Epaper kpkpos 272 edisi senin 14 oktober 2013

Page 13

12

KPK POS

KRIMINAL

E D I S I 272 14 - 20 OKTOBER 2013

Jajanan di Sekolah Banyak mengandung Zat Kimia BERIKUT ini adalah beberapa cuplikan berita terbaru dengan nara sumber dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tentang jajanan berbahaya bagi kesehatan yang masuk sekolah. Deputi III Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga mengatakan, saat ini ditemukan jajanan anak-anak yang mengandung zat aditif atau

MAKANAN dan minuman yang murah, mudah, menarik dan bervariasi sangat banyak dijumpai di lingkungan sekolah. Sayangnya, jajanan yang umumnya dijajakan pedagang kaki lima (PKL) ini bisa langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut sehingga menjadi ancaman buat anak. Data Forum Pemerhati Komunikasi Gizi dan Kesehatan (FPKGK) Universitas Indonesia menunjukkan anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan Âź waktunya di sekolah dengan bekal uang jajan berkisar antara Rp2.000 hingga Rp4.000 per hari. Bahkan ada yang mencapai Rp7.000. Menariknya, makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Namun demikian, keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan tingkat higienitasnya. Sebuah penelitian menemukan, kadar Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakitpenyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan BTP ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual. Permasalahannya, PKL mempunyai pengetahuan yang rendah tentang penanganan pangan yang aman. Mereka juga kurang mempunyai akses terhadap air bersih serta fasilitas cuci dan buang sampah. Sehingga, terjadinya penyakit bawaan makanan pada jajanan kaki lima dapat berupa kontaminasi baik dari bahan baku, penjamah makanan yang tidak sehat, atau peralatan yang kurang bersih, juga waktu dan temperatur

berbahaya, sehingga perlu peran sekolah untuk memberikan pengawasan. Menurut dia, tingkat penyalahgunaan zat berbahaya pada jajanan anak bervariasi dan menunjukkan tren yang meningkat. Dalam datanya, pada 2012 BPOM menemukan 9 persen penyalahgunaan zat berbahaya pada jajanan anak. Sedangkan pada 2011 jumlah ini adalah 2 persen.

penyimpanan yang tidak tepat. Salah satu solusi preventifnya yaitu perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang. Secara sinambung, sekolah dan pemerintah perlu menggiatkan kembali UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Diakui, keseseharian anak sekolah tidak dapat terlepas dari jajanan yang pada umumnya disajikan dalam warna-warni yang mencolok. Selain itu, alasan anak tertarik membeli jajanan tersebut karena rasa yang gurih dan lezat. Namun, survei Badan POM tahun 2008 yang melibatkan 108.000 responden pada 4.500 SD dan Madrasah Ibtidaiyah di 18 provinsi menunjukkan 99 persen anak sekolah selalu jajan. Mirisnya, hasil pengawasan jajanan anak sekolah (PJAS) oleh Badan POM menunjukkan ada beberapa PJAS yang tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan berbahaya, bahan tambahan pangan melebihi batas yang diizinkan serta kualitas mikrobiologi yang buruk. "Tingginya permasalahan kualitas mikrobiologi disebabkan oleh kesadaran akan kebersihan dan sanitasi penjual PJAS masih rendah, terbatasnya akses air bersih, serta terbatasnya sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan kebersihan," ucap Deputi III Badan POM, Dr. Roy Sparringa, saat ditemui di Jakarta Pusat. Dalam kurun waktu 2009 hingga 2013, permasalahan kualitas mikrobiologi yang tidak memenuhi syarat pada PJAS masih menjadi kendala, yakni sebesar 59 hingga 70 persen. Pengawasan dan pembinaan pun diprioritaskan pada produk dan penjual es, minuman berwarna dan sirup, jelly atau agar-agar serta bakso. Jenis pangan tersebut yang paling banyak ditemukan tidak memenuhi syarat. Menurut Dr. Roy, buruknya higienitas jajanan di sekolah karena sumber yang tidak memenuhi syarat. Salah satunya es. Seperti diketahui masih banyak penggunaan es balok dalam produk jajanan. "Air yang digunakan juga banyak yang tidak memenuhi syarat kualitas air minum, tanpa klorinasi, dan tidak dimasak lebih dulu," ucapnya. (TIM)

Ragu Membeli Pangan Olahan? ANEKA rupa pangan olahan bisa dilihat di rak-rak toko kelontong di pinggir jalan hingga hipermarket. Tentu membuat konsumen terkesima dan ingin membelinya. Tapi tidak semua jajanan tersebut aman dikonsumsi.

“Zat yang paling sering ditemukan adalah formalin, borak, rhodamin B, siklamat, sakarin dan pemanis buatan,� tandas dia. Dia mengatakan, pemakaian zat tambahan seringkali melebihi batas yang sudah ditetapkan pemerintah. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melalui temuannya mengatakan, bahwa kualitas kehiegenisan pada pa-

LIPSUS

ngan jajanan anak sekolah merupakan tantangan terbesar yang harus segera disikapi. Survei pengawasan jajanan anak pada 2013 dengan 5.668 sampel sekolah menunjukkan, terjadi penurunan bahan tambahan pangan berlebih. Penurunan terjadi dari 24 persen di 2012, menjadi 17 persen di 2013. Tapi cemaran mikroba meningkat dari 66 persen di tahun lalu menjadi 76 persen saat ini. Pernyataan pers BPOM terbaru adalah informasi sampai dengan

tanggal 29 September 2013. Jadi, masih sangat baru. Intinya adalah sampai hari ini jajanan-jajanan yang dijual di sekolah-sekolah sebagian besar mengandung zatzat kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Efeknya mulai dari jangka pendek dan penyakit ringan, seperti gangguan tenggorokan dan pencernaan ringan, sampai pada efek jangka panjang dengan penyakit yang super serius, seperti kanker. Padahal fenomena ini bukan baru terjadi akhir-akhir ini saja,

MEMILIH makanan sehat adalah salah satu upaya menjaga kesehatan. Begitu juga dengan menghindari makanan-makanan yang tak sehat. Ada sejumlah makanan yang sebaiknya Anda hindari jika ingin mencapai tujuan itu. Berikut beberapa di antaranya: SODA: Tahukan Anda, soda dipenuhi dengan kalori kosong yang berasal dari sirup jagung berfruktosa tinggi? Selain itu, alasan menghindari minuman soda adalah karena soda berkontribusi pada obesitas. Soda juga meningkatkan risiko diabetes dan meningkatkan tekanan darah tinggi. ROTI TAWAR : Dibuat dari terung maida. Roti tawar adalah makanan tidak sehat. Alasannya, cara pembuatannya digelantang. Proses ini bukan hanya menghilangkan cita rasa roti, tapi juga menyingkirkan kandungan nutrisi esensialnya. Jadi daripada makan roti tawar, lebih baik memilih roti gandum atau roti cokelat untuk roti lapis Anda. SUSU PERAH : Tentu saja, susu dan produknya bisa menyehatkan. Tapi susu perah yang mengandung banyak lemak dan kolesterol tentu tidak bagus. Pilihlah selalu susu dan turunan susu yang rendah lemak yang mengandung nutrisi yang Anda butuhkan. MAKANAN CEPAT SAJI : Jumlah kalori satu kerat daging makanan cepat saji hampir setara dengan jumlah kalori yang seharusnya dikonsumsi dalam satu hari. Meskipun sebagian berasal dari protein, kebanyakan kalori itu berasal dari gula dan lemak.

Makanan Berlemak Bikin Tubuh Letih MAKANAN yang Anda konsumsi kemungkinan berpengaruh pada level kewaspadaan atau rasa kantuk selama sehari. Menurut para peneliti, tingkat kantuk atau kewaspadaan seseorang yang berlevel 31 untuk kondisi yang sehat pada orang yang tidak gemuk, berusia antara 18 hingga 65 tahun, dan tidur dalam jam normal. Kemudian mereka meneliti makanan yang dikonsumsi. Konsumsi lemak tinggi dikaitkan dengan meningkatnya rasa ngantuk pada siang hari sementara asupan karbohidrat tingkat tinggi terkait dengan meningkatnya kewaspadaan. Namun tidak ada hubungan antara konsumsi protein dengan rasa kantuk atau kewaspadaan seseorang. Temuan ini bersifat independen pada usia partisipan, jenis kelamin, indeks massa tubuh, jumlah waktu tidur dan total asupan kalori, ungkap hasil penelitian yang dikutip situs Health Day, dan akan dipresentasikan di pertemuan tahunan Associated Professional Sleep Societies di Baltimore pada Juni mendatang.

"Cara termudah adalah dengan melihat nomor pendaftaran untuk izin edar," ujar Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Tetty Helfery Sihombing, di kantor Badan Pengawas. Nomor Pendaftaran yang disetujui Badan Pengawas bisa dilihat di bagian bawah kemasan. Kodenya adalah MD (produksi lokal) dan ML (produksi impor). "Dengan catatan mereka tidak nakal ya," kata Tetty.

"Peningkatan konsumsi lemak mempunyai efek buruk yang akut pada tingkat kewaspadaan seseorang, pada orang yang tidak gemuk dan dalam kondisi sehat," ujar peneliti utama, Dr Alexandros Vgontzas, profesor psikiatri di Penn State College of Medicine. Temuan ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya mengenai kaitan antara makanan dan rasa kantuk. "Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan keletihan sangat umum terjadi di dunia modern dan terus meningkat," kata Vgontzas. "Tampaknya makanan kaya lemak sangat menurunkan kewaspadaan dan hal ini berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk berperan di masyarakat," ujar dia. Makanan kaya lemak juga ada kaitannya dengan peningkatan risiko untuk kanker jenis tertentu dan penyakit jantung. (TIM)

Ia tak memungkiri bahwa ada kemungkinan produsen yang sudah mendapatkan dua sertifikat dari Badan Pengawas berlaku curang. Ketika awal mendaftarkan mereka patuh dengan aturan, tapi selama produksi ternyata melanggar kesepakatan. "Makanya kami terus awasi," ujar Tetty. Dari hasil pengawasan tersebut, Badan Pengawas akan mengeluarkan peringatan hingga sanksi cabut izin

tetapi sejak bertahun-tahun lampau. Sikap dan reaksi dari pemerintah, khususnya BPOM pun dari tahun ke tahun sama, yakni, mengumumkan data hasil penelitian laboratorium mereka, survei, dan memberi himbauan kepada sekolah dan orangtua. Tanpa ada tindakan nyata yang tegas seperti kalau mereka (BPOM) merazia tokotoko kelontong untuk mencari makanan dan minuman kadaluarsa, atau yang tidak memenuhi persyaratan untuk dijuali (tidak berlabel Depkes, dan lain-lain). (TIM)

Harus Diawasi Mutu dan Gizinya PENJUAL es, minuman berwarna dan sirup, jelly atau agar-agar serta bakso perlu mendapatkan pengawasan yang lebih prioritas dibandingkan jajanan lainnya. Pasalnya hasil analisis data menggunakan uji pareto, jika mampu menyelesaikan masalah di jajanan itu, sedikitnya 80 persen permasalahan keamanan dan mutu jajanan anak sekolah teratasi. "Kami juga menemukan fakta sepanjang 2009-2013, sebanyak 59-70 persen dari jajanan bermasalah dalam hal mikrobiologi," kata Deputi III Badan POM RI Roy Sparringa, saat Media Workshop “Sehatnya Duniaku di Jakarta, Rabu pekan lalu. Ini disebabkan oleh kesadaran higienis dan sanitasi penjual PJAS masih rendah, terbatasnya akses air bersih, serta terbatasnya sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan kebersihan. Survei Badan POM tahun 2008 yang melibatkan 108.000 responden pada 4500 SD dan Madrasah Ibtidaiyah di 18 provinsi menunjukkan 99 persen anak sekolah selalu jajan. Oleh karena itu pangan jajanan anak sekolah (PJAS) harus diawasi keamanan, mutu dan gizinya. Peningkatan kemandirian komunitas sekolah serta penyediaan bahan baku atau pasokan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang sehat jadi kunci kesuksesan dalam aksi Nasional PJAS. Deputi III Badan POM RI Roy Sparringa mengatakan, perlu peningkatan koordinasi dan kemitraan dengan lintas sektor. Pemecahan masalah PJAS ini harus dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus.

edar jika terbukti ada pelanggaran. Namun, hukuman serupa tidak bisa diterapkan untuk pangan yang memiliki kode P-IRT (produksi rumah tangga). Produk olahan usaha kecil ini, Tettty menguraikan, berada dalam pengawasan Dinas Kesehatan. Sehingga tanggung jawab berada di Pemerintah Daerah. "Tapi kami selalu bekerja sama dengan Dinas untuk memberikan penyuluhan," kata dia. Tapi, jika memang konsumen ragu

"Aksi Nasional PJAS tidak akan berhasil tanpa sinergisme dan komitmen yang kuat dari Kementerian atau Lembaga terkait dan Pemerintah Daerah serta didukung oleh industri atau produsen dan seluruh lapisan masyarakat," katanya. Hasil pengawasan PJAS oleh Badan POM menunjukkan ada beberapa PJAS yang tidak memenuhi syarat (TMS) karena mengandung bahan berbahaya, bahan tambahan pangan (BTP) melebihi batas yang diizinkan serta kualitas mikrobiologi yang buruk. Pada tahun 2013, PJAS yang TMS karena penyalahgunaan bahan berbahaya menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan data tahun 2012 (dari 9 menjadi 6 persen). Demikian pula halnya dengan penggunaan BTP berlebih menurun dari 24 persen pada tahun 2012 menjadi 17 persen pada tahun 2013. Penurunan ini memberi gambaran bahwa kegiatan KIE yang dilakukan kepada komunitas sekolah dan penjual PJAS memberi perubahan yang cukup berarti terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dan penggunaan BTP berlebih. Oleh karena itu KIE perlu terus dilakukan dengan metode pendekatan yang sebaik-baiknya kepada penjual dan komunitas sekolah. Pasokan bahan berbahaya di pasar terus menerus diupayakan untuk dikendalikan, melalui program Pasar aman dari bahan berbahaya, serta implementasi peraturan bersama antara Menteri D alam Negeri dan Kepala Badan POM tentang pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan, dalam bentuk tim pengawasan terpadu. (TIM)

terhadap label yang ada. Ada baiknya mampir ke situs badan pengawas, karena terpampang daftar produsen yang sudah mengantongi sertifikat resmi. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Roy Sparringa mengatakan bahwa Badan Pengawas bertanggung jawab mulai dari pra dan post-produksi. "Kalau yang sudah ada izin edarnya, berarti sudah lewat evaluasi," kata dia. (TIM)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.