Keris Tumbal Wilayuda

Page 10

Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Keris Tumbal Wilayuda

"He... he... he..,” Resi Matjan Seta berdiri dari duduknya. Mulutnya masih mengunyah buah anggur. Dia melangkah ke hadapan Siman Tjonet, Tangan kanannya diletakkannya di atas kepala pemuda itu. "Manusia bermuka setan, pergi!" hardik Siman Tjonet. Pemuda ini pergunakan kaki kanannya untuk menendang tulang kering Resi Matjan Seta. Tapi aneh! Kedua kakinya terasa sangat berat dan sukar digerakkan. Sementara itu kepalanya yang dipegang terasa panas bukan main. Disamping panas kepalanya juga terasa seperti dicucuki oleh ratusan jarum! Dari kepala rasa sakit menjalar ke sekujur tubuh si pemuda. Pemuda ini merintih kesakitan. Bila rasa sakit tak tertahankan lagi maka mulailah dia menjerit-jerit setinggi langit. Betapa mengerikan suara jeritan itu terdangarnya. Peluh dingin membasahi seluruh tubuh Siman Tjonet. "Masih belum mau bicara?!" bentak Parit Wulung. "Pengkhianat terkutuk! Pembalasan akan datang untuk kalian semua!". "Bikin mampus dia Resi Matjan Seta!,” perintah Parit Wulung. Sang Resi mengekeh, telapak tangannya semakin keras menekan batok kepala pemuda tukang kuda. Asap mengepul dari telapak tangan laki-laki sakti itu. Jeritan Siman Tjonet terdangar semakin keras dan berubah menjadi suara erangan. Dari telinga, dari mata dan dari lubang hidung serta mulutnya mengalir darah kental. Kedua lututnya terlipat dan sesaat kemudian tubuh pemuda itu terhempas ke lantai, nyawanya lepas! Resi Matjan Seta mengekeh lagi! Dan Parit Wulung bertepuk lagi. Maka tawanan yang ketigapun dibawa masuklah. Tawanan ini ternyata seorang perempuan muda berparas rupawan. Begitu dia masuk ke, ruangan itu maka menjeritlah dia. Kedua tangannya yang tidak terikat dipakai untuk menutupi muka dan matanya. Kengerian membuat tubuhnya gemetar ketika menyaksikan kepala dan tubuh Said Ulon serta tubuh pemuda tukang kuda! Resi Singo Ireng menunda anggur yang hendak disuapkannya ke dalam mulut. Matanya menjalari si perempuan muda mulai dari ujung rambut sampai ke kaki. "Ah... ah... ah…! Yang satu ini tak boleh dibunuh, Parit Wulung. Dia cukup pantas untuk jadi peliharaanku!,” kata Resi bertampang singa itu. Parit Wulung tak ambil perhatian ucapan itu. Dia berkata pada si perempuan muda. "Suri Intan, kau tak usah khawatir atau takut. Tidak ada yang akan menyakiti kau…” "Aku tak percaya pada kalian! Keluarkan aku dari sini!,” teriak perempuan itu. Suri Intan adalah istri Braja Paksi kepala balatentara Banten yarig telah gugur dalam

9

http://ebooksters.blogspot.com | www.web-koe.com Inc


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.