Buletin FatsOeN Edisi.83

Page 1


2 BULETIN FATSOEN EDISI 83 / NOVEMBER 2019

DARI REDAKSI

Salam Redaksi Rajutan kata dan kalimat akan mengantarkan pembaca kepada buletin edisi 83. Bangga dan senang rasanya masih dapat menyapa kawan-kawan pembaca yang mungkin disibukan dengan aktivitas kuliah, keorganisasian yang semakin asyik, hingga sudah bertemu dengan ulangan tengah semester ganjil. Semoga diberikan kelancaran dalam menghadapi UTS maupun seminar proposal untuk yang sudah tiba saatnya. Tidak ingin cepat berlalu dengan euforia kebahagiaan kawan-kawan yang telah menyelesaikan studinya, selamat telah diwisuda pada 16 dan 17 Oktober 2019 lalu, selamat melangkah pada proses yang baru dan semoga menjadi insan bermanfaat dari masing-masing kalian. Happy graduation! Kami akan mempersembahkan buletin edisi 83 yang menjadi produk Lembaga Pers Mahasiswa FatsOeN. Salah satu media informasi yang memuat berbagai informasi di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Pada edisi kali ini, buletin FatsOeN akan menghadirkan beberapa informasi yang kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Tahukah kamu bahwa kampus kita terdapat banyak lembaga di dalamnya? Apa saja sih lembaga yang ada? Kemudian bagaimana fungsi dari lembaga-lembaga tersebut? Mungkin bagi kamu mahasiswa baru sangat bertanya-tanya soal ini. Tapi tak memungkiri juga untuk kamu mahasiswa yang sudah lama di kampus ini, tak sedikit yang belum tahu dan mengenalnya. Yuk berkenalan dengan lembaga-lembaga yang ada di kampus kita tercinta! Oleh karenanya pada buletin yang telah ada di tangan pembaca, membahas mengenai beberapa lembaga yang ada di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, mulai dari PPB, PPTQ, PTPID dan juga Perpustakaan. Selain itu, dalam buletin ini juga terdapat karya tulis Opini, Refleksi, Suara Mahasiswa, Sastra, Resensi, Tokoh dan juga Komik. Buletin edisi 83 ini hadir untuk kawan pembaca sekalian sekaligus memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang kiranya dapat menambah wawasan seputar lembaga-lembaga yang ada di kampus tercinta. Terucap terima kasih kepada kawan pembaca setia buletin FatsOeN yang selalu menunggu terbitnya buletin ini, kepada beberapa pihak yang turut berkontribusi atas segala dukungan serta apresiasi nya, buletin ini berevolusi menjadi lebih baik. Akhir kata, selamat membaca.

Salam Pers Mahasiswa!!!

Kerabat Kerja

Penganggung Jawab: Nur Azizah (Pimpinan Umum LPM FatsOeN); Sekretaris Umum: Zainab Muazzaroh; Bendahara Umum: Linah Sapitri; Pemimpin Redaksi Cetak: Putri Gemma Guntari; Sekretaris Redaksi: Sulistia; Redaktur Cetak: Deni; Reporter: Aisyah, Anas, Azizatus, Casmirah, Diaz, Hilda, Khotimah, Mila, Poni; Fotografer: Ade, Febli, Husna, Indah, Indri, Ineu; Desain Grafis & Layouter: Aab, Fathnur, Nia Mardiani; Editor: Mahabatis Shoba dan Ruri Anggraeni; Pimpinan Perusahaan: Awaliah Jehan; Sirkulasi & Iklan: Wiwit dan Yusuf.

Redaksi LPM FatsOeN menerima karya tulis berupa opini, cerpen, dan puisi dari pembaca. Kirimkan ke alamat redaksi: Graha Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, jln. Perjuangan By Pass Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon, 45132 atau bisa juga melalui e-mail: fatsoenlpm@gmail.com. Website: www.fatsun.id. Instagram: @lpmfatsoen. Twitter: @lpmfatsoen. Facebook: LPM Fatsoen IAIN Syekh Nurjati Cirebon.


KAMPUSIANA

BULETIN FATSOEN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

3

Menengok Kondisi Perpustakaan IAIN Cirebon Saat Ini

foto: casmirah Suasana di lantai satu Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon FatsOeN-Keberadaan perpustakaan kan literasi kepustakaan.” kata Tuti sangatlah penting bagi mahasiswa di saat detemui LPM FatsOeN, belum IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kam- lama ini. pus ini sendiri memiliki perpustakaan Tuti menyampaikan, setiap harinya, yang terletak di lingkungan Fakultas pengunjung perpustakaan bisa mencaSyariah dan Ekonomi Islam (FSEI) pai 700 mahasiswa, bahkan bisa lebih. serta Fakultas Usuludin Adab dan Pada tahun 2019, persentase penguDakwah (FUAD). Jika ditilik dari dua jung meningkat hingga 15%. Hal ini tahun ke belakang, perkembangan menurut Tuti perlu diimbangi denPerpustakaan IAIN Syekh Nurjati gan jumlah buku yang memadai. Dari Cirebon cukup signifikan. Hal ini bisa penuturannya, anggaran pendanaan dirasakan dari segi pelayanan dan tata buku perpustakaan IAIN Syekh Nurruang perpustakaan. jati Cirebon berasal dari Anggaran Menurut salah satu staff Perpus- APBN sesuai kebutuhan dosen dan takaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon mahasiswa dalam proses pembelajabernama Tuti , dalam pelayanannya, ran, kerja sama dengan penerbit, kerja pengelola perpustakaan menyediakan sama dengan Dinas dan Arsip Perkotak saran dan mesin antrean untuk pustakaan Daerah dan Nasional, kerja pengembalian buku. Informasi yang sama dengan BI, serta hibah buku dari disediakan pengelola perpustakaan Alumni. pun cukup lengkap, mulai dari tata Lebih lanjut Tuti menjelaskan, dari cara mengoperasikan katalog elektron- segi tata ruang, perpustakaan IAIN ik, alur layanan peminjaman buku, Syekh Nurjati Cirebon juga sudah hingga ketentuan sanksi keterlam- cukup baik. Perpustakaan ini memibatan pengembalian buku. Dirinya liki tiga lantai. Lantai satu digunakan menambahkan, bagi mahasiswa yang untuk pelayanan pengembalian dan terlambat mengembalikan buku pin- perpanjangan buku, ruang input data, jaman, akan dikenakan sanksi selv- ruang kepala perpustakaan, BI Corner, ing atau literasi kepustakaan sesuai Cirebonese Corner, Panggung Literasi, dengan jumlah hari terlambat. Sema- tempat penyimpanan barang bawaan, kin banyak jumlahnya, semakin lama toilet, serta pelayanan OPAC (katalog pula literasi kepustakaan yang wajib elektronik). Sedangkan di lantai dua, dilakukan mahasiswa. Tuti mengaku, pengunjung dapat menjumpai koleksi hal tersebut adalah konsekuensi bagi buku terkait mata kuliah, novel, maumahasiswa yang kurang disiplin dan pun buku bacaan lainnya. Di lantai sebagai bentuk peningkatan tanggu- tiga, pengunjung dapat menjumpai ng jawab mahasiswa dalam menjaga koleksi karya ilmiah, seperti skripsi buku. Namun tidak sedikit juga ma- dan tesis. hasiswa yang mengabaikan tanggung Sementara itu, Yayat Suryatna sejawabnya untuk literasi kepustakaan. laku Kepala Perpustakaan IAIN Syekh “Tidak sedikit mahasiswa yang ti- Nurjati Cirebon menyatakan, bahwa dak mau melakukan itu (literasi ke- ada tiga indikator manajemen yang pustakaan), buktinya adalah kartu baik. Pertama, dari segi gedung peryang menumpuk di sini (di perpus- pustakaan yang memadai, dapat dilitakaan), karena kartu itu sebagai jam- hat dari luas perpustakaan dan jumlah inan bahwa pemiliknya harus melaku- mahasiswa yang seimbang. Kedua,

dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan. Ia berharap perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa, salah satunya dengan menyosialisasikan sistem dalam peminjaman buku saat pengenalan mahasiswa baru. Menurutnya, terwujudnya perpustakaan yang baik yaitu ketika semua elemen ikut serta menjaganya. Begitu pun untuk pengunjung perpustakaan, alangkah baiknya ikut menjaga dan merawat, baik ruang perpustakaan, menyimpan buku pada tempatnya, serta tidak sabotase buku. Pihak perpustakaan pun mengimbau kapada pengunjung untuk menjaga barang bawaan, serta tidak teledor sehingga insiden pencurian tidak lagi ada. “Ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan,” ujar Yayat. Di sisi lain Nurkholifah, mahasiswa semester III IAIN Syekh Nurjati Cirebon merasa kesulitan dalam mencari buku karena letak buku tidak sesuai dengan raknya. Sedangkan menurut Rifatul Mahmudah mahasiswa semester VII IAIN Syekh Nurjati Cirebon kenyamanan pengunjung ketika berada di dalam perpustakaan pun perlu diperhatikan. Selain itu, Rifatul menilai sistem keamanan perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon perlu dibenahi. “Loker yang sudah disediakan seharusnya disertakan kunci agar lebih aman. Tidak lupa, pulpen yang disediakan untuk menulis daftar buku pinjaman mahasiswa masih terbatas,” ucap Rifatul. (Ine, Casmirah, Aisyah)


4 BULETIN FATSOEN

KAMPUSIANA

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

IAIN Syekh Nurjati Gagal Menjadi Juara Tilawatil Qur’an Dalam PIONIR 2019 FatsOeN – IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal menyabet gelar juara dalam lomba Tilawatil Quran pada Pekan Ilmiah, Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) IX PTKIN yang diselenggarakan tanggal 15-21 Juli 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Jawa Timur. IAIN Syekh Nurjati Cirebon merupakan salah satu peserta PIONIR IX Tahun 2019. Dalam ajang tersebut, IAIN Syekh Nurjati Cirebon menerjunkan sejumlah kontingen untuk mengikuti beberapa cabang perlombaan seperti dibidang ilmiah, olahraga dan seni maupun riset. Dari beberapa cabang lomba itu, kontingen dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon tidak semuanya gagal mendapat gelar juara. Beberapa cabang lomba yang meraih juara diantaranya seperti lomba Film Pendek, Hadroh, Kaligrafi, Duta Pionir, Pidato dan juga Karya Tulis Ilmiah. Akan tetapi pada cabang lomba yang berkaitan dengan baca tulis alquran, kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal meraih gelar juara. Padahal IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki program unggulan dalam pembelajaran baca tulis alquran, yakni Pusat Pengembangan Tilawatil Qura’an atau yang biasa dikenal dengan sebutan PPTQ. PPTQ yang digadang-gadangkan menjadi program unggulan milik kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, ternyata gagal dalam mengantarkan mahasiswanya mengikuti perlombaan Tilawatil Qur’a pada PIONIR IX Tahun 2019.

Foto: doc. LPM FatsOeN

Foto Ilustrasi: Suasana pembelajaran PPTQ di Ma’had Al-Jam’ah. Hingga berita ini ditulis, LPM FatsOeN belum bisa mengkonfirmasi kepada Kepala PPTQ Umamatul Khaeriyah, terkait gagalnya kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX tahun 2019. Namun menurut pengakuan salah satu staff PPTQ, yakni Alex, pendelegasian peserta untuk lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX Tahun 2019, pihak kampus tidak berkoordinasi dengan pihak PPTQ. “Kalau PIONIR kemarin kami tidak tahu informasinya sama sekali, mungkin koordinasinya dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Saya sebagai staf tidak tahu menahu, mungkin koordinasinya dengan UKM semacam HTQ, FK3. Namun jika koordinasinya dengan kami, kami menyediakan datanya dengan real, siapa yang lay-

ak misalnya dapat nilainya A,” ujarnya, saat ditemui LPM FatsOeN, Senin (14/10). Alex mengungkapkan, pada tahun-tahun sebelumnya, PPTQ berhasil mengantarkan delegasi dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon mendapatkan prestasi. Salah satunya yang disebutkannya, dalam perlombaan di Universitas Brawijaya (UNBRAW), Kota Malang, Jawa Timur pada tahun lalu. Saat itu, peserta yang didelegasikan dari PPTQ berhasil menempati peringkat ke-11. “Ini kejadian tahun lalu, ketika Wakil Rektor III masih Pak Farihin, merekomendasikan PPTQ dalam mendelegasikan peserta lomba di UNBRAW. Pada waktu itu, dari sekian universitas, kami berada di peringkat ke-11,” jelasnya.

bersambung ke. hal 13

Menanti Kebijakan Baru Intensif FatsOeN- Program unggulan IAIN Syekh Nurjati Cirebon dibidang Pengembangan Bahasa Asing atau kerap disebut ‘Intensif’, yang dijalankan Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) menjadi buah bibir dikalangan mahasiswa. Pasalnya mereka ditagih janjinya oleh mahasiswa atas gugatan yang disampaikan beberapa pekan lalu, perihal sistem program intensif yang harus dibenarkan. Berdasarkan penjelasan mahasiswa semester III bernama Rizki Ashkari, dalam pelaksanaan program intensif bahasa Arab-Inggris, penentuan waktu dan penentuan jumlah SKS masih dalam pertimbangan. Hal ini kemudian menjadi keresahan mahasiswa karena harus menunggu kejelasan dari pihak PPB. “Setelah saya merasakan program intensif bahasa asing itu, selama satu tahun berjalan, untuk waktu berjalannya terlalu lama, mengakibatkan susah fokus, dan hari pelaksanaanya seolah kita seperti robot

Foto: Nisa Nur

suasana pembelajaran kelas intensif yang mengharuskan waktu weekend kita terhapus karena adanya intensif, untuk masalah SKS memang sudah melanggar, tidak sesuai dengan kenyataan yang tercantum dalam Smart Campus IAIN Syekh Nurjati Cirebon”, kata Rizki belum lama ini.

Menanggapi masalah itu, Khasan Aedi selaku Kepala UPT PPB mengatakan, pihaknya tidak bisa mengurangi waktu pembelajaran dalam program intensif.

bersambung ke. hal 13


KAMPUSIANA

BULETIN FATSOEN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

Pinjam NIM Untuk Bisa Pakai Sarana Wifi FatsOeN - Berbagai macam cara dilakukan mahasiswa agar bisa mengakses sarana wifi yang ada di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Contohnya Anggun, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam semester V. Ia mencoba mengakses wifi, dengan cara meminjam NIM (Nomor Induk Mahasiswa) dari mahasiswa lain atau dengan menggunakan username nama jurusan. “Kalau akses wifi kampus, Anggun biasanya pake username nama jurusan sih, terus paswordnya 123 atau mengggunakan NIM kaka tingkat yang jarang digunakan lagi, soalnya NIM Anggun belum bisa dipakai" ucapnya, saat ditemui LPM FatsOen. Kamis, (17/10). Anggun merupakan salah satu dari sekian mahasiswa, yang sedikit kesusahan untuk bisa mengakses fasilitas wifi kampus. Sebenarnya, dalam mengakses fasilitas wifi di kampus cukup mudah. Biasanya mahasiswa hanya perlu menggunakan username NIM sendiri dan password dari nama sendiri. Namun, untuk mahasiswa baru dan tiga tahun kebelakang, mereka memiliki kendala saat mencoba mengaksesnya. Hal tetsebut dikarenakan NIM mereka belum terdaftar di PTIPD (Pusat Data Informasi dan Pangkalan Data). Ketua PTIPD, Darwan mengakui hal itu. Kebayakan mahasiswa tersebut belum mempunyai Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) . Padahal KTM merupakan tanda, jika mereka adalah mahasiswa IAIN. Mengingat, yang

5

Foto Ilustrasi : Seorang Mahasiswi yamg sedang login wi fi boleh mengkses wifi kampus hanya mahasiswa, dosen, serta civitas aka- gelola dari pihak Ketua Jurusan atau Sekretaris jurusan masing-masing. demik IAIN Cirebon lainnya. Di tempat yang berbeda, Ketua juru“Tahu dia mahasiswa kita kan ngesan Tadris IPS, Nuryana, mengaku pilihatnya bisa dari KTM” kata Darwan. haknya sudah melakukan insiatif, denDarwan menyampaikan, untuk bisa gan mendata mahasiswanya agar bisa mengakses wifi membutuhkan KTM. mengakses wifi kampus. Hal tersebut Maka dari itu Darwan memberidilakukannya, lantaran dirinya merasa kan tawaran untuk mahasiswa agar gelisah karena mahasiswa tidak diberi datang langsung ke kantor PTIPD unpelayanan dari pihak lembaga. tuk mendaftar. “Sebenarnya hal tersebut berangkat “Silahkan mahasiswa yang belum karena fakta di lapangan, dari kegelibisa mengakses wifi kampus, datang sahan mahasiswa terutama mahasiswa langsung ke PTIPD dengan membawa baru, karena ada sesuatu yang kurang KTM” tambah Darwan. dari pelayanan dari lembaga seperti Dirinya juga menyarankan, jika mapelayanan sarana wifi dari PTPID itu, sih ada mahasiswa yang belum memjadi kita yang menangkap kegelisahan punyai KTM, maka alternatifnya bisa menggunakan KTM sementara atau itu” jelasnya saat ditemui LPM fatsOdari jurusannya masing-masing. Pi- en. Jumat (18/10). Masih disampaikan Nuryana, pihak jurusan harus melakukan insiatif haknya hanya ingin lebih memperceiventarisir mahasiswanya yang belum pat agar mahasiswa segera diberi pebisa mengakses wifi dengan membuat layanan yang baik, seperti melakukan daftar nama, jurusan, NIM, serta passpendataan tersebut. (zizah, sulis) wordnya. Daftar tersebut yang men-

Sepenggal Pesan Merawat Lingkungan di Jagakali International Art Festival FatsOeN, 8

Foto: Fathnur Rohman Sejumlah seniman internasional tampi menghibur di acara Jagakali Art Festival 8

Cirebon- Pembukaan acara Jagakali Art Festival 8 dilaksanakan di daerah Cadas Ngampar, Kopi Luhur Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jum'at (25/10). Jagakali Art Festival ini merupakan acara rutin yang diadakan oleh perkumpulan komunitas seni dan pecinta lingkungan. Acara tahun ini merupakan yang ke 8. Salah seorang voullenteer Jagakali Art Festival 8 bernama Telly menjelaskan, acara itu bermula dari keresahan seorang seniman bernama Niko terhadap lingkungan. Niko melihat banyak lingkungan yang rusak, serta banyak masyarakat sekitar yang kurang peduli terhadap lingkungan. Niko kemudian tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat sekitar mencintai lingkungan, namun tetap

bersambung ke. hal 13


6 BULETIN FATSOEN

OPINI

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

Menilik Kesehatan Mental Pada Generasi Muda Oleh : Zainab Muazzaroh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Semester 7 dan Pegiat LPM FatsOeN

“The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don’t.� - Arthur Fleck (Joker) "Bagian terburuk dari memiliki gangguan mental adalah orangorang mengharapkan kamu untuk bertingkah seolah kamu tidak memiliki gangguan mental." Seperti film Joker yang disutradarai Todd Phillips yang akhir-akhir ini sedang hits, Arthur Fleck sebagai tokoh utamanya digambarkan menderita gangguan jiwa. Dia mengalami tekanan mulai dari terisolasi, diintimidasi dan diabaikan oleh masyarakat. Berbagai tekanan tersebut membuatnya berubah menjadi sosok Joker atau yang dikenal sebagai dalang kriminal. Dalam Joker, tindakan Arthur dipicu ketika ia marah, malu, terkejut atau gugup dalam situasi publik. Menurut data dari World Health Organization (WHO), dalam rentang usia 15-29 tahun, satu orang setiap 40 detik melakukan upaya bunuh diri. Bunuh diri terjadi di semua wilayah di dunia. Faktanya 79% dari kasus bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara hubungan antara bunuh diri dan gangguan mental seperti depresi dan gangguan penggunaan alkohol, biasanya terjangkit oleh orang-orang yang sudah mapan ekonomi, dan banyak yang bunuh diri secara impulsif di saat-saat krisis. Di Indonesia sendiri, dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti Skizofrenia adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400 ribu orang. Angka ini meningkat dibandingkan 2013. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang mengalami perundungan dari orang sekitar dan mereka tak sanggup untuk melakukan pengobatan.

Setiap tanggal 10 Oktober menjadi peringatan Hari Kesehatan Jiwa Internasional. Negara Indonesia juga turut serta dalam peringatan ini. Hal ini sebagai bentuk kepedulian global akan pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap orang dengan gangguan jiwa. Menurut sejarah, penetapan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dilatarbelakangi dari sebuah program yang dirancang oleh World Federation for Mental Health (WFMH) pada 1992. Peringatan tersebut membawa misi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dunia mengenai kesehatan jiwa. Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tidak semata-mata untuk mengenang hari penting yang bersejarah. Namun menjadi inspirasi bagi mereka yang mengalami depresi bullying, yang disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor sosial seperti tekanan dari lingkungan yang berisiko terhadap gangguan jiwa ringan maupun berat. Selain itu, faktor kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah ekonomi, sakit fisik, kekerasan, pelecehan, konflik dan juga keadaan darurat kemanusiaan lainnya menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri. Permasalahan kesehatan mental di Indonesia masih dianggap remeh oleh masyarakat, sehingga tidak heran jika banyak orang yang memiliki gangguan kesehatan mental diabaikan. Masyarakat Indonesia masih beranggapan buruk terhadap beberapa isu kesehatan mental. Penderita gangguan mental di Indonesia masih banyak yang menerima perlakuan diskriminatif dan tidak manusiawi.

Buruknya penanganan pada penderita gangguan kejiwaan di Indonesia ditandai dengan penanganan yang salah. Masih banyak orang-orang dalam masyarakat tradisional yang beranggapan bahwa gangguan kejiwaan disebabkan oleh roh jahat, perbuatan dosa, hingga kutukan. Seharusnya gangguan mental tersebut membutuhkan tindakan terapi pendekatan psikologi. Para penderita gangguan kejiwaan ini justru dibawa ke paranormal, bahkan sampai ada yang dikurung dan dipasung. Kesehatan mental memegang peranan penting dalam diri khususnya bagi para remaja. Masa remaja merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa, sehingga terjadi banyak perubahan. Mulai dari perubahan fisik, hormon, kecerdasan, emosi dan perilaku. Tuntutan sosial yang semakin tinggi, dan juga situasi yang semakin kompleks. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres, jika tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan. Dengan proses masa transisi tersebut, remaja biasanya dinilai sebagai kelompok usia sehat. Namun ternyata kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dalam berbagai kasus, bunuh diri merupakan hal utama yang banyak dilakukan dari permasalahan kesehatan remaja.

bersambung ke. hal 15


BULETIN FATSOEN

REFLEKSI

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

7

Di Balik Perubahan Nama Beberapa UKM Oleh : Awalia Jehan Savitri Mahasiswa Perbankan Syari’ah Semester 7 dan Pegiat LPM FatsOeN Unit Kegiatan Mahasiswa atau UKM merupakan wadah aktivitas mahasiswa luar kelas untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu. IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki sekitar 18 UKM dan 2 Unit Kegiatan Khusus (UKK). Baru-baru ini dua dari delapan belas UKM memutuskan untuk mengganti nama, yakni HIPMI-PT (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi) menjadi SENJAPRENEUR dan LDK (Lembaga Dakwah Kampus) menjadi LDM (Lembaga Dakwah Mahasiswa). Kronologis penggantian nama tersebut yakni berawal dari bulan Juli lalu. Beberapa UKM dipanggil dan diminta untuk menghadap Wakil Rektor III. Hasil dari pertemuan tersebut yaitu tiga UKM yakni HIPMI-PT, LDK dan IMEIs tidak sesuai dengan Peraturan Kementerian Pusat. Aturan tersebut mengatakan bahwa dalam bagian kesatu Kewajiban Umum Pengurus dan Organisasi Kemahasiswaan Pasal 12 No. 4 adalah organisasi kemahasiswaan bukan underbow partai politik / organisasi di luar. Sehingga mereka harus melepaskan diri dari organisasi pusat terkait atau independen. Jika tidak mengikuti peraturan yang ada, maka organisasi ini akan menjadi organisasi ekstra-kampus dan tidak menjadi UKM lagi. Dengan adanya peraturan, pastinya akan berdampak pada keberlangsungan organisasi masing-masing.

Peraturan itu mengharuskan UKM tersebut untuk mengganti namanya. Perubahan nama diimaksudkan agar organisasi tersebut tidak lagi memiliki garis koordinasi dengan organisasi yang berada di pusat. Perubahan nama ini tentunya menimbulkan polemic. Salah satunya adalah mengenai perubahan AD/ ART hingga jalur koordinasi dengan dewan pendiri maupun demisioner lainnya. Setiap nama organisasi tentunya memiliki sejarah dan makna tersendiri, perubahan nama yang akan dilakukan harus melalui persetujuan seluruh pihak, termasuk demisioner dari organisasi tersebut. Sehingga perlu adanya konfirmasi terhadap para demisioner agar tidak adanya miss komunikasi. Dengan adanya perubahan nama, UKM tersebut harus melakukan re-branding terhadap nama baru mereka. Kemudian apakah nama baru ini yakni akan dikenal public secara cepat? Re-branding memerlukan waktu yang cukup lama, agar nama baru UKM tersebut dapat dikenal oleh public. Hal ini tentunya merupakan kesulitan yang harus dihadapi oleh UKM tersebut karena butuh tenaga ekstra agar UKM tersebut kembali eksis. Terlebih re-branding tersebut dilakukamn oleh UKM yang memiliki relasi dengan kampus lain. Kemudian anggota dari UKM tersebut juga harus beradaptasi dengan perubahan yang ada mulai dari perubahan nama akun so-

sial media yang dimiliki punya hingga perubahan logo. Saya rasa beberapa UKM juga pastinya memiliki relasi dengan UKM lain di luar kampus atau organisasi pusat yang mewadahinya. Dengan status independen UKM IAIN Syekh Nurjati Cirebon bukan berarti mereka memutus hubungan dengan organisasi pusat. Mereka tetap boleh menjalin relasi namun sebatas pada kerjasama. Sebenarnya keterlibatan organisasi luar kampus ini memiliki banyak dampak positif terhadap kemajuan organisasi.. Seperti, saat ada event atau perlombaan, yang secara langsung maupun tidak membawa nama kampus menjadi lebih dikenal di luar. Apalagi jika event atau perlombaan itu dalam tingkat nasional. Maka keterlibatan ini menjadi momentum untuk membawa nama baik kampus.

+62831-9506-6034


8 BULETIN FATSOEN EDISI 83 / NOVEMBER 2019

KALEIDOSKOP


SUARA MAHASISWA

BULETIN FATSOEN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

Kata Mereka Tentang UPT Kampus Kita

9

Berikut adalah sepenggal ungkapan rasa cinta dari mereka untuk menuju perubahan yang lebih baik bagi kampus kita. Muhammad Alwan – Ketua Umum EDSA Banyak hal yang di dapat dari UPT yang ada di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini,

dari mulai perpustakaan yang ada di Kampus, sangat menunjang pembelajaran dengan ruangan yg cukup memadai. Selain itu lembaga lain seperti PPB juga mampu menghadirkan program yang bagus buat mahasiswa IAIN Cirebon ini buat meningkatkan skill berbahasa Asing mereka. PPTQ juga saat ini menjadi ikon yang luar biasa positif di IAIN Cirebon ini, guna meningkatkan kapasitas mahasiswa sebagai pelajar institut berbasis agama yang akan berguna di masyarakat. Harapannya lembaga tersebut bisa lebih meningkatkan kualitasnya baik dari segi pelayanan maupun sistemnya, seperti hal nya perpustakaan yang idealnya bisa lebih dikembangkan dengan memperbanyak genre buku yang tersedia. Bila perlu diadakan juga perpustakaan khusus di tingkat fakultas bahkan jurusan agar lebih mudah dijangkau bagi mahasiswa.

Fikri Abdussalam – Ketua Umum DEMA FITK Ini adalah hal yang positif karena akan menunjang kapasitas dan kualitas mahasiswa. Mulai dari PBB yang meningkatkan skill bahasa kita Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, PPTQ untuk baca tulis alqurannya, kemudian mahad untuk menunjang apalagi untuk yang jauh-jauh mungkin untuk mahasiswa baru bisa tinggal disitu selama 4-6 bulan, perpustakaan juga membantu mahasiswa untuk mendapatkan referensi yang banyak untuk perkuliahan dan juga ada pengelolaan website yang membantu memudahkan. Harapan kedepannya, baik PPB dan PPTQ untuk sistem perkuliahan baiknya diedukasi terlebih dahulu di awal perkuliahan jadi harus ada orientasi dahulu tentang PPB, PPTQ, berikut sistem dan lainnya.

Muhammad Deden Jalaludin Sayuti – Ketua Umum DEMA FUAD PPTQ itu bagus, karena tidak semua anak di IAIN backgroundnnya dari pondok pesantren, terlebih IAIN membawa citra Islam. Jadi setidaknya mahasiswa yang lulus dari IAIN bisa membaca Al-Qur’an. Lalu terkait Intensif, sebenarnya niat dari kampus itu bagus supaya sumber daya manusianya itu lebih berkualitas dengan adanya pelatihan bahasa, cuma dalam penerapannya atau sistemnya kurang baik. Kalau bisa untuk waktu jangan terlalu banyak atau jangan sampai mengambil waktu libur, karena mahasiswa juga perlu waktu libur. Sarannya, mending intensif itu disimpan di semester atas karena waktu-waktunya sudah luang dan output dari kita mengikuti intensif tersebut adalah TOEFL yang bisa dipakai untuk beasiswa atau yang lebih bermanfaat dibanding di awal semester. Untuk wifi itu sudah bagus tinggal ditambahkan lagi titik-titiknya. Untuk lembaga yang mengelola smart campus supaya lebih diperbaiki lagi karena sering error ketika banyak yang mengakses, karena kasian ketika banyak yang mengakses terus error jadi tidak ada waktu untuk mengisi KRS, KHS dan sebagainya. IAIN itu jangan terlalu banyak lembaga, kalau bisa ada 1 lembaga tetapi menjadi ikon utama IAIN atau yang menjadi ciri khas IAIN.

Diah Orizsa S Paramita – Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Untuk LP2M dalam pelaksanaan KKN kemarin manajemennya lebih diperbaiki lagi. Dari sebelum pelaksanaan jadwalnya yang berubah-ubah banyak peserta yang kebingungan, baik pra maupun pasca (penutupan) KKN. Pembagian buku pedoman laporan, pedoman pelaksanaan KKN yang seharusnya dibagikan sebelum KKN malah dibagikan saat pelaksanaan KKN bahkan tinggal menghitung hari waktu KKN usai. Selain buku juga masih banyak kekurangan lain, yakni LP2m tidak bisa memberi arahan kepada mahasiswa untuk mengadakan loka kaya desa dan juga loka karya kecamatan.


10 BULETIN FATSOEN

RESENSI

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

Resensi Buku

Menjadi Orang-Orang Biasa Judul Buku : Orang-orang Biasa Nama Pengarang : Andrea Hirata Nama Penerbit : Penerbit Bentang (PT. Bentang Pustaka) Ketebalan Buku : 20,5 cm (xii + 300 halaman) Tahun Terbit : Februari, 2019.

Buku ini menceritakan tentang seorang Andrea Hirata yang gagal membawa Putri Belianti, seorang anak miskin yang cerdas, masuk ke sebuah fakultas kedokteran di Universitas Bengkulu. Siapa yang tak mengenal Andrea Hirata, seorang penulis hebat juga menginspirasi banyak orang, Indonesia patut bangga memiliki beliau. Di dalam novel ini kita dapat melihat kekecewaan berat yang dialami oleh Andrea Hirata. Betapa begitu sulitnya melanjutkan pendidikan di Indonesia, meskipun telah berjuang sampai batas, namun akhirnya gagal karena dipatahkan oleh mahalnya uang muka yang ditawarkan universitas. Pengantar buku ini berlatar di sebuah kota yang naif bernama Belantik, yang menceritakan tentang penduduk kota yang begitu apa adanya, tidak

Resensi Film

Sutradara: Joko Anwar Produser : Sukhdev Singh Wicky V. Olindo Bismarka Kurniawan Penulis Skenario: Joko Anwar Pemain : Abimana Aryasatya Tara Basro Bronot Palarae Ari Bayu Rio Dewanto Marisa Anita Genre: Film Laga Studio: Bumi Langit Studios

munafik. Pada halaman 5 ditegaskan bahwa penduduk kota Belantik adalah penduduk yang jika ada masalah mereka cenderung menyelesaikannya secara kekeluargaan. Mereka bukan orang-orang yang kasar. Mereka berjiwa humor, tak suka melanggar hukum dan respek pada otoritas. Jika mereka miskin mereka bersahaja; jika mereka

“Mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir� kaya mereka tidak rakus; jika mereka miskin dan mereka tidak kaya mereka tidak ada. Bagi saya Belantik mencerminkan beberapa karakter penduduk di Indonesia, melihat beberapa isu negara yang berkembang saat ini, masih ada sebagian orang yang tetap santuy menjalani kehidupannya bukan? Begitulah Belantik. Orang-orang biasa bukanlah kumpulan 10 kawan yang direkrut oleh sang penulis untuk menjadi 10 karak-

ter yang unik dalam sebuah novel. Orang-orang biasa adalah 10 kawan yang dipertemukan sebab memiliki takdir hidup yang sama sewaktu di sekolah. Mereka adalah Debut, Dinah, Salud, Sobri, Handai, Tohirin, Honorun, Rusip, Nihe dan Junilah. Mereka memiliki kesamaan sejak di bangku sekolah dasar, mereka sama-sama dibully, sama-sama bodoh, sama-sama miskin, meskipun begitu mereka tahu bagaimana menikmati hidup dengan sederhana tanpa penuh manipulasi. Sekumpulan orang-orang biasa yang menjadi karakter dalam sebuah novel bukanlah tugas yang mudah bagi seorang penulis untuk menyelesaikan tulisannya. Dengan cara berpikir Andrea Hirata, ia mampu menjadikan kesepuluh orang-orang biasa ini menjadi 10 orang yang memiliki karakter unik dan mampu melakukan hal-hal hebat. Patutlah kiranya, novel

bersambung ke. hal 15

Negeri Ini Tidak Butuh Patriot Yang menarik dari film Gundala salah satunya karena Film ini menyorot kesenjangan kelas sosial yang sangat kita akrabi dalam struktur masyarakat kita. Ada kelas elit yang direpresantikan oleh DPR dengan pakaiannya yang selalu rapih, mengendarai mobil mewah dan rapat-rapat di kantor. Konflik di kelad ini berkutat soal sikut menyikut antar golongan demi kepentingan masing-masing. Tidak terlalu jauh dari gedung DPR, para pemuda dan anak-anak hidup dalam dunia yang kacau dan serba terbatas. Bangunan-bangunan kumuh mengingatkan saya pada lanskap kampung miskin kota yang pengap dan berjubel. Kampung kota yang hanya melahirkan para kriminal dan orang-orang brutal level mampus. Sebuah distopia di tengah kemewahan dan gedung-gedung tinggi. Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) lahir dan besar di tengah-tengah distopia itu. dunia yang kumuh dan brutal membuat dia terampil berlari dan berkelahi. Dua keahlian yang mengantarkannya menjadi la-

ki-laki dewasa dan kelak menjadi Gundala. Gundala adalah tokoh super hero berkekuatan petir. Film ini menjadi pembuka Jagat Sinema Bumi Langit yang akan melahirkan tokoh berkekuatan super lain. Sebagai film pembuka saya rasa Gundala gagal menghidangkan aksi seorang super hero. Beberapa bagian yang penting justru diekseskusi terburu-buru seperti ketika Gundala mendapat kekuatan petir dan dia membuat kostum super heronya sendiri. Ekpetasi keseruan menikmati aksi super hero juga berkurang akibat koreografer yang payah. Perkelahian antara Gundala dan musuh-musuhnya terasa lambat dan hambar. Saya ingin mengatakan bahwa Sancaka (Abimana Aryasatya) lebih menarik perhatian ketimbang ketika dia memakai kostum menjadi Gundala. Alasannya karena tagline patriotisme film ini,"Negri ini butuh patriot". Akibat tagline ini, ekpetasi saya film gundala akan menyuguhkan tema patriotisme yang sama dengan film-film yang

bersambung ke. hal 15


BULETIN FATSOEN

CERPEN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

11

Matahari di Ufuk Barat Oleh : Poni Rahayu Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam Semester 7 dan Pegiat LPM FatsOeN

"Di saat setiap orang menyimpan rahasia yang tak pernah terdeteksi oleh ribuan kata-kata, ketulusan seseorang bisa menjadi senjata untuk meruntuhkan segala macam pertahanan diri." Seorang perempuan berhenti di bawah sorot lampu jalan, ia terlihat lelah dari gurat wajahnya yang dirundung kesedihan. Air matanya mulai berjatuhan sejak ia memasuki gang tempatnya tinggal, pada setiap langkah ia pun mencoba menghapus tetesan air mata itu. Hingga pada puncaknya ia menyerah, tak sanggup lagi melanjutkan jalan, pun tak sanggup lagi menahan air mata agar tidak terus berjatuhan. Ia berjongkok di tempatnya berdiri, menarik urat wajah yang tertahan, lalu menangis sejadinya. Di sepanjang jalan yang sepi, tangisnya itu menjadi satu-satunya sumber suara di tengah-tengah keheningan malam. Ponsel yang digenggamnya bergetar sebab panggilan masuk dari seseorang. Puluhan pesan teks dan panggilan telepon dari seorang laki-laki tak pernah digubris. Ia marah pada semuanya, pada kehidupan pula. Rasanya disaat seperti ini ia ingin memutuskan hubungan dengan siapa pun, dengan teman-teman, dengan sahabat, bahkan dengan keluarganya sendiri. Dan panggilan itu kembali berakhir sebelah pihak sebelum berhasil dijawab olehnya. Beberapa menit berikutnya, cahaya dari sepeda motor yang dikendarai oleh seorang laki-laki mampu menemukan perempuan itu, ia masih dengan posisi yang sama, berjongkok dan menangis. Laki-laki itu buru-buru menghampirinya, "Kamu kenapa? Kenapa tidak ada kabar sejak tadi sore? Kenapa pesan dan teleponku tidak dijawab? Aku khawatir, takut terjadi apa-apa sama kamu," serunya penuh nada cemas bercampur emosi. Perempuan itu hanya menangis tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan ia bukan marah pada semua orang, tapi ia pun marah pada diri sendiri. Mengapa masih seperti ini saja? Mengapa masih belum menerima takdir? Mengapa masih memikirkan hal-hal yang dibenci? Mengapa setiap masalah itu datang, hanya bisa menangis dan tidak bisa apa-apa? Mengapa? *** Udara cukup dingin di sore hari. Ditemani semilir angin, aku duduk sembarang di meja-meja bekas yang telah usang dimakan usia. Matahari nampak begitu jingga menembus mata coklatku yang menyala karenanya. Aku berada di atap gedung tempatku tinggal, melamun tanpa arah pemikiran yang jelas. Mataku masih sedikit bengkak bekas menangis semala-

man. Emosi yang masih tertahan belum puas aku luapkan, belum puas aku membentak laki-laki itu tadi malam, belum puas aku menyalakan semuanya. Hanya karena persoalan klasik yang aku sendiri sulit lepas dari permasalahan itu. Aku memiliki pemikiran konyol sejak SMA, aku berpikir aku tidak akan pernah menikah. Saking tidak ingin menyaksikan perpisahan aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun, lebih dari itu aku hanya takut aku mendapatkan begitu banyak rasa sakit dan kecewa dari hubungan yang aku jalani tersebut. Benar bahwa aku memiliki trauma yang begitu dalam. Aku tidak suka jika ada yang tahu bahwa keluargaku berantakan, aku marah saat ayah dan ibu selalu bertengkar, aku benci menyaksikan semua itu. Aku sangat muak. Semua itu berjalan dengan bergulirnya waktu yang begitu cepat, tak kusangka aku hidup di tengah-tengah keadaan keluarga yang tidak sehat, 10 tahun menyembunyikan rahasia dari semua orang, menahan semua perasaan sakit hati, selalu mencoba memikirkan kebaikan yang bagiku itu begitu aneh. Mengapa aku disuruh sabar dan pasrah pada Tuhan di tengah-tengah kesendirianku menghadapi masalah ini? Aku tahu sabar itu ada batasannya dan sejak dulu aku sudah muak dengan kesabaranku, dengan kepasrahanku melihat perilaku ayah yang tidak baik pada ibu lalu berdampak pada anak-anaknya. Suatu hari aku pernah mengatakan pada ibu bahwa aku tidak akan pernah menikah dengan alasan rasa takut, lalu ibu marah. Katanya aku harus menikah, aku harus merasakan yang perempuan lain rasakan, katanya aku juga harus memiliki seorang anak. Aku hanya tidak habis pikir, mengapa ibu masih bisa mengatakan seperti itu disaat hubungan pernikahannya dengan ayah berantakan. Aku hanya menyayangkan keputusan ibu yang tidak bijaksana. Mungkin ibu tahu, aku begitu adalah bentuk protes karena ibu tak lekas bercerai dengan ayah. Kenapa ibu masih mempertahankan hubungan yang ia sendiri menjalaninya dengan susah payah? Dengan rasa sakit hati yang bertubi-tubi, dengan mencoba diri untuk ikhlas menerima takdir, ibu meyakini bahwa pengorbanannya bisa digantikan dengan kenikmatan di surga nanti. Omong kosong perkara surga, faktanya, ibu menjalani proses menuju surga itu

dengan selalu mengeluh padaku, mengeluh tentang perilaku ayah, tentang sikap ayah, tentang keburukan ayah yang sangat aku benci. Kenapa ibu begitu? Selalu memberi kabar padaku bahwa ayah telah begini dan begitu? Membuat aku muak, membuat aku sakit hati, membuat aku ingin mati saja. Yang pasti aku tidak akan pernah menikah jika Tuhan tetap menyuruhku hidup panjang di masa depan. Itu keputusanku. *** Aku masih menikmati matahari yang akan pamit di ufuk barat sana, sendirian di atap gedung tempatku tinggal. Tanpaku sadari ternyata seseorang telah berdiri di sampingku, entah sejak kapan. Dia adalah laki-laki itu, yang selalu menatapku dengan keibaan paling tinggi, seolah-olah ia bisa merasakan apa yang kini kurasakan, seolah-olah ia telah hidup 10 tahun di dalam keluargaku yang hancur. Aku masih belum menyadarinya, sebelum ia menempelkan minuman cup berisi jus jeruk di pipiku. Aku kedinginan lalu menjauhi pipiku dari minuman itu. "Melamun saja sih, ini minum dulu," katanya memulai pembicaraan. Aku diam, tak peduli dan menatap matahari lagi. Semilir angin meniup rambutku berulang kali, itu pun aku tidak peduli. Aku hanya melamun dan memikirkan satu kalimat yaitu aku tidak akan pernah menikah. Tidak akan. Aku tidak akan menyakiti perasaan anak-anakku nanti, tidak akan mengecewakan mereka. "Sudahlah, sayang, ada aku di sini," laki-laki itu berbisik, meraih puncak kepalaku lalu mengelusnya lembut. Aku menoleh padanya, "Kenapa masih menemaniku? Aku bilang kan aku tidak akan pernah menikah, orangtuamu tidak mengerti hubungan kita bagaimana, 'kan?" "Bukan begitu. Bapak dan ibu minta maaf atas kejadian kemarin, mereka gak tahu keadaan keluarga kamu gimana, aku sudah jelaskan dan mereka mengerti sekarang," sahutnya hati-hati. Laki-laki itu selalu begitu, dia sangat baik dan berhati-hati merawatku. Sejak dulu ia mengetahui bahwa aku tidak akan pernah menikah, hubungan kami pun tidak diikat oleh status apa pun, meski dulu dia sangat ingin aku menjadi kekasihnya. Aku memberi banyak pemahaman dan begitu

bersambung ke. hal 15


12 BULETIN FATSOEN EDISI 83 / NOVEMBER 2019

Asah Otak

INFOGRAFIS

Mendatar : 1. Intensif 3. Boros (Antonim) 5. Bagian Penutup pada karya sastra 6. Ahli Ilmu Kimia Menurun 2. Puspa (KBBI) 4. Standar atau satuan pengukur 7. Seminar Proposal Foto dan posting jawaban Asah Otak Buletin FatsOeN edisi 83 di Instagram dengan tandai akun @lpmfatsoen disertai tagar #asahotakfatsoen. Pemenang akan diumumkan di akun Instagram @lpmfatsoen dan dimuat di Buletin edisi selanjutnya.


LANJUTAN

Sambungan dari hal. 4 IAIN Syekh ... Sementara itu, menurut penuturan Ririn Rahayu, mahasiswa Tadris IPA Biologi semester V yang juga merupakan delegasi cabang lomba Tilawatil Qur’an dari Kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengatakan, bahwa dirinya menjadi delegasi bukan direkomendasikan oleh PPTQ. Ririn men-

Sambungan dari hal. 4 Menanti Kebijakan Baru ... Ia beralasan, karena hal tersebut sudah menjadi konsep awal program intensif dalam mencapai target pembelajaran. “Soal waktu kami tidak bisa kurangi dengan ketentuan dan konsep pembelajaran yang sudah diatur atas capaian serta target pembelajaran, kita kembalikan kebelakang bahwa ini intensif”. ungkap Khasan. Khasan menambahkan, adapun dalam persoalan ruang kelas untuk proses pembelajaran memang belum terpecahkan hingga saat ini. Ia mengaku, kebutuhan kelas makin bertambah dengan kedatangan

Sambungan dari hal. 5 Sepenggal Pesan ... dalam kapasitasnya sebagai seorang seniman. Niko akhirnya mengadakan acara seni yang didalamnya terdapat pesan untuk menjaga lingkungan, yakni Jagakali Art Festival. Niko mengawali hal tersebut dengan teman-teman sesama komunitasnya untuk mengadakan acara seni. Tidak hanya itu, mereka menyelipkan pesan agar masyarakat tetap mencintai lingkungannya. Enam kali acara itu berlangsung, dan tepat pada Jagakali Art Festival yang ke 7 acara ini sudah dalam kancah internasional. Mere-

BULETIN FATSOEN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

13

gaku, jika ia mengikuti sleksi langsung yang diadakan oleh akademik. “Kalau lomba PIONIR kemarin saya tidak melalui Lembaga PPTQ, akan tetapi mengikuti seleksi langsung dari akademik,” tutur Ririn. Ririn menyampaikan, adanya pembelajaran baca dan tulis alquran oleh PPTQ sebenarnya sangat membantu saat perlombaan Tilawatil Qur’an di PIONIR IX lalu. Namun meski begi-

tu, dirinya merasa bahwa peserta dari kampus lain sangat berkompeten, sehingga akhirnya dirinya tersisihkan. “Sebetulnya saya sangat terbantu dengan ilmu yang didapatkan dari pengajaran PPTQ, karena penilaiannya bersangkutan dengan ilmu tajwid juga. Namun, kemampuan dari peserta lainnya lebih bagus jadi saya kalah saing dengan mereka,” ucap dia. (Gem/Khot/Indr)

mahasiswa baru yang mencapai kurang lebih 3600 orang. ”Ada beberapa ruangan yang hari jumat tidak bisa kami gunakan meskipun sebelumnya dari kami sudah melayangkan surat pemebritahuan, kepada tiap-tiap Dekan yang didalamnya mencantumkan kebutuhan kelas tiap fakultas yang akan digunakan untuk intensif mengusahakan di hari jumat dan sabtu, tetapi buktinya tidak bisa, makannya FITK untuk bahasa inggrisnyas itu masih sabtu dan minggu dan itu bukan kesalahan PPB, karena tidak mungkin kita memaksakan” tambahnya. Lebih lanjut ia menuturkan, pada semester genap mendatang, pihaknya akan mengusahakan agar waktu pembelajaran

program intensif diadakan di hari Jumat dan Sabtu. Mengingat saat ini pembangunan gedung baru Fakultas Tarbiyah & Keguruan (FITK) sudah mulai dilakukan. Menurutnya, gedung baru FITK ini bisa menambah kapasitas kelas untuk mahaasiswa, sehingga hari Minggu tidak dipakai sebagai waktu pelaksanaan program intensif. “Kami tetap akan mengusahakan di semester genap, intensif Jumat dan Sabtu aja, karena melihat dalam pekan ini, sedang dalam proses pembangunan gedung baru FITK yang akan menambah jumlah kelas dengan kapasitas mahasiswa yang makin bertambah ini, supaya ada waktu libur di hari Minggu.” ucap Khasan. (Iaz/Nas)

ka mengajak teman atau kenalan dari luar negri untuk ikut serta dalam acara tersebut. "Setiap acara Jagakali ini tuh mengambil tempat acaranya beda-beda. Tema setiap acaranya juga beda dengan maksud dan pesan tertentu yang terkandung di dalamnya." Ucap Telly kepada LPM FatsOeN, Jumat (25/10). Telly menuturkan, tema yang diangkat dalam Jagakali Art Festival yang ke 8 ini yaitu Cinta Sejati. Maksud dari tema ini adalah sebagai pembuktian sejauh mana cinta kita terhadap Bumi yang sudah memberikan segalanya kepada kita. Banyak rangkaian acara yang ada.

Jagakali Art Festival menggaet beberapa seniman ternama, komunitas-komunitas seni, juga beberapa elemen lainnya untuk ikut serta meramaikan acara. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian khalayak agar ikut dalam acara tersebut, dan pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh lebih banyak orang. Tidak hanya itu, Jagalai Art Festival juga mengadakan pra event yang dimana isinya adalah kegiatan menjaga lingkungan seperti membersihkan sungai, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar pesan utama yang dimaksud tetap sampai keda masyarakat, yaitu menjaga lingkungan.


14 BULETIN FATSOEN

HIBURAN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

Tips & Trik

Indekos Rasa Rumah Kedua

Oleh : Hilda Khoirunnisa Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia Semester 7 dan Pegiat LPM FatsOeN

Musim tahunan tiba, tahun ajaran baru kembali menampilkan wajah-wajah sumringah para siswa yang lolos ujian seleksi di perguruan tinggi. Tapi percayalah, kebanggaan menjadi mahasiswa baru tidak akan berlangsung lama, terlebih untuk yang membayangkan kehidupan kampus itu seasyik yang ditampilkan di FTV atau sinetron, mohon maaf karena kalian salah besar, hehe.... Bagi mahasiswa baru yang berkuliah di kota sendiri mungkin tidak menjadi masalah ketika berhadapan dengan situasi baru di kampus. Tapi untuk kamu yang akhirnya harus mengalah dengan keadaan dan jarak, bersiap-siaplah dengan kondisi baru, di kota orang lain, bahkan rela untuk meninggalkan kampung halaman. Indekos atau yang lebih familiar disebut kos, sangat identik dengan mahasiswa. Rumah dan kampung halaman memang menyuguhkan ken-

PUISI... Tubuh Mati Terdesak Ekonomi Di atas Pertiwi Tak Pantas Mati sebelum mati ... Tubuh Mati Besarkan gengsi Tak Mau Menepi Dan merendah diri

yamanan berlimpah, bahkan bisa dibilang siapa yang tidak ingin pulang setelah pergi? Namun, bukan berarti rasa nyaman hanya bertempat di rumah saja. Nah, untuk kamu yang terpaksa harus menetap di Cirebon demi kepentingan kuliah, jangan panik jangan khawatir apalagi gegana nih, mending coba ikuti tips n trik di bawah yuk!!! Supaya indekosmu jadi rumah keduamu, pertama, pilihlah tempat kos dengan sejumlah fasilitas yang memadai, seperti ketersediaan air dan listrik, luas dan kapasitas ruangan. Hal yang tidak kalah penting adalah jarak indekos dengan kampus, dan biaya yang harus dibayar. Pastikan kamu mendapat persetujuan orang tuamu ya, karena rezeki yang akan kamu pakai untuk bayar sewa masih melalui perantara orang tuamu lho, hehe.. Tips kedua, setelah mendapatkan tempat kos, pikirkan bahwa tempat tersebut akan menjadi suatu ruangan yang akan kamu isi dengan seluruh kegiatan pribadimu bahkan hobi ataupun cara kamu mengisi waktu luangmu, dan melepas lelah dengan beristirahat. Intinya, bawalah sejumlah kebiasaan yang kamu lakukan di kamarmu. Terkadang, pola pikir adalah hal yang perlu kita set ulang demi mendapat sugesti positif dari dalam diri kita sendiri. Lalu yang ketiga, tata kamar kosmu senyaman mungkin. Rapikan barang-barang yang kamu bawa, susunlah dan letakan di sudut

ruangan yang kamu suka. O iya, kamu juga bisa banget lho bawa salah satu benda favoritmu di rumah, sebab dengan melihat atau menggunakannya, proses penyesuaianmu dengan tempat baru akan sangat terbantu. Misalkan dengan ketiga tips tersebut masih belum membuatmu nyaman, coba lakukan tips keempat ya. Ajaklah teman kuliahmu mampir ke indekosmu. Syukur pun jika kebetulan teman SMA kamu yang juga akan berkuliah di IAIN Syekh Nurjati Cirebon sedang mencari indekos, otomatis kamu bisa langsung berkompromi untuk tinggal di indekos yang sama. Masih sangat banyak hal yang bisa kamu lakukan agar indekosmu itu menjadi rumah keduamu. Semua itu tentu bergantung pada rasa nyaman versi kamu sendiri ya. Untuk kamu yang merasa ingin hidup teratur dan mendapatkan ilmu tambahan, kamu bisa pilih pondok pesantren sebagai tempat tinggal selama berkuliah. Sesungguhnya di mana pun kamu berada, setiap tempat akan terasa nyaman jika kamu bisa mengatur suasana hatimu dengan memulai kegiatanmu dari hal yang menurutmu paling nyaman atau sedapat mungkin jangan biarkan ada waktu untuk melamun hingga sempat berpikir untuk kembali ke rumah. Mari belajar hidup di luar zona nyaman dengan memulainya dari sugesti positif bahwa yang sedang dijalani adalah hal yang kemudian bisa menjadi kenyamanan bagimu.

Sudahi Oleh : Nia Terlalu pagi tuk menangisi Terlalu terang tuk menyesali Semua belum mati Akhir Indah telah menanti Dekap ibu pertiwi Jangan dalam mimpi Apalagi Ilusi Tapi kuatkan dengan bukti ...

Sudah cukup berdiri Stuck seperti anak usia dini sudah cukup menindas diri Sudahi dan mari perbaiki


LANJUTAN Sambungan dari hal. 06 Menelik ... Tak hanya terjadi pada remaja, berdasarkan yang telah dihimpun oleh pikiranrakyat.com, sekitar 78% mahasiswa selama mejalani studinya pernah mengalami masalah gangguan kesehatan mental atau mental health (MH). 40% di antaranya selain menimbulkan penderitaaan tentunya juga mengganggu prestasi akademis. Kemudian 33,2% serius untuk memikirkan tindakan bunuh diri. Insiden bunuh diri 3 orang mahasiswa selama 3 bulan di sebuah perguruan tinggi adalah puncak gunung es dari permasalahan MH. Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis kejiwaan, yakni dr Teddy Hidayat dalam Pelatihan Penanggulangan Pertama terhadap Gangguan Jiwa di Kalangan Mahasiswa (Mental Health First Aid (MHFA) Perguruan Tinggi yang digelar di Gedung

Sambungan dari hal. 10 Negri Ini ... berlatar kemerdekaan yang saban 17 agustus diputar stasiun televisi. Ekpetasi saya itu nyatanya salah belaka sampai kemudian Ridwa Bakri (Lukman Sardi) yang seorang politisi, mengeluarkan petatah petitih soal membela Negara kepada Gundala. Semenjak itu ternyata tema patriotisme Gundala tidak jauh beda dengan tema patriotisme ala film-film 17an itu. Semenjak dikenal publik karena keber-

Sambungan dari hal. 10 Menjadi Orang ... ini bisa menjadi novel bestseller lainnya dari seorang Andrea Hirata. Novel ini benar-benar novel ajaib. Mengapa ajaib? Sebab tidak hanya menguras kegetiran saja saat membacanya, tetapi juga ada humor yang unik, menyinggung bullying, keacuhan seorang guru, kriminalitas, persahabatan, serta penyelesaian masalah dalam novel ini yang tidak dapat ditebak. Belajar memang hak semua anak

Sambungan dari hal. 11 Matahari di ... aneh, yang pemahaman itu pasti merugikan aku sebagai perempuan. Seperti pasangan lainnya, aku mengizinkannya melakukan apa saja denganku termasuk bersenang-senang di atas ranjang, tapi ia selalu menolak melakukan itu saat kutawarkan. Bagiku tidak menjadi masalah jika aku hamil sekali pun, aku senang jika aku memiliki anak darinya, aku hanya tidak bisa menerima sebuah hubungan dengan status pernikahan, aku hanya tidak ingin perpisahan yang

BULETIN FATSOEN

EDISI 83 / NOVEMBER 2019

15

Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Sabtu 24 Agustus 2019. Dunia perkuliahan merupakan masa transisi yang menuntut seseorang untuk mulai hidup mandiri, terlebih jika harus tinggal jauh dari orangtua. Stres berat yang diterima selama masa kuliah, baik dari segi tuntutan akademis maupun lingkungan tempat mereka beradaptasi, dapat memengaruhi kesejahteraan mental seorang mahasiswa. Permasalahan kesehatan mental pada mahasiwa di perguruan tinggi, sampai saat ini belum mendapat perhatian lebih. Sehingga masalah mental health pada mahasiswa tidak terdeteksi, tidak diobati, menjadi kronis‚ angka gangguan kesehatan metal semakin tinggi hingga kematian. Kesehatan mental sampai saat ini masih belum dianggap penting atau prioritas, padahal kemungkin mereka itu adalah orang terdekat. Pengetahuan dan pemahaman yang terbatas

mengenai kesehatan mental menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa yang harus mereka perbuat. WHO mengajak pemerintah di berbagai negara untuk ikut terlibat dalam permaslahan sosial, kesehatan, serta edukasi kesehatan terutama pada generasi muda. Karena pemuda merupakan penerus bangsa di masa depan. Kita sebagai mahasiswa, seharusnya memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Salah satunya dengan merangkul dan mendengarkan mereka yang sedang depresi, sehingga sedikit mengurangi beban pikiran yang mereka alami. Selain itu, kita sebagai juga dapat mensosialisasikam pemahaman kepada masyarakat bahwa kesehatan mental bukan sebuah hal buruk dan mistis. Apalagi pengaruh dan tantangan dari kemajuan teknologi dapat menimbulkan efek negatif jika salah dalam menyikapinya.

hasilannya melawan para pengacau terekam kamera cctv dan tersebar di jejaring internet, Gundala menjadi harapan besar semua orang untuk bisa menyelesaikan semua urusan negara yang sedang terjadi. Masa dimana urusan negara selesai dengan kekerasan dan senjata sudah selesai pasca runtuhnya kolonialisme Belanda. Perubahan selanjutnya dimotori oleh orang yang mengorganisir diri dan berserikat. Kepahlawanan Gundala yang kuat seorang diri hanya melahirkan tokoh idola yang akan disembah sujud.

Idola adalah sekumpulan harapan kita tentang sesuatu yang tidak akan pernah bisa kita miliki yang kita bebankan kepada orang lain. Terjebak di dalamnya membuat kita terlena dan kian rentan. Adalah Pengkor (Bront Palarae) yang justru menjadi musuh Gundala yang menyadarkan kita soal itu. "Apa yang berbahaya adalah simbol Harapan. Harapan bagi rakyat adalah candu. Dan Candu itu bahaya� katanya. Dan rasa-rasanya saya setuju. (Firdaus).

bangsa, maka benar seruan Andrea Hirata pada lembar ketiga pada novel ini bahwa, mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir. Berkisah tentang Aini seorang anak dari ayah yang meninggal dunia tanpa diketahui sebabnya apa, membuat Aini banting stir menjadi semangat belajar, belum lagi adiknya juga meninggal dunia sebab sakit seperti ayahnya. Ia dan ibunya, Dinah, yang telah menjadi predikat bodoh dalam matematika oleh guru Tri Wulan, berubah siang dan malam tak henti-hentinya belajar dan mencintai

matematika. Sampai pada akhirnya ia dinyatakan lulus masuk ke sebuah universitas. Perjuangan Dinah dan ke-9 kawan-kawannya dalam membantu Aini masuk ke fakultas kedokteran bukanlah hal yang main-main. Mereka mengorbankan banyak hal; pikiran, tenaga, dan material, hanya untuk seorang anak miskin yang cerdas. Ini bukan lagi tentang persahabatan yang tumbuh sejak di bangku sekolah dasar tapi tentang perjuangan seorang anak meraih cita-citanya. (Poni)

tertulis, aku tidak ingin orang-orang tahu jika mungkin nanti aku gagal dalam pernikahan. Kemarin malam aku kabur saat berkunjung ke rumahnya, orangtuanya menyuruh aku harus menikah, juga keluargaku harus begini dan begitu. Aku paling tidak suka orang lain dengan seenaknya menyinggung keluargaku. Belum lagi aku baru saja dapat kabar bahwa ayah berulah lagi di rumah. Aku memang sulit, terkadang pikiranku juga sakit, tapi laki-laki itu selalu datang lagi dan lagi meski sudah aku usir beribu kali, "Aku salah, aku yang tidak pernah dewasa menyikapi keadaan.

Dan aku tetap tidak akan pernah menikah, bagaimana menjelaskan itu pada orangtuamu?" tanyaku. "Tidak masalah, kamu hanya perlu tahu aku menunggu kamu, begitu juga dengan orangtuaku, sampai kapan pun mereka menunggu kita menikah," katanya memegang kedua pipiku, aku ditatapnya penuh harap, tapi aku hanya mampu meneteskan air mata terus menerus. Sebab aku tidak begitu tega membiarkan waktunya habis untuk menungguku dan membuatnnya kecewa, karena aku tetap memilih untuk tidak menikah.


16 BULETIN FATSOEN EDISI 83 / NOVEMBER 2019

KOMIK

Baca di halaman 5 ya :) punya tumpukan tulisan? atau ingin coba kirim media tapi takut? serahkan solusinya pada kami ! Buletin LPM Fatsoen akan mewadahi kreativitas tulisan kalian ! caranya ? gampang ! kirim tulisan kalian ke :

fatsoenlpm@gmail.com sertakan biodata dan nomor HP


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.