Report fas training advokasi swara

Page 1

Training Advokasi Sanggar Waria Remaja Dalam kehidupan berdemokrasi, tingginya partisipasi masyarakat dalam membangun tatanan kemasyarakatan merupakan fondasi yang harus dijaga. Tingkat partisipasi yang tinggi ini akan terwujud bila setiap kelompok dalam masyarakat dapat menyuarakan kepentingannya secara terbuka dan bebas dari tekanan. Namun dalam kenyataannya, kehidupan bermasyarakat di Indonesia masih diwarnai oleh adanya tekanan terhadap kelompok tertentu dalam menyuarakan kepentingan mereka. Seringkali kelompok tersebut bahkan tidak memiliki ruang hidup yang leluasa di masyarakat. Bersamaan dengan itu, selama beberapa dekade ini telah berkembang juga advokasi untuk mendorong kuatnya masyarakat sipil. Pada dasarnya, advokasi bertujuan untuk menyuarakan suara-suara kelompok masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan. Advokasi sering juga dirancang dengan fokus pada kepentingan masyarakat, yang sering disebut advokasi berbasis masyarakat. Advokasi berbasis rakyat adalah seperangkat aksi terorganisir yang bermaksud untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik, sikap sosial dan proses-proses sosial politik yang memungkinkan dan memberdayakan mereka yang terpinggirkan untuk berbicara bagi diri mereka sendiri. Tujuannya adalah transformasi sosial melalui perwujudan hak asasi manusia: sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Advokasi berbasis rakyat meliputi pendekatan berbasis hak hingga transformasi dan perubahan sosial. Rakyat bukan penerima manfaat yang pasif atau sekedar pencari sumbangan dari negara atau pemerintah. Tanggungjawab moral dan politik negara adalah untuk menjamin semua hak asasi manusia bagi semua manusia; khususnya hak untuk hidup bermartabat. Sehingga dengan demikian rakyat memiliki hak untuk menuntut Negara menjamin perubahan sosial yang setara dan keadilan yang merata. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat dikalangan bawah, advokasi tidak hanya membela atau mendampingi masyarakat bawah, melainkan pula bersama-sama melakukan upaya-upaya perubahan sosial secara sistematis dan strategis. Advokasi dapat dilakukan dengan baik bila terorganisir dengan baik, dan jelas pembagian kerjanya, tak hanya itu saja bila kita siap ber-advokasi maka harus siap pula menanggung resiko yang ada karena setiap advokasi selalu ada yang menjadi korban, maksudnya korban disini ialah orang yang terkena masalah. Untuk itu, diperlukan pemahaman yang baik tentang pengertian advokasi, mengenali aktor-aktor yang terkait dengan advokasi, strategi advokasi dan teknikteknik advokasi yang baik

Tujuan 1.

Memberikan pemahaman tentang pengertian, tujuan dan aktor yang terlibat dalam advokasi, terutama advokasi dalam bidang HAM.


2. 3.

Memberikan pemahaman tentang pentingnya penyusunan strategi dan perencanaan advokasi HAM Meningkatkan keterampilan dalam penyusunan rencana dan pengunaan alat-alat advokasi yang sesuai dengan strategi advokasi yang ditetapkan Merancang media populer untuk kepentingan advokasi

4.

Indikator keberhasilan 1. 2. 3. 4.

Terbangunnya pemahaman bersama tentang advokasi HAM Terbangunnya pemahaman bersama tentang rencana strategis advokasi dan lobi Tersusunnya draft rencana advokasi Tersusunnya gagasan kelompok untuk digunakan dalam media advokasi.

Materi dan Metodologi Training ini akan melibatkan partisipan secara aktif dalam sharing gagasan dan pengalaman serta diskusi intensif untuk menyusun strategi yang tepat. Selain itu peserta akan didorong untuk terlibat dalam perancangan media advokasi yang akan dilakukan. Materi-materi yang akan dibahas dalam training ini adalah: Kegiatan 1. Mengenal Advokasi HAM dan tujuantujuannya Sesi ini bertujuan untuk memberi pemahaman apa yang dimaksud dengan advokasi HAM, tujuan-tujuan advokasi, siapa yang diadvokasi, dan bagaimana melakukan advokasi HAM. Selain itu juga akan digali lebih lanjut sikap-sikap dan nilai yang mendasari advokasi, persoalan-persoalan yang sering dijumpai dalam advokasi dan membahas cara-cara menghadapinya. Fasilitator akan menjelaskan sekilas mengenai advokasi HAM. Selain itu juga akan ditunjukkan model-model dan metodologi dan strategi advokasi. Secara khusus, fasilitator akan membahas pentingnya pendidikan HAM sebagai salah satu bentuk advokasi HAM dan pengalaman-pengalaman peserta dalam melakukan pendidikan HAM dalam rangka advokasi. Kegiatan 2. Teknik-teknik Advokasi Pada kegiatan 2 ini, fasilitator akan mengajak peserta untuk berlatih menyusun rencana advokasi dengan menggunakan contoh kasus sebelumnya berkaitan dengan pelanggaran HAM di tempat tahanan. Dengan menggunakan lembar kerja yang telah disediakan, peserta diharapkan menyusun rencana advokasi. Kegiatan ini akan dibagi 2 bagian: pertama, peserta dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok pemerintah, kelompok korban, dan kelompok media, lalu diminta menyusun rencana advokasi berdasarkan kasus yang diberikan dan menggunakan lembar kerja yang disediakan. Pada bagian kedua, peserta menyampaikan hasil diskusinya dan bersama-sama dengan fasilitator merefleksikan rencana advokasi tersebut. Kegiatan 3. Memanfaatkan media untuk advokasi Pada sesi ini peserta akan memperoleh penjelasan


mengenai tinjauan peran media dalam advokasi dan pendidikan HAM. Pentingnya media tidak dapat dilepaskan dari kerja-kerja advokasi hak asasi manusia. Media tidak hanya berpen sebagai sarana informasi, tapi juga sekaligus sebagai sarana pendidikan publik, penekan bagi kebijakan-kebijakan publik yang tidak berpihak bagi masyarakat, dan sebagai “ruang terbuka� bagi laporan-laporan pelanggaran HAM yang terjadi di dalam masyarakat yang tidak dapat dijangkau oleh lembaga-lembaga yang bekerja di bidang HAM. Kegiatan 4. Merancang media advokasi Sesi ini memberi kesempatan kepada para peserta untuk mempraktikkan sejumlah teknik untuk merancang piranti advokasi dan pendidikan HAM. Bentuk piranti tersebut bisa bermacam-macam, antara lain membuat siaran pers, surat pembaca, membuat tulisan di blog, urgent appeals, kartun atau karikatur, review terbitan, dsb. Dalam praktik tersebut narasumber nantinya akan memberi masukan tentang hasil kerja peserta.

Catatan Umum tentang Proses dan dinamika 1. Materi dan Pemahaman dasar Materi advokasi mensyaratkan pemahaman tentang konteks sosial dan konsep dasar tentang hak asasi manusia. Dalam hal ini apakah partisipan mampu melihat kemungkinan-kemungkinan agar pelanggaran HAM yang biasa terjadi pada waria dapat setidaknya dikurangi? Dan bagaimana membuatnya dipahami oleh para waria yang sehari-harinya hidup dalam kerentanan sosial, politik, hukum dan ekonomi. Materi juga disusun dengan harapan Peserta mampu mengenali persoalan HAM di lingkungan paling dekat dengan kehidupan nya sehari-hari. Sejumlah pertanyaan yang muncul dan membutuhkan jawaban di awal pelatihan adalah: Apakah peserta memahami konsep dasar tentang hak asasi manusia dan mampu menemukan referensi tentang hak asasi manusia di sekitar mereka. Juga apakah para partisipan pernah melakukan atau mengembangkan suatu rencana untuk menemukan cara-cara mengurangi pelanggaran HAM yang mereka alami (sebagai bagian dari kerangka advokasi? 2. Penerapan Metode dan Proses Belajar Lewat sesi Perkenalan Aku dan Simbolku dengan menggunakan kartu metaplan, peserta diminta untuk memperkenalkan diri dengan menggambarkan simbol atau gambar yang lekat dengan diri/kehidupannya masing-masing. Selanjutnya dilakukan pemetaan persoalan di kalangan Waria Muda lewat kegiatan Diskusi Jaring Laba-laba . Peserta diajak membongkar persoalan yang membelenggu para Waria. Salah eorang waria menjadi relawan yang duduk di tengah dan diminta menyebutkan apa yang menjadi persoalan paling utama yang dialaminya. Setelah Memetakan persoalan peserta berdiskusi tentang konsep dasar advokasi. Beberapa yang pengertian yang diangkat adalah: • Apa itu Advokasi.


• • • • •

Apa saja kata kunci yang menandai pengertian atau batasan Advokasi. Mengapa Advokasi perlu dilakukan/ Apa manfaatnya bagi para waria muda. Bagaimana pengalaman Individu maupun Komunitas SWARA melakukan advokasi Tahapan Melakukan Advokasi

Di hari II Peserta diajak untuk melihat bentuk-bentuk advokasi dan cara-cara melakukan advokasi. Sejumlah pengetahuan baru yang diperbincangkan adalah: • Jenis-jenis advokasi • Bentuk-bentuk dan tingkatan perubahan yang diharapkan • Target atau sasaran advokasi • Elemen-elemen yang mendukung keberhasilan advokasi • Cara-cara melakukan advokasi – (1) pengorganisasian, (2) pendidikan, (3) kampanye, (4) lobby, (5) Riset dan Dokumentasi • Media yang digunakan untuk advokasi – bagaimana memepengaruhi media dan bagaimana menciptakan media sendiri • Praktik membuat media advokasi dengan poster • Praktik melakukan advokasi melalui media talkshow yang dilakukan melalui role play Pada hari III secara khusus dibahas tentang penggunaan media audio visual dalam bentuk film untuk kepentingan advokasi. Hal-hal yang dibahas antara lain: • Mengenal Film sebagai media advokasi • Apa itu film dokumenter • Menganalisis dan menilai film dokumenter yang baik dan efektif untuk kepentingan advokasi • Mengenali isu-isu yang perlu diangkat dalam sebuah film dokumenter bagi kalangan waria muda • Mengidentifikasi aspek-aspek penting yang perlu hadir dalam sebuah film dokumenter • Mengenali kehidupan para waria muda dalam Sungai Kehidupan”


3. Gaya Belajar dan Tingkat Partisipasi Peserta pelatihan ini keseluruhannya adalah waria muda. Hampir semua peserta memiliki kecenderungan belajar dengan visual. Melihat dan melakukan. Ceramah, presentasi, dan diskusi yang berkepanjangan akan menimbulkan kebosanan. Oleh karena itu pilihan untuk mendinamisir konsentrasi peserta lewat kegiatan yang bersifat praktis seperti diskusi kelompok, simulasi, role play, dan bekerja dalam kelompok dijadikan pilihan. Peserta sudah saling mengenal maka tidak sulit untuk menciptakan suasana yang akrab satu sama lain. Peserta juga memahami tujuan dari pelatihan ini dan memiliki keinginan sangat kuat untuk belajar dan mengasah keterampilan di bidang advokasi. Partisipasi peserta sejak hari pertama hingga kegiatan berakhir sangat tinggi. • Partisipasi Individual Dalam pelatihan ini secra individual peserta menunjukkan tingkat partisipasi individual yang tinggi lewat keterlibatan dalam diskusi dan aktivitas-aktivitas lainnya di kelas. Sejumlah individu memang lebih dominan/menguasai namun tidak menimbulkan dampak buruk atau merugikan kelas. Keterbukaan untuk bercerita dan mengemukan pendapat sangat dipengaruhi oleh dukungan dari peer group mereka masing-masing. • Partisipasi Kelompok Peserta juga menunjukkan dinamika yang kuat dalam kelompok. Anggota-anggota senior dan terlatih memang menguasai panggung, namun tidak menutup ruang bagi mereka yang baru. Proses diskusi dalam kelompok berjalan cukup baik dan mereka yang belum terbiasa dengan atmosfir belajar dalam kelompok dapat memperoleh pengalaman bekerja dalam tim. Pelatihan ini menggunakan Metode Partisipatoris. Metode partisipatori adalah penyediaan peluang pelibatan aktif dalam pengambilan keputusan bagi siapa pun yang ambil bagian dalam kegiatan dan membangkitkan sense of ownership (rasa kepemilikan) dan karenanya menghasilkan komitmen dan kemauan untuk berbuat. Keuntungan dari metode ini antara lain dapat menguji isu-isu yang relevan dengan melibatkan pemain-pemain kuncinya untuk bersuara, Membangun kemitraan dan pemilikan komunitasl atas program-program yang dilaksanakan, meningkatkan pembelajaran, kapasitas manajerial, dan keterampilan bekerja sama, menyediakan informasi dari bawah antar sesama peserta. Namun demikian, metode ini juga mengalami hambatan dalam praktik pelatihan advokasi ini karena: seringkali larut pada pendapat-pendapat sehingga kadang kurang obyektif, selain itu juga menyita waktu karena alur sangat ditentukan oleh proses yang berkembang. Selain itu kerap terjadi dominasi dan salah kaprah oleh para peserta yang ingin menunjukkan peran-peran mereka. Hal menarik yang dapat dipetik dari proses belajar dan metode yang digunakan dalam training ini adalah kekuatan pada eksplorasi individual dimana: a) Perasanaan yang diungkap Mulai dari perasaan biasa saja, tidak suka, sedih dan kasihan, tertarik, pilu, memberontak, prihatin, ngeri, susah, sedih, tak berdaya, sampai terganggu; b) Reaksi Tubuh, Mulai dari ″biasa saja″, tidak terpengaruh, rasa bersalah, serasa mengena diri sendiri, sakit, emosional, bergidik, ngeri, risau, dongkol, marah dan membuat perasaan tidak nyaman; c) Makna HAM dalam Hidup, Bagaimana martabat mereka sebagai manusia tidak dihargai, isolasi dan pengasingan dari keluarga dan masyarakat, keinginan untuk diterima, perbaikan diri dan pengendalian emosi, kembali pada prinsip agama yang dianut, mengasihani sesama manusia, minimal bisa di refleksikan di tingkat keluarga, masyarakat dan komunitas


4. Tindak Lanjut Tindak lanjut dari pelatihan ini terpusat pada persiapan pembuatan film dokumneter yang hendak direncanakan. Tim telah dibentuk dan telah bulat keputusan untuk membuat video dokumenter yang merepresentasikan kehidupan para waria dan perjuangan mereka menuntut hak-haknya. Setelah sesi berakhir sejumlah pertanyaan tersisa untuk dijawab apakah peserta dapat mengingat hal-hal yang telah dilakukan dalam pelatihan yang sebelumnya dan mampu menerapkannya kembali dalam kerja-kerja membela hak-hak mereka? Pada akhirnya Follow up pelatihan ini hanya dapat dibuktikan dari pelaksanaan strategic planning yang telah mereka lakukan untuk jangka waktu 3-5 tahun ke depan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.