SOLIDARITAS Edisi 2

Page 7

Program Talk Show Radio Komunitas Widya Pesona

Ancaman Rabies Terhadap Keselamatan Manusia

B

eberapa bulan terakhir penyakit rabies (gigitan anjing gila) mewabah di Pulau Bali, di sebagian besar kota/kabupaten seperti di Badung, Denpasar, Tabanan, Bangli, dan Buleleng. Sudah banyak korban meninggal dunia akibat gigitan anjing. Sebagai salah satu bentuk perhatian dan kepedulian terhadap keselamatan masyarakat terkait rasa aman, Community Policing Information Center (CPIC), Radio Komunitas Widya Pesona, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng menggelar talk show, dengan mengambil tema “Ancaman Rabies Terhadap Keselamatan Manusia”. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 2010 atas kerjasama Yayasan Manikaya Kauci (YMK) dan dukungan dari The Asia Foundation (TAF). Hadir sebagai narasumber drh. Gde Suarsadana seorang veteriner yang sehari-hari bertugas di Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, dengan host Bung Arya Bakti memandu jalannya talkshow. Pada kesempatan itu, Suarsadana menjelaskan, adalah kewajiban pemerintah, baik daerah dan propinsi untuk segera menghentikan wabah rabies ini, karena memang penyakit ini sangat berbahaya. Di satu sisi masyarakat juga harus diberikan informasi terkait dengan penyakit, pencegahan, dan pengananannya? Secara teori penyakit rabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rabies, virus ini dapat menyerang hewan berdarah panas. Jadi hewan yang bisa terserang adalah anjing, kucing, kera, ternak sapi, babi juga mungkin terserang, dan penyakit ini bisa menyerang dari hewan ke manusia. Mengingat tingkat bahaya jika penyakit sudah menginfeksi tubuh manusia, makanya pencegahan adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan. Ketika ditanya tentang tanggung jawab pemerintah, khususnya di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, terkait tindakan pencegahan, Suarsadana mengatakan, di Buleleng khususnya di Tejakaula virus

rabies ini sudah menyebar ke enam desa yakni Desa Penuktukan, Sambirenteng, Bondalem, Tejakula dan Les. Pemerintah Provinsi Bali sendiri dalam upaya menanggulangi penyakit rabies ini telah menge-luarkan Perda No. 15 tahun 2009, tentang Pemberantasan Rabies, secara umum telah diatur bahwa ma-syarakat tidak boleh memelihara anjing dengan cara dilepas untuk membatasi terjangkitnya anjing peliharaan, anjing berpemilik harus dikandangkan atau diikat. Seandainya membawa anjing jalan-jalan, mulut anjing harus ditutup. Selain itu anjing tersebut harus diregistrasi dan divaksinasi. Tentunya bagi warga masyarakat yang melanggar perda ini akan dikenakan sanksi, misalnya ancaman hukuman sampai 6 bulan kurungan.” Lebih lanjut Suarsadana memaparkan, dalam upaya pencegahan penyakit ini, pemerintah kabupaten mempunyai prosedur tetap. Pertama, sosialisasi, baik berupa penyuluhan, pemutaran film, pertemuan warga di desa, atau lewat media kesenian tradisional. Kedua, vaksinasi atau pemberian kekebalan kepada anjing yang belum terinveksi. Ketiga adalah eliminasi yaitu upaya pengurangan populasi pada hewanhewan yang telah terinveksi virus. Dan, keempat adalah penelusuran yaitu mela-

SOLIDARITAS | Volume II/2010

dok. YMK

cak informasi keberadaan sumber penyakit hingga kasus rabies tidak ditemukan lagi di masyarakat. “Memang kita masih punya keterbatasan sumber daya, khususnya di Tejakula sampai saat ini kita sudah melakukan vaksinasi pada kurang lebih 1600 ekor anjing, dan ini akan kita ulang lagi. di sepuluh desa di Kecamatan Tejakula. “Kami akui tidak bisa melakukan vaksinasi 100%, tapi paling tidak dengan usaha yang maksimal untuk menekan bahaya virus rabies ini, akan bisa meningkatkan rasa aman masyarakat, dan mengurangi kecemasan yang saat ini dirasakan,” Suarsadana menambahkan. (rahsa)

|


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.