halal yang diproduksi oleh sesama kaum muslimin. Hubungan antarjamaah kaum Muslimin selain dibangun atas dasar kesamaan akidah dan ibadah, juga ke-
samaan dalam bidang muamalah. Dan, jika ini yang terjadi, akan lahir kekuatan umat yang mampu berkontribusi di dalam pembangunan bangsa secara lebih luas. Karena itu, mari kita kuatkan berjamaah dalam ibadah dan dalam bidang muamalah. Dilansir republika.co.id. (int/wsl)
HIKMAH Hilangnya Rasa Malu RASULULLAH Muhammad SAW pernah R bersabda, “Iman memiliki enem puluh lebih cabang. Malu adalah satu cabang dari Iman.” (HR. Bukhari, Muslim, dan abu Dawud). Malu atau rasa malu dapat diartikan dengan kusut atau ciutnya jiwa seseorang sehingga tidak mampu dan tidak kuat untuk melakukan hal-hal yang bersifat buruk atau tercela. Orang yang malu tidak kuasa melihat dirinya hina di hadapan Allah, atau orang lain, bahkan di hadapan dirinya sendiri. Orang yang memiliki rasa malu sesungguhnya sangat mulia di hadapan Allah, orang lain, dan dirinya sendiri. Karena kedudukannya yang sangat mulia tersebut sebaiknya setiap orang mukmin tetap memelihara rasa malu yang dimiliknya. Karena jika rasa malu hilang dari seseorang maka akan mengakibatkan seseorang binasa atau mengalami malapetaka yang sangat besar. Rasulullah SAW berabda, “Sesungguhnya Allah tatkala hendak membinasakan seorang hamba, Allah mencabut rasa malu darinya. Ketika Allah telah mencabut rasa malu darinya, orang itu tidak akan mendapati dirinya
kecuali dia dibenci dan membenci orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dibenci dan membenci orang lain akan dicabut amanah (kepercayaan) darinya. Ketika amanah telah dicabut darinya dia tidak mendapati dirinya kecuali dia berkhianat dan dikhianati oleh orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dia berkhianat dan dikhianati, akan dicabut darinya rahmat. Ketika telah dicabut rahmat darinya, tidak mendapati dirinya kecuali dia dikutuk dan dilaknat. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dia dikutuk dan dilaknat, maka akan dicabut darinya tali agama Islam.” (HR. Ibnu Majah) Dari hadis tersebut dapat diketahui, sumber malapetaka yang menimpa setiap orang adalah hilangnya rasa malu. Orang yang tidak punya rasa malu biasanya akan mudah sekali melakukan hal-hal yang bersifat negatif menurut kacamata agama. Munculnya korupsi, perselingkuhan, perzinahan, pencurian, pelecehan seksual, dan perbuatan jahat lainnya yang banyak terjadi di republik kita tercinta ini semuanya diakibatkan hilangnya rasa malu pada setiap pelakunya.Dilansir republika.co.id. (int/wsl)
Pantang Berputus Asa HIDUP adalah perjuangan. Seseorang ingin mencapai kesuksesan dan kebahagiaan haruslah dengan kerja keras dan pengorbanan, dengan kesabaran dan ketabahan, terkadang dengan genangan air mata dan darah. Ammar Bugis (27 tahun) seorang wartawan dan motivator dari Jeddah mengalami kelumpuhan fisik secara total sejak usia dua bulan sampai sekarang. Tiap malam selalu menggunakan alat bantu pernapasan karena sesak saat bernafas. Ia tidak bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya kecuali dua bola mata dan lidahnya saja. Beliau sabar, tabah dan ridha atas takdir Allah bahkan bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya. Di antara nasehat-nasehat Ammar yang berkesan adalah ketika
beliau berpesan agar kita selalu bersangka baik kepada Allah atas setiap musibah yang kita alami. Allah pasti memilih kebaikan untuk kita. Ketika beliau ditanya apa hikmah yang ia peroleh dari kelumpuhan fisiknya? Beliau menjawab dengan mantap, "Yang jelas hisab saya di akhirat lebih ringan dari Anda yang sehat.'' Ia melanjutkan, ''Ini adalah suatu kebaikan untuk saya. Allah berfirman yang artinya: "Kemudian kalian benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (dunia yang kalian berlomba-lomba dan bermegah-megahan itu) " (Surah At Takatsur 8) Jawaban beliau sangat menggetarkan hati pendengarnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya:
"Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang," (Hadits Riwayat Bukhari) Ammar Bugis berpesan ketika diwawancara oleh TV Rawwad Makkah, "Orang yang melihat saya berbaring dalam keadaan lumpuh mengira saya tidak mendapatkan nikmat Allah. Sungguh Allah mengaruniakan kepada saya nikmat yang tidak terhitung banyaknya.'' "Allah mengaruniakan nikmat kepada saya nikmat Islam, Iman, akal, mata, telinga, kemauan yang kuat, perasaan, kekuatan hafalan sehingga saya dapat menghafal Al Quran (30 juz) saat saya berusia 13 tahun dan nikmat-nikmat lainnya." "Saya berpesan kepada masyarakat agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya dan
hendaknya mereka menggunakan potensi dan kelebihan yang Allah berikan untuk memperjuangkan dien Islam ini, memberikan kontribusi dan manfaat untuk masyarakat." Pesan beliau untuk orang-orang berkebutuhan khusus, "Janganlah kalian putus asa, buktikan kepada dunia bahwa anda mampu memberikan manfaat untuk masyarakat.'' "Anda harus percaya diri, bertekad kuat dan bertawakal. Ketika Allah menutup "pintu" bagi seorang hamba dengan hikmahNya pasti Allah membukakan kepadanya "pintu-pintu" lain dengan rahmat-Nya." Beliau juga berpesan, "Perbaikilah hubungan Anda dengan Allah niscaya Allah akan memperbaiki hubungan Anda dengan Manusia". Dilansir republika.co.id. (int/wsl)
31 METRO RIAU JUMAT, T 17 MEI 2013
Tanya Ustadz ? Harian Pagi Metro Riau bekerjasama dengan As Shofa membuka ruang tanya ustadz bagi kaum muslimin dan muslimat. Pertanyaan dapat dilayangkan ke email: andie_pku@yahoo.com. Atau kirim ke nomor 0813 6539 4351. Rubrik ini diasuh oleh: Ust. Qaimul Hakky dan Ustad Rahman.
TANYA Ust. Bagaimana mengatasi kesulitan dalam mencari rezeki di dunia ini (087790931378) JAWAB
Terima kasih wahai saudaraku Memang dalam menjalani usaha mencari rezeki, ada yang dalam memperolehnya mudah, ada pula yang sulit. Ada orang tanpa banting tulang, tanpa peras keringat, cukup dengan duduk dan tanda tangan mendapatkan rezeki yang berlimpah, tetapi ada pula yang sudah banting tulang dari pagi sampai sore bahkan sampai malam , hanya mendapatkan sedikit rezeki. Kunci dalam mencari rezeki adalah bersungguh –sungguh mencari rezeki yang halal dan mengharap ridho dari Allah. Besar kecilnya yang diperoleh tidak pula menjadi jaminan bahwa manusia bahagia atau sengsara, karena didalam rezeki tersebut yang paling penting itu adalah berkahnya. Allah Ta’ala telah berfirman : “Dan tidaklah yang melata di muka bumi ini melainkk an Allahlah yang memberi rezkinya.” (QS. Hud : 6) Keyakinan yang mantap adalah bekal utama dalam menjalani asbab (usaha) mencari rezeki. Ar Rahman yang menjadikan dunia ini sebagai negeri imtihan (ujian), telah memberikan jalan keluar terhadap problem yang dihadapi manusia. Diantaranya 1. Berusaha dan Bekerja ; “Kalau telah ditunaikan shalat Jum’at maka bertebaranlah di muka bumi dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kalian bahagia.”(QS. Al Jumu’ah : 10) Rezeki Allah itu harus diusahakan dan dicari., tidak datang dengan sendirinya , frekwensi usaha akan banyak berpengaruh terhadap volume rezeki kita.Walaupun akhirnya semua keputusan kita serahkan kepada Allah. 2. Taqwa T ; Allah Ta’ala telah menyatakan “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thala : 2) Yaitu ‘dari jalan yang tidak diperkirakan dan diangankanangankan,’ demikian komentar Qatadah, seorang tabi’in (Tafsir Ibnu Katsir 4/48). Lebih jelas lagi Syaikh Salim Al Hilali mengatakan bahwa Allah Yang Maha Tinggi dan Agung memberitahukan, barangsiapa yang bertaqwa kepada-Nya niscaya Dia akan memberikan jalan keluar terhadap problem yang dihadapinya dan dia akan terbebas dari mara bahaya dunia dan akhirat serta Allah akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangkasangka (Bahjatun Nadhirin 1/44). 3. Tawakkal T ; Allah berfirman :“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaq : 3) Yakni ‘barangsiapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi apa yang dia inginkan,” demikian kata Imam Al Qurthubi dalam dalam Al Jami’ Ahkamul Qur’an, 8/106. Dan tidak dinamakan tawakkal bila tidak menjalani usaha. Sesungguhnya menjalani usaha merupakan bagian dari tawakkal itu sendiri. Oleh karena itu Ibnul Qoyyim mengatakan :”Tawakkal dan kecukupan (yang Allah janjikan) itu, bila tanpa menjalani asbab yang diperintahkan, merupakan kelemahan semata, sekalipun ada sedikit unsur tawakkalnya. Hal yang demikian itu merupakan tawakkal yang lemah. Maka dari itu tidak sepantasnya seorang hamba menjadikan sikap tawakkal itu lemah dan tidak berbuat dan berusaha. Seharusnya dia menjadikan tawakkal tersebut bagian dari asbab yang diperintahkan untuk dijalani, yang tidak akan sempurna makna makna tawakkal kecuali dengan itu semua.” (Zadul Ma’ad 2/315). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan kita dalam riwayat yang shahih : “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah denagn sebenar-benar tawakkal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana burung diberi rezeki, pergi dipagi hari dalam keadaan perut kosong, (dan) pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. An Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah) 4. Syukur; Allah berfirman, “Kalau seandainya kalian bersyukur, sungguh-sungguh Kami akan menambah untuk kalian (nikmat-Ku) dan jika kalian mengingkarinya, sesungguhnya adzab-Ku sangat keras.” (QS. Ibrohim : 7) Oleh karena itu dengan cara bersyukur insya Allah akan mudah urusan rezeki kita. Adapun hakekat syukur adalah : “mengakui nikmat tersebut dari Dzat Yang Maha Memberi nikmat dan tidak mempergunakannya untuk selain ketaatan kepada-Nya,” begitu Al Imam Qurthubi menerangkan kepada kita (tafsir Qurthubi 9/225) 5. Berinfaq ; Sebagian orang barangkai menyangka bagaimana mungkin berinfaq dapat mendatangkan rezeki dan karunia Allah, sebab denagn berinfaq harta kita menjadi berkurang. Ketahuilah Dzt Yang maha Memberi Rezeki telah berfirman : “Dan apa-apa yang kalian infaqkan dari sebagian harta kalian, maka Allah akan menggantinya.” (QS. Saba: 39) 6. Silaturahmi ; Dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :“Barangsiapa yang berkeinginan untuk dibentangkan rezeki baginya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung silaturohmi.” (HR. Bukhori Muslim) 7. Doa ; Allah memberikan senjata yang ampuh bagi muslimin berupa doa. Dengan berdoa seorang muslim insya Allah akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menuntun kita agar berdoa tatkala kita menghadapi kesulitan rezeki. “Ya Allah aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima.” (HR. Ibnu Majah dan yang selainnya).*