LIONMAG DESEMBER 2014

Page 48

Pusaka Ponorogo itu ditempatkan kembali di ruang kerja Bupati Ponorogo.

LARUNG TELAGA NGEBEL

Esok harinya, menutup acara Suroan di Ponorogo adalah prosesi larung sesaji, yaitu melepas sesaji berupa tumpeng besar di tengah Telaga Ngebel. Sebenarnya malam jelang 1 Sura dilakukan ritual utama berupa prosesi kurban dengan menyembelih kambing berbulu warna putih yang tidak putus melingkar bagian tengah tubuhnya, disebut pula dengan ‘’kambing kedit’’. Darah kambing ditampung di kain putih untuk dihanyutkan ke telaga. Kepala kambing dilarung ke telaga dan kakinya ditanam di empat tempat keramat. Jadi acara siang hari itu merupakan ritual lanjutan dengan dua tumpeng besar. Prosesinya ditandai dengan arakarakan dua tumpeng raksasa yang disebut Buceng Agung dan Buceng Purak, bersama sejumlah pemuka adat mengelilingi Telaga Ngebel. (atas) Penyiapan pusaka di Makam Bathara Katong untuk melakukan kirab. (bawah) Tumpeng Buceng Agung dilarung menggunakan rakit. Tumpeng Buceng Agung dibuat dari nasi beras merah ditambah buah serta sayuran. Usai arak-arakan yang diiringi atraksi yang menyertai acara kirab. Mereka yang tak jauh pasukan berseragam adat kerajaan dan sejumlah gadis dari pusat kota mendapatkan tontonan parade kesenian, cantik berpakaian putri keraton, Tumpeng Buceng mulai dari parade busana daerah, kendaraan hias, hingga Ageng dilarung di tengah Telaga Ngebel. Ditempatkan di demo marching band. atas rakit bambu berhias, tumpeng itu didorong sambil Prosesi kirab diawali para pembawa pusaka yang diikuti berenang ke tengah telaga kemudian ditumpahkan. barisan pengawal, dilanjutkan barisan putri-putri Ponorogo, Sedangkan tumpeng Buceng Purak yang berisi dan terakhir barisan kereta kuda yang ditumpangi para aneka jajanan pasar, hasil bumi, buah, serta sayuran petinggi pemerintahan Kabupaten Ponorogo. Perjalanan diperebutkan masyarakat sebelum sampai telaga. kirab berlangsung sekitar 2,5 jam untuk sampai di Alun-alun Sebenarnya ritual larung di Telaga Ngebel termasuk Ponorogo. Setibanya di alun-alun telah digelar karpet untuk ‘’baru’’ dan diadakan mulai 1993. Ritual ini dimaksudkan para penari sebagai pengantar acara sebelum proses ritual sebagai upacara keselamatan mengingat Telaga Ngebel memandikan pusaka. sering menimbulkan korban. Atas musyawarah desa Selesai tarian, dilanjutkan ritual memandikan pusaka diputuskan melaksanakan ritual keselamatan pada tiap atau disebut juga jamasan. Satu per satu selubung pertigaan atau perempatan seputar Telaga Ngebel pada dibuka dan secara simbolis pusaka dimandikan dengan malam 1 Sura. Larung Ngebel dinamakan juga larung mengucurkan air kembang dari tujuh sumber air ke ujungdoa karena sesaji yng digunakan dalam larung itu ujung bagian pusaka. Sayang, suasana riuh pengunjung mengandung simbol terima kasih sekalis permohonan di sekitarnya menjadikan acara kurang khusyuk. Setelah keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. seluruh proses ritual pemandian pusaka selesai, ketiga

46

LIONMAG DESEMBER 2014


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.