20
Edisi 130 - September 2021
RESENSI FILM
Menjadi Guru karena Ketidaksukaan
F
ilm ini merupakan debut pertama Dian Sastrowardoyo sebagai produser di dunia perfilman Indonesia. Guru-Guru Gokil secara resmi dirilis bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2020 di Netflix. Berlatarkan desa, sedari awal film ini sudah menunjukkan konflik apa yang dibawa pada alur ceritanya. Gading Marten sebagai pemeran utama memainkan tokoh Taat Pribadi. Taat, begitu ia disapa, merupakan seseorang yang memiliki sifat jenaka. Dirinya sangat menyukai uang, dan yang paling tidak ia sukai adalah guru. Naas, Taat tidak memiliki banyak uang, dan ayahnya, Pak Purnama (Arswendi Bening Swara) adalah seorang guru. Di kampungnya, Taat selalu berada di bawah bayang-bayang Pak Pur, ayahnya. Taat merasa jika dirinya dapat meraih kesuksesan di kota tanpa menjadi seorang guru. Segala bentuk upaya dia lakukan untuk membuktikan dirinya mampu. Akan tetapi, Taat tidak mendapat peruntungan yang ia cari di kota. Hingga pada akhirnya, dirinya memutuskan untuk kembali ke desa setelah sepuluh tahun luntang-lantung. Singkat cerita, setelah petualangannya dalam mencari sumber kehidupan, Taat ditawari untuk menjadi guru pengganti. Menariknya, ia akan mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana semasa SMA dirinya pernah menjadi murid di sana. Lucunya lagi, ayahnya adalah seorang guru yang juga mengajar di sana. Istilah mengatakan, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Taat tidak memiliki pilihan lain, kemudian ia memutuskan untuk mendaftarkan dirinya di SMA tersebut untuk menjadi guru pengganti. Sehari setelah ditunjuk sebagai guru pengganti, Taat banyak menemukan guru-guru lain. Tentu saja dengan berbagai karakteristik yang menarik. Ada Bu Indah (Asri We-
BUKU
Perihal Idealisme dan Cita-Cita Anak Bangsa Reporter: Aliffia Khoirinnisa
A
ndrea Hirata kembali menyapa penggemarnya dengan novelnya yang berjudul "Guru Aini". Novel ini merupakan prekuel dari novel ke-10 karya Andrea Hirata yang berjudul "Orang-orang Biasa". Namun, novel ini lebih terfokus pada kisah hidup tokoh Aini dalam perjuangannya menaklukkan matematika agar dapat lolos dalam pendaftaran perguruan tinggi Jurusan Kedokteran, serta idealisme Bu Guru Desi dalam perjuangannya menemukan genius matematika. Kisah ini bermula dari sebuah tekad kuat Desi Istiqomah, sosok muda yang ingin menjadi guru matematika seperti Bu Guru Marlis, idolanya. Meski orang tua hingga kepala sekolahnya sudah memperingatkannya akan berbagai halangan dan kesulitan menjadi guru, tetapi upaya bujukan itu gagal total. Desi akhirnya mulai program kuliah D3 yang diselenggarakan pemerintah untuk mencetak guru-guru matematika. Semua berjalan sesuai keinginannya, ia yang bercita-cita mengabdi di sebuah desa terpencil untuk mencerdaskan bangsa dengan ilmu matematika. Akhirnya, ia ditempatkan di pulau terpen-
Reporter: Novali Panji Nugroho
Judul : Guru-Guru Gokil Sutradara: Sammaria Sari Simanjuntak Genre: Drama komedi Distributor: Netflix Tahun terbit: 2020 Pemeran: Gading Marten, Dian Sastrowardoyo, Faradina Mufti, Boris Bokir, Arswendi Bening Swara, Ibnu Jamil, Kiki Narendra, Asri Welas
cil bernama Tanjong Hampar, tetapi baru disadarinya bahwa matematika kini menjadi masalah umum bagi para murid bukan hanya di negara berkembang, melainkan juga negara maju. Ia bertekad untuk menemukan genius matematika yang mampu memotivasi murid lainnya agar tidak kalah dalam menghadapi matematika. Akhirmya, Guru Desi bertemu dengan Debut Awaludin, seorang genius matematika yang idealis. Sayangnya, Debut lebih memilih membuang kepintarannya dan bergabung dengan sepuluh gerombolan di bangku belakang. Hal ini tentu membuat Guru Desi sakit hati melihat murid pintar menyia-nyiakan kepandaiannya. Bertahun-tahun kemudian Guru Desi malah bertemu dengan Aini, murid bebal matematika yang bersikukuh untuk belajar matematika darinya. Meski awalnya jengkel karena tidak ada kemajuan, tetapi dia tertarik melihat tekad dan semangat dari Aini. Akhirnya, Guru Desi berhasil menemukan metode untuk mengajari Aini, hingga Aini dapat berkembang menjadi salah satu murid terpandai di sekolah. Novel ini sangat menarik karena mengangkat tema yang jarang dibahas oleh kebanyakan novel populer yang beredar saat ini, yaitu perjuangan seorang siswa dalam menaklukan matematika. Seperti kebanyakan karya novel lainnya, Andrea Hirata memaparkan kisah tokoh dalam novelnya yang berlatar belakang dari keluarga kekurangan, tetapi diselingi komedi ringan dalam budaya melayu yang menerbitkan gelak tawa. Bahasa yang digunakan cukup santai dan mudah dipahami bagi masyarakat umum, meski dalam beberapa bagian terdapat istilah bidang ilmu matematika yang dileburkan menjadi pembelajaran hidup. Selain itu, dalam beberapa bagian cerita Andrea lagi-lagi "menyentil" pemerintah dalam masalah pendidikan di Indonesia. Sebagai
las) Kepala Sekolah yang luwes, Bu Rahayu (Faradina Mufti) Kepala Tata Usaha yang tegas, Bu Nirmala (Dian Sastrowardoyo) sebagai guru paling pintar di sekolah sekaligus pelupa, Pak Nelson (Boris Bokir) guru Fisika yang menyukai Bu Nirmala, Pak Gagah Perkasa (Ibnu Jamil) sebagai guru olahraga, dan Pak Pur, ayah dari Taat, sebagai guru favorit. Dari situ, saya menyimpulkan kalau pemilihan judul film ini didasarkan atas watak dari tiap pemeran yang ada di film ini. Singkat cerita, Taat diberitahu oleh Pak Nelson kalau Pak Pur akan pensiun dan akan mendapatkan dana pesangon sebesar 100 juta rupiah. Taat yang sedari dulu menyukai uang, mendengar berita tersebut langsung mencari cara agar dirinya bisa mendapat pinjaman dari ayahnya. Taat membutuhkan setengah dari jumlah dana pesangon yang didapat oleh ayahnya untuk memenuhi keinginannya bekerja sebagai staf kapal pesiar di luar negeri. Sayangnya, belum sempat uang itu diterima oleh Pak Pur, sekolah mengalami kerampokan oleh sekelompok preman yang membawa lari uang pesangon Pak Pur dan gaji para guru di sana. Taat dan Pak Gagah sebagai saksi mata yang berada di lokasi kejadian berusaha untuk menangkap perampok tersebut, tetapi belum membuahkan hasil. Justru, Pak Gagah mengalami luka di kepalanya yang menandakan nama hanyalah sebuah identitas semata. Pak Gagah tidaklah gagah. Kejadian itu membuat banyak guru di sana mengalami krisis karena belum mendapat gaji. Di tengah proses penyelidikan Polisi, Pak Gagah menyatakan pengunduran dirinya sebagai guru di depan Bu Rahayu dan Taat yang saat itu tengah berkunjung ke rumahnya. Scene ini dinilai masih menggantung, karena belum jelas alasan Pak Gagah mengundurkan diri dan apakah dirinya memiliki keterlibatan dengan perampokan yang terjadi di sekolah. Taat bersama rekan guru yang lain memiliki misi untuk mencari tahu komplotan perampok dan menyelamatkan gaji para guru dan juga dana pesangon milik Pak Pur. Berkat ide gemilang dari Bu Rahayu, juga kerja keras Taat, Pak Nelson, dan Bu Nirmala, mereka berhasil mendapatkan kembali apa yang mereka cari. Meski alur ceritanya sedikit rumit, film
ini tetap nikmat untuk ditonton. Plot twist banyak terjadi di akhir cerita. Film ini berhasil mematahkan ekspektasi penonton. Bu Indah yang menjabat sebagai Kepala Sekolah ternyata bekerja sama dengan Pak Le (Kiki Narendra), seorang diktator kejam di desa tersebut. Dalam misi ini, cerita dibungkus secara dramatisir dan menegangkan tanpa menghilangkan unsur komedi itu sendiri. Hal tersebut yang menjadi salah satu nilai plus pada film ini. Tak hanya itu, yang paling saya suka dari film ini adalah bagaimana Taat dan Pak Pur berhasil men-delivery perasaan emosional kepada penonton. Diceritakan dalam film ini bahwa, Taat dan ayahnya kurang harmonis karena ayahnya terlalu memedulikan murid dan kehidupannya di sekolah, tanpa memerhatikan Taat, anaknya sendiri. Selepas menjadi pahlawan dengan aksi heroiknya mengalahkan komplotan perampok, kepada Bu Rahayu Taat menunjukkan paspor kepunyaannya yang menandakan keinginan Taat untuk bekerja sebagai staf di kapal pesiar sudah terwujud. Hal tersebut karena Pak Pur meminjamkan dana pesangonnya kepada Taat. Plot twist lain mengikuti. Setelah empat tahun berlalu, keadaan sekolah banyak mengalami perubahan. Bu Rahayu kini menjabat sebagai Kepala Sekolah. Kemudian datang seorang yang pernah menjadi pahlawan sekolah tersebut. Taat kali ini benar-benar memberikan ijazah aslinya kepada Bu Rahayu, yang menjadi syarat dirinya mengajukan diri untuk menjadi guru sejarah. Ternyata, selama empat tahun itu Pak Taat bukan bekerja sebagai staf di kapal pesiar, melainkan melanjutkan studinya untuk meraih gelar sarjana. Guru-Guru Gokil, meski implementasi ceritanya sesuai dengan judulnya, yaitu guru yang gokil, tetapi tanpa menanggalkan pesan moral yang bisa diambil oleh para penonton. Bahwasanya, untuk setiap orang keberhasilan itu berbeda-beda. Dari Taat Pribadi kita belajar, kalau guru bukan sekadar orang yang lebih tua dari kita atau orang yang hanya ada di sekolah. Akan tetapi, guru bisa hadir dalam bentuk yang tidak disangka-sangka. Di akhir, Gading Marten berpesan kepada seluruh guru, “Tetaplah menjadi guru yang gokil!”.
tokoh utama dalam novel ini, Aini diceritakan harus menanggung beban kemiskinan sebagai penjual mainan anak-anak dengan ayahnya yang mengalami sakit aneh. Hal inilah yang memotivasi Aini untuk berjuang dalam pendidikan demi meraih cita-citanya untuk menjadi dokter ahli. Namun, Aini yang berhasil lolos ujian masuk perguruan tinggi setelah melawan kebodohannya harus menerima kenyataan pahit dengan ditolak universitas impiannya akibat terkendala biaya. Tercermin dari salah satu kutipannya, “Bukankah undang-undang menjamin setiap warga negara mendapat pendidikan?” begitu tanya lugu dalam hatinya (hal.284). Penulis secara tidak langsung telah membuka mata mengenai sebuah isu sosial yang barangkali masih lumrah terjadi di tanah air. Penulis seperti mengajak pembaca untuk melihat sudut pandang baru dari Aini sebagai tokoh utama dari kaum menengah ke bawah dalam perjuangannya meraih ilmu yang barangkali berlipat ganda kesulitannya dibanding orang yang berkecukupan materi. Di samping itu, dalam perjuangan Aini, terdapat Guru Desi sebagai guru Aini, yang merupakan seorang guru idealis, eksentrik, dan merasa matematika adalah jalan hidupnya. Meski orangtuanya memberi banyak pilihan hidup yang lebih layak, ia bersiteguh memilih jalan sulit dengan menjadi guru matematika di daerah pelosok yang jauh dari kampung halamannya di Sumatera. Sangat unik karena Guru Desi ini berusaha memenuhi ambisinya dalam mencari siswa jenius matematika demi memotivasi para siswa lainnya agar bersemangat dan tidak lagi takut terhadap matematika. Novel Guru Aini ini menggunakan alur campuran yang menarik dan berkesan, tetapi bagi sebagian pembaca harus lebih teliti agar dapat memahami jalan ceritanya. Gaya bahasa yang digunakan pun serupa dengan gaya
bahasa Andrea Hirata dalam novel-novel sebelumnya yang khas dengan dialek melayu yang orisinal dan budaya lokal yang kental. Bahasa figuratif menggunakan diksi atau pilihan kata berupa kutipan kata-kata dan metafora unik, terlebih yang berkaitan dengan ilmu matematika, misalnya pada kutipan "Pendidikan memerlukan pengorbanan, pengorbanan itu nilai tetap, konstan, tak boleh berubah." (hal.7)
Judul : Guru Aini (prekuel novel “Orang-Orang Biasa”) Pengarang: Andrea Hirata Editor: Dhewiberta, Nuraini Nura Penerbit: Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka) Cetakan: Pertama, Februari 2020 Tebal: xii + 336 hlm ISBN: 978-602-291686-4