LIONMAG FEBRUARI 2020

Page 31

topografi daerahnya yang berbukitbukit, sedangkan bila melalui jalur laut hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit. Setelah melintasi jalan raya, lantas berbelok menelusuri jalan kecil di punggung bukit yang lebih sepi berlatar Gunung Ile Boleng di timur dan lautan di barat. Menjelang kampung tua Adonara, vista sebelah utara jalan memaparkan sebuah ngarai berisi air. “Itu Danau Kota Kaya,� kata Tarwan Stanislaus, jurnalis yang memberi saya tumpangan kendaraan. Lantaran sedang kemarau dan mengalami sedimentasi, volume airnya menipis. Ditambah desakan pertumbuhan pemukiman di tepian batas antara danau dengan laut akan membuat debit airnya kian menyusut. “Katanya dulu bebek Australia sering bermigrasi kemari,� imbuh Tarwan. Pemandangan dari punggung bukit ke danau ini cukup memikat dan jadi perhentian yang menenangkan bagi para pelintas.

Benteng Portugis yang saya incar ternyata langsung berada di pinggir jalan. Bahkan, saya menduga sepertinya bagian dari benteng telah digerus untuk dijadikan badan jalan. Struktur konstruksinya hampir sama dengan benteng di Lohayong - Pulau Solor, gelondong batu-batu yang terususun dan direkatkan dengan bahan calcium carbonate. Sebuah bastion berbentuk ruangan persegi dengan beberapa lubang pengintai menyisakan sejumlah meriam kecil. Bastion ini jika tidak dilindungi dengan segera maka akan lenyap dalam beberapa tahun mendatang. Meriam-meriam lain berserakan di pekarangan rumah warga kampung, seolah tidak dipedulikan sama sekali. Orang-orang hanya memandangi saya dengan diam sewaktu saya mengamati detail demi detail meriam itu.

Kampung tua Adonara ini bertengger di ujung bukit, membentuk tanjung. Sebuah lokasi ideal untuk membangun benteng atau fortification yang diidam-idamkan bangsa Portugis. Saya kesulitan untuk mencari referensi terkait benteng ini karena nyaris tidak ada catatan sama sekali mengenainya, mencari di Google pun tidak ada yang membahasnya. Sayang sekali, apakah begini nasib peninggalan-peninggalan bersejarah di sudut negeri? Saya membayangkan lagi Sagu yang terlantar, tugu Luitje, lalu benteng serta kampung tua Adonara. Tempattempat dengan nilai historis luar biasa seperti ini semestinya tidak jadi korban abadi seteru masa lalu. Tidak harus merana lalu lenyap oleh deru debu waktu. Bisakah kita memanfaatkan sisi historisnya, menyoroti estetikanya, dan mengubahnya menjadi permai untuk mendamaikan friksi-friksi masa lampau? INFLIGHT MAGAZINE OF LION AIR

29


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.