Dajjal dan simbol setan toto tasmara

Page 102

Amerika dengan membatalkan pembelian pesawat jet tempur F-16 produksinya, lalu melirik dan membeli pesawat jet tempur Mirage buatan Eropa. Indonesia mereka anggap pula telah menantangnya dengan memasukkan Myanmar ke dalam tubuh ASEAN dan juga telah bertingkah dengan menyelenggarakan Asia Pacific Economic (APEC) dan menggelar pertemuan internasional, seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan KTT non-Blok. Untuk itu, mereka harus berlomba dengan keberhasilan ekonomi Indonesia agar pemerintah Indonesia tidak mampu membangun seluruh negerinya. Pembangunan ekonomi oleh pemerintah Republik Indonesia --karena Indonesia mayoritas penduduknya Islam yang terbesar di dunia-- mereka anggap sebagai "duri" yang bertambah menghalangi gerakan Kristenisasi. Tingkat pertumbuhan ekonominya yang melesat harus dihambat, bahkan dihancurkan. Catatan Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 1976 adalah 54,4 juta atau 40 persen dari jumlah penduduk ternyata menurun dengan sangat drastis menjadi 25,9 juta atau 13,7 persen pada tahun 1993, sebuah angka yang menakjubkan. Pokoknya, dengan segala tekad --pemerintah pada waktu itu menyatakan perang dengan kemiskinan-- pemerintah sadar bahwa kemiskinan hanya akan menyuburkan kembalinya paham komunis. Pemerintah juga sadar bahwa inilah cara untuk menyelamatkan umat sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

"Kefakiran itu mendekatkan seseorang kepada kekufuran." Menurut laporan Bank Dunia (1990) pada tahun 1967, pendapatan per kapita (GNP) Indonesia hanya 50 dolar Amerika, yaitu separo pendapatan per kapita (GNP) India, Bangladesh, dan Nigeria. Akan tetapi, mulai tahun 1980 pendapatan per kapita Indonesia melesat hampir mencapai 500 dolar Amerika per kapita yang berarti 30 persen lebih tinggi daripada pendapatan per kapita (GNP) India Lalu, 49 persen lebih tinggi dari pendapatan per kapita (GNP) Nigeria, dan 150 persen lebih tinggi daripada pendapatan per kapita (GNP) Bangladesh. Pemerintah relatif sukses dalam mewujudkan tujuan ganda mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan memastikan distribusi pendapatan yang lebih seimbang. GNP riel tumbuh sampai sekitar 6,5 persen per tahun selama tahun 1974-1978, dengan pertumbuhan pertanian sampai 4 persen per tahun. Konsumsi pribadi per kapitanya juga meningkat.1 Keberpihakan pemerintah yang membuka lebar kesempatan lebih luas kepada umat Islam, setelah dua puluh tahun hanya sebagai masyarakat marjinal yang tersisih (mustad'afin) dan tidak mempunyai akses, ternyata menambah cemburu dan marah kaum zionis. Keberhasilan ekonomi hanya akan memperkuat umat Islam di masa mendatang dan inilah yang membuat kaum zionis sangat tidak menyukainya. Keberhasilan perekonomian Indonesia hanya akan menguntungkan umat Islam yang mayoritas di Indonesia. Pendapatan per kapita yang meningkat tajam, walaupun belum merata, telah memberikan harapan bagi kelompok menengah sehingga mereka mampu membiayai pendidikan lebih baik. Mahasiswa yang berlatar belakang Islam juga telah mendapatkan bea siswa untuk sekolah ke luar negeri. Hal itulah yang dikhawatirkan oleh para zionis bahwa mahasiswa-mahasiswa tersebut nantinya akan menjadi "intelektual baru muslim" (the new intelectual moslem) yang akan memegang kendali pemerintahan Indonesia di masa mendatang. Kekhawatiran ini semakin beralasan ketika seluruh "saluran" dibuka aksesnya untuk menuju pengambilan keputusan sehingga mulai longgar pintu kekuatan ekonomi politik yang sebelumnya terkunci rapat, mulai dibuka. Bagaikan pertobatan besar maka dimulailah "pencerahan" dengan cara membuka akses bagi umat Islam yang selama ini menjadi mayoritas yang tertindas. 1.

Lihat Husken dkk., hlm. 23

94

http://swaramuslim.com/ebook/html/020/index.php


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.