1 minute read

Perbedaan Metode NU dan Muhammadiyah dalam

Menetapkan Satu Syawal

Sudah menjadi hal yang lumrah tentang perbedaan yang terjadi antara NU dengan Muhammadiyah dalam penetapan

Advertisement

1 Syawal. Perbedaan penentuan tersebut seringkali menjadi pertanyaan yang dilontarkan oleh sejumlah umat Muslim di Indonesia. Dalam hal ini, perbedaan disebabkan oleh metode yang digunakan oleh kedua organisasi islam terbesar di Indonesia tersebut dalam menentukan 1 Syawal. Nahdlatul Ulama menggunakan metode rukyatulhilal, sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode wujudul hilal.

Metode rukyat atau rukyatulhilal merupakan sebuah metode penetapan awal Ramadan dan 1 Syawal lewat pengamatan bulan. Hilal atau bulan sabit baru akan diamati ketika matahari tenggelam atau ketika mendekati waktu magrib dengan mata telanjang atau menggunakan bantuan alat optik, seperti teleskop. Jika hilal terlihat, maka saat sudah memasuki waktu magrib pada hari tersebut, ketika itu juga sudah termasuk tanggal 1 bulan baru. Namun, jika hilal tidak terlihat, maka umur bulan digenapkan menjadi 30 hari dan tanggal 1 bulan baru ditetapkan pada waktu magrib hari berikutnya. Saat ini, NU telah menggunakan kriteria baru dari MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) dalam menjalankan metode rukyatulhilal, yaitu tinggi hilal minimal adalah 3 derajat dan jarak elongasi minimal 6,4 derajat.

Kemudian, metode yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah metode wujudul hilal, yaitu suatu cara dalam menentukan awal bulan dengan menggunakan perhitungan astronomi dan hisab yang terintegrasi dengan pengamatan hilal. Metode ini menggabungkan antara kajian ilmu falak atau astronomi dengan metode hisab untuk memperoleh prediksi tentang kemungkinan munculnya hilal secara ilmiah. Hasil dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung hilal sebagai bentuk konfirmasi. Metode tersebut digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan, termasuk dalam penetapan waktu puasa Ramadan dan penetapan 1 Syawal. (SAL/TB/SMF)

More articles from this publication: