EDISI 926 - 21 JANUARI 2011

Page 19

RESTO

®

Ada banyak resto yang mengklaim berkonsep rumahan (homey) di Ibu Kota. Namun tidak banyak resto yang didukung menu-menu camilan (finger foods) layaknya ketika bersantai di rumah sebenarnya. Nanny’s Pavillon hampir sempurna mengemasnya.

Menikmati Panekuk di Teras Rumah U

FOTO-FOTO: DOK. NANNY’S PAVILLION

DESAIN INTERIOR l Resto Nanny’s Pavillion memiliki ciri khas desain interior yang dominan berkelir putih dengan ornamen dan perabotan unik. Ide dari desain interior tersebut dieksplorasi dari bagian rumah semisal taman, kamar mandi, dapur, dan ruang tidur. Meski temanya berbeda-beda, tapi konsepnya tetap sama, Eropa 1960-an

kurannya resto ini tidak begitu besar. Satu gerai hanya berukuran 10x8 meter dengan kapasitas sekitar 60 tempat duduk. Namanya Nanny’s Pavillon. Berada di sisi Barat mal terbaru di Jakarta Barat, yakni Central Park. Desain interiornya, dominan berkelir putih dengan ornamen dan perabotan unik ala teras rumah di Eropa. Untuk mendekatkan dengan atmosfer Eropa, di terasnya terdapat 10 meja lagi, menghadap langsung ke taman Central Park seluas 1,5 hektare. Hanya beberapa langkah dari taman itu, sebuah kolam ikan dan air terjun mini menyempurnakan suasana. “Karena kami dapat space yang open air seperti di sini, maka tema cabang kelima ini teras,” ujar Christy Xu, pemilik sekaligus tim kreatif Nanny’s Pavillon. Nanny’s Pavillon hampir sempurna menyajikan nuansa teras yang dipenuhi keasrian tanaman. Di bagian dalam, hanya terdapat tiga meja dengan sofa. Sisanya diisi bangku taman tunggal dengan meja minimalis. Semuanya berkelir putih bersih. Daftar menu Nanny’s Pavillon pun dirancang natural. Bukan buku menu tebal seperti di resto umumnya. Namun berupa lembaran kayu yang dikemas manis. Termasuk tatakan (alas piring makan) yang terbuat dari kayu dengan dekorasi gambar-gambar buah. Material kayu dibiarkan dicat seadanya, sehingga cat putihnya masih meninggalkan bekas warna asli dengan serat-serat kayunya.

Kental dengan Budaya Belanda

N

anny’s Pavillon Central Park di Jakarta Barat, merupakan cabang kelima. Resto ini kali pertama dibuka justru di Bandung, tepatnya di Jalan RE Martadinata Nomor 112. Di sana konsep yang diusung adalah garden kerena berada di area yang asri, ruang terbuka, dan teduh. Debut Nanny’s Pavillon di Jakarta berada di Citywalk Building, Jakarta Pusat yang mengangkat tema living room. Dikemas layaknya ruang tamu, maka itu cenderung diisi sofa-sofa empuk dan nyaman. Kemudian diikuti cabang Pacific Place, Sudirman Center Business District (SCBD), Jakarta Selatan bertema bathroom. Menjijikkan? Tentu tidak, coba saja mampir ke sana. Kemudian juga ada di Setiabudi Building yang mengusung konsep

Jumat 21 JANUARI 2011

library. Di tempat ini, dikepung rak-rak dan buku-buku yang dapat dibaca di kursi-kursi atau sofa-sofa yang nyaman. “Meski temanya berbeda-beda, tapi konsepnya tetap sama, Eropa 1960-an,” kata Mellisa Winata, pemilik dan juga anggota tim kreatif Nanny’s Pavillon. Konsep itu, tambah Mellisa karena dipengaruhi latar belakang keluarganya yang masih kental dengan budaya Belanda, khususnya sang nenek. Sedangkan inspirasi menumenunya berasal dari tradisi kumpul keluarga. Biasanya digelar setiap dua bulan sekali ketika seluruh anggota keluarga membawa masakan buatannya sendiri. Selain itu, pengaruh Nanny’s Pavillon juga diperkuat dengan latar belakang pendidikan Mellisa di bidang Per-

hotelan dengan spesialisasi bidang Western European. Setelah cabang kelima ini, Nanny’s Pavillon berencana membuka cabang lainnya. Dalam waktu dekat di Alam Sutera, Tangerang. Di sana konsep yang akan diusung adalah barn (gudang). Sebenarnya, kata Mellisa, masih banyak bagian rumah yang bisa dieksplorasi untuk tema cabang Nanny’s Pavillon selanjutnya. Di antaranya dapur, ruang musik, ruang jahit, kamar tidur, dan ruang tidur. Tertarik mencuri idenya? Hatihati, Mellisa mengklaim ide-ide itu sudah dipatenkan. “Kalau menu masih bisa ditiru, tapi konsep enggak bisa. Karena Nanny’s resto pertama yang mengeluarkan konsep berseri dari bagian-bagian rumah,” ujar dia meyakinkan. cit/L-5

Setiap meja dihiasi satu pot mini bunga lavender imitasi. Sama seperti langit-langit dan partisi ruang yang menjalar tanaman plastik dengan desain interior yang simpel. “Seluruh perkakas kami custom desain vintage Eropa dekade 60-an,” tambah wanita jebolan sekolah perhotelan ini. Sedangkan temboknya dicat warna alami, mirip putih gading tapi biasa disebut broken white. Bagian lantai, ada beberapa ubin dibiarkan tanpa keramik. Sehingga terdapat tambalan semen seadanya dan tampak seperti belum selesai digarap. Hal itu memang sengaja dilakukan, agar resto ini mendekati suasana sudut-sudut teras rumah yang kerap berwajah seadanya atau rusak karena perubahan cuaca. Masih soal suasana, seluruh pelayan dan koki Nanny’s Pavillon juga berbusana ala vintage. Pelayan wanita berbusana layaknya noni Belanda remaja. Baju hijau mini dengan celemek, topi mini, dan berkaus kaki penuh warna putih. Sedangkan pelayan pria berbusana putih hitam beraksesoris bratle dan topi vedora. Terakhir mengenai musik yang diputar, tempat ini melantunkan musik-musik era jadul seperti Beatles, Elvis Presley, atau dentuman lembut dari Bossanova. Resep Keluarga Mengenai hidangan, Nanny’s Pavillon menyajikan menu-menu yang sebenarnya adalah camilan favorit masing-masing anggota keluarga Christy. Menu-menu itu muncul ketika mereka kumpul

keluarga yang masing-masing selalu membawa masakan untuk nantinya disantap bersama. Cerita di balik menu itu sedikit diuraikan di setiap daftar menu. Misalnya, kentang goreng disiram keju dan mayones (saos selada) sebagai camilan favorit ayah ketika malam hari. Maka itu nama menunya menjadi Dad’s Fav Fries with Cheese, dan sebagainya. “Semua menu memang resep keluarga. Maka itu menunya nama-nama saudara-saudara kami. Tapi sebelumnya kami perbaiki lagi komposisinya,” ujar Mellisa Winata, saudara Christy yang juga anggota tim kreatif Nanny’s Pavillon. Pada umumnya, menu-menu Nanny’s menyajikan finger foods (camilan atau semi camilan). Seperti aneka panekuk, spageti, wafel, sandwich, kentang goreng, dan sejenisnya. Meski demikian ada beberapa menu yang termasuk menu utama (main course), misalnya tuna pasta yang super pedas lengkap dengan nasi. “Menu ini untuk mereka yang berlidah Indonesia. Pedasnya dari cabai rawit organik,” ungkap Christy berpromosi. Di antara menu itu tadi, jualan utama Nanny’s adalah panekuk. Blueberry Cheese Roll Pancake contohnya, yang begitu lembut bercampur dengan keju impor dan saus blueberry segar. Bagi yang suka, bisa minta memakai es krim sebagai opsi tambahan. Kemudian, menu Black Crunchy Caramel Pancake yang berisi selembar panekuk diberi es krim, karamel, dan biskuit . Bagi yang suka sedikit sepet segar, bisa

19

mencicipi Peach Pancake yang yan sirup ditambahkan es krim dan siru maple. Ada pula menu luar biasa lainnya, seperti Peach Pancake, Crazy Chocolate Waffle, Hot Tuna Spaghetti, Smoked Beef Spaghetti, dan Beef Baked Rice. Bagi yang ingin sedikit lebih kenyang bisa mencoba Aunty’s Sausage Baked Rice, yakni nasi yang disiram dengan jamur, sosis ayam, dan keju Bolognese yang akan melumer ketika di lidah. Menu minuman juga cukup variatif, tersedia pilihan menu dingin atau panas. Misalnya untuk ice beverage ada Mango Lemonade, seperti namanya percampuran antara irisan mangga dan perasan air lemon segar merupakan minuman andalan resto ini. Untuk ukuran yang lebih besar, bisa memesan Cocktail Blueberry yang dikemas dalam cerek. Rasanya, bayangkan saja perpaduan antara sirup blueberry yang ditambah irisan sejenis arbei, stroberi, dan apel. Bagi penikmat cokelat atau susu, bisa memilih Will’s Mocca Blend, Vanilla Milkshake, atau berbagai variasi seduhan kopi. Harga setiap menu makanan antara 25.000 rupiah hingga 125.000 ribu rupiah. Sedangkan menu minuman antara 19.000 ribu sampai 25.000 rupiah. Bagi yang menyukai beberapa perkakas Nanny’s, seperti tatak kayu yang cantik tadi, juga bisa membelinya dengan harga masuk akal. Karena perkakas itu sebenarnya seperti gimmick bagi pengunjung Nanny’s Pavillon. cit/L-5


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.