Selasa Pahing, 8 April 2014
■ 25 Tahun Tabloid Cempaka
Lebih Mapan dan Berkembang TIDAK terasa perjalan Tabloid Cempaka kini sudah menginjak usia 25 tahun. Ibarat wanita, tabloid dengan tagline Inspirasi Wanita Jawa Tengah kini sudah memasuki masa pendewasaan diri.
MENYAMPAIKAN : Ketua Dekranasda Jateng, yang juga istri Gubernur Jawa Tengah Siti Atikoh Ganjar Pranowo (tengah) saat menyampaikan pesan dalam perayaan HUT 25 Tahun Tabloid Cempaka. Tampak Pemimpin Perusahaan Tabloid Cempaka Sara Ariana Fiestri (kiri) dan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang Krisseptiana Hendrar Prihadi (kanan). ■ Foto: Arixc Ardana “Usia 25 tahun adalah usia penting dalam hidup seseorang. Waktu dimana seseorang itu mengembangkan jiwa untuk hidup yang lebih mapan,” papar Pemimpin Perusahaan Tabloid Cempaka Sara Ariana Fiestri dalam syukuran Ulang Tahun 25 Tahun Tabloid Cempaka di kantor redaksi Jalan Merak 11 A Semarang, Senin (7/4). Untuk itu, dirinya berharap agar Tabloid Cempaka makin dewasa dan berkembang. Uniknya, angka 25 memiliki cerita tersendiri baginya. “Sebab di usia ke-25 saya dikaruniai anak pertama. Saya , anak saya dan ibu Sarsa, lahir di tanggal 25,” paparnya yang disambut senyum para karyawan serta tamu undangan yang hadir. Sementara itu Ketua Dekranasda Jateng, yang juga istri gubernur Jawa Tengah Siti Ati-
koh Ganjar Pranowo mengungkapkan, 25 tahun usia yang sedikit, udah di ujung menuju kedewasaan namun disisi lain, perjalanan dan perjuangan kedepan masih sangat panjang. “Saya sudah baca Tabloid Cempaka sejak saya masih remaja, saya ingat betul bahwa dulu tabloid ini menjadi bonus sisipan di Harian Suara Merdeka. Seiring waktu saya amati perkembangan Tabloid Cempaka luar biasa, bisa menginspirasi sekaligus mengedukasi para wanita pembaca khususnya di Jawa Tengah,” paparnya. Hal senada juga disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang Krisseptiana Hendrar Prihadi. Istri Walikota Semarang ini mengungkapkan Tabloid Cempaka dan PKK Kota Semarang belum lama ini telah melakukan MoU kerja sama menyinergikan, sekaligus
SERAHKAN TUMPENG: Pemimpin Perusahaan Tabloid Cempaka Sara Ariana Fiestri menyerahkan potongan tumpeng kepada Pemred Tabloid Cempaka Rukardi, dalam syukuran Ulang Tahun 25 Tahun Tabloid Cempaka di kantor redaksi Jalan Merak 11 A Semarang, Senin (7/4). ■ Foto : Arixc Ardana mewadahi aspirasi kaum perempuan, berupa peliputan agenda kegiatan, program unggulan, kader PKK berprestasi, kegiatan wirausaha, dan semua kegiatan Tim Penggerak PKK dari tingkat RT hingga kecamatan. “Respon dari masyarakat sungguh bagus. Banyak sekali dari masyarakat yang bertanya kapan PKK di wilayah mereka
bisa diliput oleh Tabloid Cempaka,” papar wanita yang akrab dipanggil Tia Hendrar Prihadi tersebut. ■ Turun Mendoakan
Selain itu, istri orang nomor satu di Kota Semarang tersebut mengungkapkan kerja sama dan jalinan kedekatan selama ini tidak hanya sebatas dalam pekerjaan saja namun juga da-
lam keseharian. “Saya mendoakan ke depan Tabloid Cempaka bisa lebih maju,” harapnya. Dalam kesempatan tersebut juga turut disampaikan cinderamata karikatur diri dari jajaran redaksi Tabloid Cempaka untuk Siti Atikoh Ganjar Pranowo, Krisseptiana Hendrar Prihadi serta Bupati Kendal Widya Kandi Susanti.
Acara tidak hanya dihadiri jajaran direksi, redaksi, dan para kontributor Tabloid Cempaka turut hadir perwakilan Suara Merdeka Network di antaranya Direktur Pemberitaan Suara Merdeka Network Sasongko Tedjo, Pemred Koran Pagi Wawasan Agus Toto Widyatmoko serta perwakilan manajemen beberapa hotel berbintang di Semarang. ■ rix-Yn
■ Benteng Pendem Poncol
Berganti Jadi Pemukiman Penduduk TIDAK banyak orang yang tahu keberadaan benteng pendem yang terletak di belakang
DULU : Kondisi Fort Prins van Oranje atau yang dikenal sebagai Benteng Pendem Poncol. Dilengkapi dengan jembatan penghubung untuk menyeberangi parit yang dibuat di sekitar benteng. ■ Foto : dok semarang.nl
Stasiun Poncol Semarang. Benteng yang bernama Fort Prins van Oranje ini dikenal penduduk sekitar sebagai Benteng Pendem Poncol. Menurut Sejarawan Semarang Djawahir Muhammad, pembangunan benteng pendem Poncol tersebut, dilatarbelakangai perpindahan pusat pemerintahan dan militer Belanda dari Jepara ke Semarang. “Waktu itu benteng tersebut memang sebagian besar bangunannya terletak di bawah tanah, dan terletak di pesisir. Seiring waktu, karena mengalami pendangkalan akhirnya benteng tersebut tidak digunakan lagi,” paparnya. Benteng yang dibangun antara tahun 1835 -1842 tersebut sudah berdiri sebelum Stasiun Poncol dibuat. Layaknya sebuah benteng,
Fort Prins van Oranje yang dahulu tertelak di daerah Patriot Kelurahan Purwosari tersebut dilengkapi dengan parit untuk menahan tentara musuh, dengan sebuah jembatan penghubung antara bagian dalam benteng dengan dunia luar. “Dahulu memang ada benteng di sini, namun sudah lama dibongkar. Saya lupa tahun berapa namun kalau tidak salah bekas-bekasnya masih ada sekitar tahun 50-an. Bekas benteng tersebut sekarang sudah berubah menjadi pemukiman penduduk,” papar Muhajir, (70) salah seorang warga Purwosari. ■ Terowongan Penghubung
Ada banyak cerita menarik mengenai benteng tersebut, di antaranya banyaknya rumor yang mengungkapkan dahulu banyak terowongan dari dan
KINI : Bekas Benteng Pendem Poncol kini sudah tidak berbekas, sudah menjadi pemukiman penduduk. Konon dahulu ada terowongan yang tembus hingga masjid yang terletak sekitar 50 meter dari tempat yang diyakini tempat Fort Prins van Oranje dibangun. ■ Foto: Arixc Ardana menuju benteng. “Ada yang bilang tembus ke Stasiun Poncol, ada yang bilang tembus ke Masjid Al Mujahidin yang ada di dekat benteng, ada juga yang bilang tembus ke Lawangsewu,” lanjut Muhajir.
Namun nasib terowonganterowongan tersebut setali tiga uang dengan benteng. Hilang ditelan waktu. Bekas-bekas benteng yang dahulu berdiri kokoh pun lenyap tak berbekas. ■ rix-Yn