Skema Edisi VII

Page 1

RS MAHA PE S A W IS

L EM BA G

A

M@T@ Mahasiswa Pencari Berita

SKETSA MAHASISWA EDISI VII, AGUSTUS 2018

LEMBAGA PERS MAHASISWA “Mata”

Carut Marut Technical Meeting

KEPALKAN TANGAN: Mahasiswa baru mengepalkan tangan mereka sambil meneriakkan yel-yel mahahasiswa. Hidup mahasiswa!!! Hidup mahasiswa Indonesia!!! Hidup rakyat Indonesia!!!

P

ekikan penuh semangat para mahasiswa baru Universitas tidar (UNTIDAR) menggema pada Jumat, (17/08) di lapangan parker UNTIDAR. Setelah upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia selesai, mereka bergegas merapatkan barisan menyimak dengan seksama penuturan panitia Orientasi Tidar Muda (Otadama) tingkat universitas. Tak berhenti sampai

disitu, setelah technical meeting (TM) universitas selesai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik harus mengikuti TM Otadama fakultas di tempat yang berbeda. Fakultas Teknik memilih bantala budaya sebagai tempat TM, sedangkan Fakultas Ekonomi lebih memilih halaman gedungnya sendiri. Malam sebelum kedua fakultas tersebut mengadakan TM, telah dilaksanakan pertemuan dadakan yang diinisiasi oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM). Galih Sigit Setiadi sebagai pimpinan komisi III DPM KM

menuturkan bahwa alasan mendasar diadakanya pertemuan mendadak itu karena ketidaktegasan panitia Otadama dalam menanggapi isu kedua fakultas tersebut akan tetap melaksanakan TM pada tanggal 17. Pasalnya sebelum TM telah beredar surat keputusan dari BEM KM yang menghimbau seluruh panitia Otadama fakultas untuk tidak melakukan TM pada tanggal 17. Namun, surat tersebut dirasa terlalu mendadak. Kamis, (16/8) surat edaran tersebut baru sampai ke masing-masing fakultas Tak mau dianggap melanggar, ketua

Panitia Tak Permisi, Pemrakarsa Mengkritisi

panitia Otadama Fakultas Teknik, Rinaldi Ridho Arrahman angkat bicara “Jauh sebelum adanya surat keputusan yang masuk ke fakultas, sudah ada konsolidasi yang mengizinkan untuk mengadakan TM pada tanggal 17 dengan catatan tidak sampai jam 3 sore.” Pihaknya merasa kecewa atas keputusan secara sepihak tersebut. “Kalau keputusan sebelumnya diambil melalui konsolidasi, seharusnya keputusan tidak memperbolehkan TM pada tanggal 17 Agustus ya harus melalui jalan yang sama. Tidak mengambil keputusan sepihak seperti itu,” tambahnya. Konsolidasi tersebut dihadiri oleh wakil presiden mahasiswa, ketua Otadama universitas, seluruh ketua panitia otadama fakultas dan ketua BEM fakultas. Ketua panitia O t a d a m a , Wa h y u N u r o h m a n s y a h m e m b e n a r k a n a d a n y a ko n s o l i d a s i sebelumya namun tidak ada kesepakan secara tertulisnya. “Ada konsolidasi sebelumnya, namun tidak ada hitam di atas putihnya,” tambahnya. Nizar Bagas Maulana menambahkan, sebenarnya mereka sudah mempunyai plan B ketika tanggal 17 benar-benar tidak diperbolehkan untuk mengadakan TM. Namun, karena pengambilan keputusan hanya dilakukan secara sepihak, ia merasa hal tersebut tidak menghargai keputusan yang telah disepakati bersama. “Sebenarnya ada plan B. kalau dari awalnya A ya A. tapi kalau ini kan dari A jadi B tanpa koordinasi sebelumnya. Ya kita juga punya harga diri. Kalau pengambilan keputusanya benar sih kita sebenarnya ngikut saja,” tegasnya.

Menurut penuturan Linda Putri Sulistiyana sekretaris DPM KM yang kala itu mengikuti pertemuan mendadak menyebutkan alasan Fakultas Ekonomi tetap melaksanakan TM pada tanggal 17 Agustus dikarenakan adanya perubahan jadwal Otadama Fakultas tersebut. Awalnya Fakultas Ekonomi mendapat jadwal Otadama fakultas di hari Minggu, (26/08), Namun setelah terjadi perub ahan jadwal menjadi Selasa

, (21/08). “Kalau dari Ekonomi memang tidak mendapat izin dari dekan dan dosenya untuk melaksanakan acara di weekend. Jadi jadwal mereka dimajukan. Lumrah bagi mereka untuk TM di tanggal 17, karena jika dilakukan pada hari-hari berikutnya sudah tidak ada waktu lagi,” tegasnya. Beberapa pihak menyayangkan adanya keputusan sepihak dan kurangnya koordinasi dari kepanitian Otadama universitas dengan pihak-pihak terkait seperti panitia Otadama fakultas dan juga DPM KM. Menurut Feby Rudianto, pihak panitia kurang melibatkan DPM KM dalam pelaksanaan Otadama kali ini, contohnya pihak panitia tidak memberikan proposal O t a d a m a ke pa d a D P M K M , sehingga menghambat proses pengawasan yang akan dilakukan. “Kita kan kedudukanya sama, harusnya bersinergi,”tuturnya. Senada dengan Feby, Bagas juga berharap agar kepanitiaan kedepanya lebih bias berkoordinasi dengan pihak terkait. “Ya ini kan sudah terjadi. Harapanya untuk kepanitian mendatang lebih bias berkoordinasi dengan teman-teman fakultas. Kalau yang sekarang kan kurang m e r a n g k u l ,” pungkasnya. (Lils)

Penyediaan Kebutuhan Prasyarat: Maba jadi Manja

Perkembangan Logo: (Kiri) Logo Otadama 2017 dan (Kanan) Logo Otadama 2018

S

iapa yang tidak ingin berinovasi? Ya, banyak orang ingin berinovasi untuk mengembangkan kemampuan diri, menguji kreativitas, melakukan perubahan, dan lain-lain. Tetapi, perlu paham dahulu apa arti inovasi itu sendiri. Inovasi berar ti penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang dikenal sebelumnya. Jadi, dalam arti lain mengembangkan apa yang telah ada atau dikenal. Namun, ada hal yang perlu kita ketahui sebelum melakukan inovasi. Apakah hal yang akan kita inovasikan adalah milik perseorangan, kelompok, atau hal umum yang terjadi sehingga wajar untuk 'diutak-atik'? Hal itu tidak bisa dijauhkan dari masalah perizinan jika kenyataannya sesuatu yang akan kita inovasikan ternyata milik perseorangan atau kelompok. Perlunya mengurus perizinan dilakukan agar kita tidak dianggap mencuri atau merusak. Berbeda jika hal itu merupakan hal umum yang terjadi sehingga wajar untuk 'diutakatik'. Siapa pun memiliki hak untuk memperlakukan selagi itu masih bisa diterima dengan akal sehat. Otadama di Universitas Tidar tahun 2018 ini mendapat banyak sorotan dari berbagai pihak. Tentu fenomena ini tidak jauh terjadi karena inovasi yang sedang dilakukan pihak penyelenggara. Tidak ada asap jika tidak ada api. Begitulah kiranya peribahasa yang bisa menggambarkan banyaknya sorotan yang ditujukan untuk penyelenggara Otadama 2018 yaitu BEM KM (Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa) 2018 Untidar. Inovasi yang sedang mereka lakukan berhasil mencuri perhatian khalayak kampus. Salah satunya adalah perubahan logo Otadama. Perubahan logo oleh pihak penyelenggara diberitakan tidak melalui perizinan dari para pemrakarsa Otadama yaitu BEM KM 2016 Untidar. Konsolidasi dilakukan oleh beberapa anggota BEM KM 2016 Untidar sekaligus pemrakarsa Otadama bersama beberapa anggota BEM KM 2018 Untidar hingga menemukan titik tengah. “Hasil konsolidasinya logo itu dikembalikan seperti semula. Jalan tengahnya, logo baru yang sudah terpublikasi dijadikan sub logo,” ungkap Raedy Hendarto, salah satu pemrakarsa Otadama. Raedy bersama Ficky Jihan Ababa sebagai pembuat logo, mengungkapkan konsolidasi ini sebagai 'sentilan' untuk pihak BEM KM 2018 Untidar. “Sebenarnya hanya sentilan. Dulu BEM KM

TIM REDAKSI

2017 banyak kita kritisi juga tapi kebanyakan untuk hal yang tidak riskan. Tapi ini logo dan lebih riskan”, ucap Raedy. “Soalnya sangat sensitif ya. Bayangkan jika Indonesia diganti warna benderanya menjadi ungu putih, pasti yang dirasakan beda,” tambah Ficky. Namun, sebelum adanya konsolidasi tersebut, beberapa dari pemrakarsa Otadama telah mengkritik pihak BEM KM 2018 Untidar, mengingat proses panjang untuk bisa mengubah Masimaru ke Otadama tidak mudah. “Perubahan Masimaru ke Otadama itu prosesnya panjang. Kita konsolidasi dengan KM. Otadama itu nama pemberian Oke Amar Saputra yang menjadi seksi kala itu dan Ficky yang buat logo. Setelah disepakati KM, kami ke rektorat untuk presentasi Masimaru yang diubah ke Otadama, arti nama Otadama, dan ar ti logo. Ada perdebatanperdebatan dengan WR III dan para jajarannya. Alhamdulillah dari pihak rektorat juga menyetujui. Jadi saat konsolidasi kemarin, memang ada pertentangan dari kami kenapa bisa berubah?” jelas Raedy. P ro s e s pa n j a n g u n t u k m e n g u ba h Masimaru (Masa Orientasi Mahasiswa Baru) menjadi Otadama (Orientasi Tidar Muda) yang telah dilakukan oleh para pemrakarsa ternyata membuahkan satu hal yang sangat disayangkan yaitu perubahan logo tanpa adanya pemberitahuan secara lisan maupun tertulis. Ficky Jihan Ababa sebagai pembuat logo Otadama menyayangkan hal tersebut. “Sedih tiba-tiba diganti. Apalagi saat ingat perjuangannya mengajukan logo itu sulit. Kok seenaknya tiba-tiba diganti. Jadi bukan saya saja yang sedih, tapi dari juga anggota BEM KM 2016.” Ficky juga menambahkan bahwa tidak adanya pembicaraan mengenai perubahan logo menimbulkan masalah. “Saat itu jadi timbul banyak masalah. Kenapa bisa seperti ini? Apa sudah memberitahu ke BEM KM 2016? Saya kira Otadama juga dibawahi oleh Abrar Trio Putra Nasution dan Sapta. Sebagai teman dekat, saya kira mereka sudah izin BEM KM 2016 terutama Krisnaldo Triguswinri sebagai mantan ketua. Istilahnya kalau mau mengganti tidak apa-apa, tapi ada omongannya lebih dulu,” tutur Ficky. Wahyu Nurohmansah, ketua Otadama 2018 juga menyiratkan adanya masalah terkait perubahan logo. “Kemarin saya dapat instruksi langsung

dari Mas Abrar untuk segera melaksanakan sayembara kaos dan logo Otadama. BEM KM 2018 sendiri ternyata belum tahu bahwa logo Otadama sudah di AD/ART-kan, tapi kita sudah terlanjur membuat. Setelah pertemuan akhirnya diambil kesepakatan untuk menjadikan logo baru menjadi sub logo,” tutur Wahyu. Feby Rudianto, Ketua Umum Dewan Pe r w a k i l a n M a h a s i s w a Ke l u a rg a Mahasiswa (DPM KM) 2018 Untidar dan Galih Sigit Setiadi, Pimpinan Komisi III (Aspirasi dan PSDM) DPM KM 2018 Untidar dan pun ikut menyayangkan tidak adanya perizinan terkait perubahan logo. “Yang menjadikan ini masalah karena tidak adanya komunikasi tersebut. Tidak ada rasa menghargainya,” singkat Feby. Galih menambahkan, “Walaupun itu belum masuk ke peraturan KM, seharusnya mereka komunikasi terlebih dahulu dengan pihak terkait yang membuat sebelumnya. Kemarin juga sempat ada pertemuan antara BEM KM 2016 sebagai pencetus dan BEM KM 2018 dan kebanyakan dari BEM KM 2016 juga merasa kecewa.” Pendapat lain diungkapkan Abrar Trio Putra Nasution, Ketua BEM KM 2018 Untidar sekaligus pihak penyelenggara Otadama 2018. Perubahan logo termasuk salah satu wewenang penyelenggara acara ketika menyelenggarakan suatu acara, terlepas dari perizinan dengan para pemrakarsa Otadama. “Yang namanya kegiatan seharusnya milik orang yang punya kegiatan. Jadi saya sudah mempercayakan semuanya kepada mereka, tapi semuanya harus dikomunikasikan dengan saya. Terkait perubahan logo, mungkin bisa dikatakan tidak sopan. Tapi, jika dikaitkan dengan profesional dan arah gerak, ini adalah hak kami untuk mengubah atau tidak”, jelas Abrar. Banyak sudut pandang dari berbagai pihak ketika menanggapi tidak adanya perizinan terkait perubahan logo. Hal ini sekaligus untuk menarik benang merah dengan pembahasan awal mengenai inovasi. Banyak inovasi yang ingin dilakukan oleh tiap orang, kelompok, organisasi, dan sebagainya. Tidak disalahkan jika inovasi yang kita lakukan sesuai dengan peraturan. Jika inovasi yang kita lakukan mengharuskan membuat perizinan, hendaknya kita memenuhi syarat tersebut. Jika inovasi yang kita lakukan mengharuskan bermusyawarah hendaknya kita bermusyawarah, karena sejatinya hidup perlu tahu aturan main.

KENAKAN ATRIBUT: Mahasiswa baru tampak mengenakan atribut prasyarat Orientasi Tidar Muda.

M

emasuki tahun ajaran baru, seluruh universitas yang ada di Indonesia melaksanakan kegiatan masa orientasi atau ospek sesuai dengan surat edaran Kemenristek Dikti tentang pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB). PKKMB bertujuan untuk memperkenalkan dan mempersiapkan mahasiswa baru dalam proses transisi menjadi mahasiswa. Di Universitas Tidar masa orientasi ini disebut dengan Otadama (Orientasi Tidar Muda). Selama mengikuti Otadama, setiap mahasiswa baru (maba) harus membawa perlengkapan prasyarat yang diberikan panitia Otadama. Pada Otadama kali ini panitia menyediakan beberapa perlengkapan tersebut seperti co-card lengkap dengan lanyard (tali co-card), air mineral berlogo khusus dan beberapa perlengkapan lain. Panitia Otadama bekerjasama dengan beberapa partner y a n g m e n y e d i a k a n p e r l e n g k a pa n prasyarat tersebut dengan penawaran harga yang beragam. Pihak yang dipercaya salah satunya yaitu UKM Koperasi Mahasiswa (Kopma) dan beberapa BEM fakultas. Wahyu Nurrohmansyah sebagai ketua panitia Otadama 2018 membuka suara t e r k a i t p e n y e d i a a n p e r l e n g k a pa n tersebut. “Tujuan kami tidak ingin membebankan maba. Meminimalisir kesalahan juga, karena sudah pasti semua maba sama,” tandas Wahyu. Terkait d e n g a n p e m i l i h a n pa r t n e r u n t u k sponshorship pun telah diperhitungkan dari pihak panitia. “Kami sudah sepakat untuk menggunakan sponshorship, kami tidak bermaksud pilih-pilih UKM, tetapi memang atas inisiasi dari UKM Kopma dan panitia tidak ada intervensi dari manapun. Terkait salah satu pihak yang dirugikan kami sudah klarifikasi”, tutur Wahyu. Menurut Muhammad Agus Muwafiqi s e l a k u ke t u a KO P M A U N T I DA R memberikan beberapa penjelasan terkait

penyediaan peralatan prasyarat, “Berawal dari kami yang menawarkan beberapa kebutuhan untuk Otadama kepada korlap Otadama UNTIDAR 2018. Kami mencoba memenuhi apa yang diajukan korlap Otadama, diantaranya ada co-card beserta talinya, kertas asturo, dan kaos kaki hitam. Untuk selanjutnya tidak hanya berupa kerja sama hitam di atas putih, tetapi kami juga mengajukan diri untuk menjadi sponsorsip Otadama kali ini. Konsekuensinya adalah kami dari pihak sponshorship berani mewajibkan anggota Otadama membeli barang-barang dari kami. Jadi nanti sistemnya bagi hasil antara keuntungan kami nanti dibagi dengan pihak panitia Otadama.” Menurut keterangan Fiqi, mereka menyediakan mulai dari kertas buffalo yang kosong, mencetak co-card lengkap dengan fotonya, kemudian dilaminating. Satu paket co-card tersebut dibandrol dengan harga Rp.5000,00 tanpa talinya, sedangkan yang beserta talinya dibandrol dengan harga Rp.10.000,00. Berbeda dengan UKM KOPMA, BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) juga menyediakan dua botol air mineral dengan logo Universitas Tidar yang dibandrol dengan harga Rp.15.000. Mereka menyediakan pelengkapan prasarat tersebut untuk kebutuhan Otadama Fakultas. Tidak jauh berbeda dengan BEM FISIP, Himpunan Mahasiswa E k o n o m i Pe m b a n g u a n p u n t u r u t melakukan hal yang sama. Demi tujuan memudahkan maba, mereka menyediakan peralatan prasyarat berupa pin, gantungan kunci dan slayer yang juga digunakan pada saat Otadama Fakultas. Disamping itu, beberapa pihak juga mengklaim bahwa penyediaan perlengkapan tersebut terkesan memanjakan maba. “Itukan istilahnya panitia menyediakan tinggal bayar aja jadi teman-teman saya kira dibikin manja, padahal di dunia kampus itu keras nggak seenak di SMA. Kalau di awal kita memanjakan mabanya, kasihan nanti

kedepannya”, papar Ready sebagai ketua Otadama tahun 2016 yang turut berkomentar. Senada dengan Ready, Galih Sigit Setiadi Pimpinan Komisi III DPM KM menyampaikan bahwa hal tersebut akan membentuk karakter maba yang manja. “Kita sedikit kesampingkan keuntungan material ya, kalau menurut saya penyediaan tersebut akan membentuk karakter manja pada mahasiswa. Pengalaman saya saat Otadama dulu, kami berusaha mandiri, berfikir kreatif untuk membuat segala macam perlengkapan yang ditentukan. Nah, kalau sekarang mereka hanya membuat co-card saja itupun perlengkapanya sudah disediakan. Mereka terlalu dimanjakan.” Septian Yoga Prabowo sebagai Staf Ko m i s i I D P M K M 2 0 1 8 p u n i k u t berpendapat. “Membentuk pola pikir instan, mereka tidak berproses untuk mendapatkan perlengkapanperlengkapan tersebut. Pola pikir manja yang telanjur terbentuk akan berdampak di kemudian hari. Khawatirnya hal ini akan berdampak pada mereka ketika ikut organisasi. Mereka telah terbiasa manja, alhasil di organisasi menjadi tidak totalitas cenderung untuk sekadar eksistensi semata”, jelas Galih. Lain halnya dengan Wahyu Ketua Otadama 2018, “Kalau soal memanjakan maba saya tetap tidak setuju karena s e ba g a i pa n i t i a k a m i j u g a s u d a h mengetahui mana saja peralatan yang h a r u s d i p e r s i a p k a n m a ba , s e h a r i sebelumnya kami juga memikirkan apa saja sekiranya yang perlu di peringan seperti itu. karena kami juga mempertimbangkan mahasiswa bidikmisi, kami sama sekali tidak ingin memberatkan maba. Jadi sistemnya mereka membeli dari Kopma, tetapi pembagian dari masing-masing penakel agar lebih efektif,” Pungkas Wahyu.

Pembina: Joko Tri Nugraha, S.Sos. , M.Si. | Pimpinan Umum: M Dian Fery Firmanda, Pimpinan Redaksi: Filla Adyarti, Redaktur Pelaksana: Fikha Nada Naililhaq, Editor: Puji Lestari, Layouter: Bondan Prakosoi, Ilustrator: Ari Wulandari, PJ Percetakan: Tegar Wicaksono, Reporter: Rahmat Wardoyo, Lilis Sinarsih, Siti Ngiyatul Lailiyah, Meyta Lanjarwati, Kunto Megantoro


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.