Zine fememenisme #1: Gebak-gebuk Cinta

Page 23

Tetangga, Ia mendengar bisik-bisik tetangga, mereka bilang perempuan zaman sekarang tak bermoral. Mereka bilang jika seorang perempuan kehilangan selaput daranya, maka perempuan tersebut sudah “rusak�. Bayangkan sebuah keramik yang pecah ujar mereka, tak mungkin diperbaiki dan tak bisa berfungsi lagi. Benarkah ia seorang manusia layak disandingkan dengan keramik yang bahkan tak bernafas dan tak bisa merasakan kesakitan? Perih, Perih ia rasakan, bukan hanya pada vaginanya yang ditumbuhi rambut saja belum, tetapi juga hatinya. Siangmalam ia tak tidur memikirkan kemana ia harus berlari, siapakah yang akan berpihak padanya? Kemanakah ia harus mengadu? Karena tidak hanya keluarga tetapi juga masyarakat sepertinya membenci perempuan. Bahkan oleh sesama perempuan. Kisah, Ia putuskan untuk memendam kisahnya. Ia takut mempermalukan nama keluarga dan tak siap dicemooh oleh masyarakat. Ia melihat sang paman masih hidup bebas, melenggang kesana kemari bersama istri dan anaknya. Disanjung-sanjung oleh Ayah dan Ibu nya karena prestasinya sebagai pejabat negara. Kata mereka paman adalah contoh laki-laki relijius dan bermoral. Tak pernah korupsi dan mendua. Namun diam-diam amarah muncul dalam hatinya, ia tahu bahwa pria bermoral itu adalah perampas kemerdekaan manusia. Dan ia tahu suatu hari akan tiba di mana ia dapat membalas.

Pengetahuan, Ia mulai menyibukkan diri dengan membaca. Tenggelam dalam sebuah dunia yang asing dan tak pernah didongengkan oleh Ibu di ranjang. Nama-nama asing muncul, ia berkenalan dengan perempuanperempuan tangguh pada zamannya. Ternyata banyak perjuangan perempuan yang berhasil merubah nasib perempuan lain, termasuk dirinya. Hilang sekejap ketakutan yang memenjarakan hidupnya selama ini, ia mulai merangkak perlahan. Waktu, Seiring berjalannya waktu ia tumbuh dewasa. Ingatan tentang kisah di masa lalunya masih terbawa, membentuk pribadi dan cara pandangnya terhadap kehidupan. Kegetiran selalu terasa di setiap ucapannya, tetapi ketakutan itu sudah lenyap. Digantikan oleh api yang sedikit demi sedikit bertambah besar. Buku, Ia melahap semua bacaan yang ada. Ia tak punya uang jadi ia tak punya banyak pilihan. Buku adalah satusatunya cara untuk melihat dunia lain yang ingin ia jelajahi. Dan buku pun membuatnya dapat mengerti mengapa perempuan begitu dibenci.

Pola, Ia melihat sebuah jaring laba-laba. Ia melihat pola di mana perempuan menjadi manusia kelas dua. Perlahan-lahan tabir itu terkuak, mengapa ia diperlakukan demikian kejamnya oleh orang terdekatnya. Bagian dari keluarga. Rupa-rupanya, keluarga justru kerap kali menjadi awal mula dari penindasan. Hilang sudah rasa kecil hati, ia tahu ia bukanlah keramik atau jajanan di pinggir jalan. Ia manusia.

Solidaritas, Adakah perempuan yang mengalami nasib serupa seperti dirinya? Jawabannya adalah iya, ada puluhanratusan bahkan ribuan perempuan di luar sana yang memikul beban penderitaan yang sama. Ia tak lagi sendirian. Tak akan pernah lagi sendirian dan terkungkung dalam kesedihan. Mereka saling menggenggam, bersatu di dalam penindasan yang sama.

Amarah, Tangannya mengepal, tubuhnya gemetaran dan giginya gemertak. Berani-beraninya seseorang memanjati tubuhnya dan kemudian menimpakan kesalahan dan beban pada dirinya. Mengapa orang itu lolos dan ia malah mengutuki diri sendiri? Mengapa penjahat itu dapat hidup tenang dan ia tidak? Ia tahu dunia berkonspirasi melindungi pemanjatpemanjat tubuh ini. Ia tahu dunia membenci perempuan.

Perlawanan, Ia berdiri tegak. Suaranya tak lagi hilang dan lidahnya tak lagi kelu. Tubuhnya sama sekali tidak gemetar, ia berbicara dengan lantang. Ia menyadarkan sesamanya, jangan mati dengan perasaan terhina, setidaknya kejadian pahit yang hampir semua perempuan pernah mengalaminya bukanlah akhir dari dunia. Hal itu membuat ia sadar bahwa ia tidak mau hidup dalam diam, ia ingin melawan, ia ingin berjuang. Sekalipun ia kalah dalam pertempuran ia sudah melawan dan gugur dengan terhormat.

Api, Amarah berkobar di dalam dirinya. Ia bertekat untuk melakukan perlawanan. Ia tak sudi hidup di dalam kungkungan, ia tak mau tunduk pada tatanan yang merampas kemerdekaan perempuan.

Di dalam sistem patriarki perlawanan perempuan akan terus dipukul mundur akan tetapi, sejarah membuktikan bahwa perlawanan kaum perempuan tak perna sia-sia dan tak pernah mampu dibinasakan. Ia muncul lebih kuat seiring dengan bertambahnya penindasan. Perempuan akan bersatu, bangkit dan melawan. Ia, kamu dan kita adalah penerus dari para perempuan yang gagal mereka binasakan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.