Keramat KH Muhammad Jalalain dan KH Abdul Mukti Kasin PADA hari raya Idul fitri tahun 2013, saya diminta oleh takmir masjid Al-Mukarramah Kasin untuk menjadi khotib sekaligus imam di masjid tersebut. Namun, sebelumnya Takmir masjid Al-Mukarramah menceritakan panjang lebar bahwa di belakang Masjid terdapat sebuah makam (kuburan keramat), yaitu kuburanya Mbah Muhammad Jalalain Asal Banten. Konon, Mbah Muhammad Jalalain itu salah satu perintis Masjid Al-Mukarramah. Kedalaman ilmu dan spiritualnya membuat makom beliau sangat istimewa. Beliau berasal dari Banten. Ketika jaman belanda, Mbah Jalalain juga ikut serta membentengi masyarakat dari orang-orang Belanda. Karena begitu keramatnya kuburan Mbah Jalalain, sampai-sampai cukup banyak imam dan khotib masjid yang khutbah di Masjid AlMukarramah banyak melakukan kesalahan, seperti; lupa tidak membaca takbir, dan kadang lupa dengan bacaaan Al-Fatihah. Kadang, ditenggah-tenggah khutbah, tiba-tiba lupa dengan materinya. Padahal, dari segi pengetahuan dan pengalaman,imam dan khotib yang bertugas di masjid tersebut sudah mumpuni. Bahkan, ada juga yang sudah bergelar Doktor, bahkan Imam tetap di Masjid Jami’ Agung Malang. Rupanya, aura KH yang dimakamkan dibelakang masjid jauh lebih tajam dari pada khotib-khotib tersebut. Satu hari sebelum hari raya, sang Takmir memberi tahu agar supaya sebelum khutbah bertawassul dengan cara mengirimkan fatihah yang dihadiahkan kepada Al- Mbah Jalalain dan KH Abdul Mukti, yang mana keduanya dalah perintis masjid Al-Mukarromah. Dengan harapan, agar khutbah Idul Fitri tidak terjadi kesalahan sebagaimana kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Setiap malam, khususnya malam jumat, banyak para penziarah ke Makam Mbah Jalalain. Habib Lutfi Pekalongan juga pernah menyempatkan berziarah, Habib Bakir, serta beberapa habaib dari Solo dan Jakarta. KH Marzuki Mustamar kadang berziarah ke Makam Mbah Muhammad Jalalain. Dari kalangan pedagang, anggota legislative juga rame-rame ikut berziarah di malam Mbah Muhammad Jalalain. Bagi beberapa legislative yang sudah duduk manis di kursi jabatanya, mereka tidak lupa berziarah, karena sebelum menjadi anggota legislative, mereka tawasulan kepada Mbah Muhammad Jalalain. Semakin mengerti tentang masjid AlMukarrah, semakin penasaran dengan sosok ulama-ulama Kasin. Ternyata, dari Masjid AlMukarramah juga ada ulama hebat yang pernah memimpin NU kota Malang. Dialah KH Abdul Mukti. Beliau lahir Lahir di Pandaan, Pasuruan, pada Tahun 1896 dan wafat 9 April 1963. Beliau di makamkan di Pemakaman Umum Kasin, Malang.
Ziarah kubur untuk menteladani karomah almaghfurllah.
Jika Mbah Muhammad Jalalain begitu keramat, terkenal dengan kewaliannya. Maka, sosok KH Abdul Mu’ti tidak kalah hebatnya. Beliau termasuk salah satu guru yang mengajar di Agung Jami' Malang. Beliau juga salah satu Perintis Masjid Al Mukarromah, yang sebelumnya di rintis oleh Mbah Muhammad Jalalain. Kyai identik dengan NU, begitulah ungkapan yang sangat tepat. Tidak aneh, jika Kh. Abdul Mu’ti asal Kasin Malang ini kemudian menjadi Syuriyah NU Cabang Malang. Bagi santri dan warga Kota Malang umumnya, khususnya warga Kasin nama Mbah Muhammad Jalalain dan KH. Abdul Mukti sudah tidak asing lagi. Akan tetapi, KH Abdul Mukti lebih populer, karena sosok seorang pengajar di Masjid Jamik Agung. Beliau dikenal sebagai kiai yang waro’ dan mukhlis (ihlas), serta ahli tasawuf. Sejak muda, putra pertama KH Harun dari enam bersaudara ini sudah giat berdakwah, dan mengabdi di Ponpes Kauman (belakang masjid Agung Jami’ Malang), yang dirintis KH. Yasin asal Kuanyar Bangkalan. Selain itu, juga ikut berkiprah di Masjid Agung Jami’ Malang, bahkan keberadaan Kiai Mukti cukup disegani pada waktu itu oleh tentara Belanda dan Jepang. Setelah menikah dengan Ibu Nyai Zahroh, putri ketiga KH. Yasin, Kiai Mukti diminta warga Kasin untuk menetap dan membina masyarakat Kasin, pasca wafatnya Mbah Muhammad. Karena figur ulama dan ketokohan Kiai Mukti
sangat dibutuhkan. Bahkan, KH. Abdul Karim sekeluarga rela memberikan tanahnya untuk dibangun rumah dan pondok pesantren, serta Langgar Al Mukarromah (kini menjadi Masjid Al Mukarromah, dan menjadi monumen tentara Hizbullah), yang dirintis dan dikelola Kiai Mukti. Di Ponpes Kasin itulah, Kiai Mukti yang ahli hizib itu membangun umat dan memberi semangat kepada tentara Hizbullah untuk mengusir penjajah Belanda dan Jepang. Para santri yang berdatangan ke ponpes, tidak hanya dari Kota dan Kabupaten Malang, seperti Gondanglegi dan Kepanjen. Tapi juga dari Pandaan, Bangil, Pasuruan, Jember, Lumajang, dan beberapa kota lainnya. Para santri selain diajar ilmu tasawuf, juga diajarkan ilmu fiqih, dengan rujukan kitab-kitab klasik (kitab kuning, yang hingga sekarang masih tersimpan ahli warisnya). Menariknya, selain ada yang nyantri untuk belajar ilmu agama, ada juga yang datang ke ponpes Kiai Mukti hanya ingin digembleng dan minta wirid atau hizib sebelum mereka ikut berjuang mengusir Belanda. ‘’Sebagian besar tentara Indonesia, yang tergabung dalam barisan Hizbullah selalu minta doa restu, dan penggemblengan agar mereka mempunyai keberanian dan selamat dalam pertempuran,’’ kata H. Umar Maksum, santri Kiai Mukti, yang masih hidup, dan kini berusia 92 tahun. Bahkan, menurut Umar Maksum, mantan Komandan Pertempuran Hizbullah Jatim pada Majalah Komunitas Sabilillah Edisi 110 / November 2013 / Thn: 06
9