EDISI 843 - 26 OKTOBER 2010

Page 4

GAGASAN

Selasa 26 OKTOBER 2010

PERSPEKTIF

Hubungan Indonesia – China

P

residen Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (25/10) sore, di China Hall, Pudong Shangri-La Hotel, China, membuka forum bisnis Indonesia-China yang melibatkan sedikitnya 500 pengusaha dari Indonesia dan China. Forum bisnis itu terselenggara atas kerja sama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, China, dan Dewan Promosi Perdagangan Internasional China (China Council for the Promotion of International Trade/CCPIT). Dalam kunjungan kerja ke China itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono, beberapa menteri, dan sejumlah pengusaha, juga akan menghadiri Shanghai World Expo 2010. Di sini, Kepala Negara akan mengunjungi Paviliun Indonesia yang mencerminkan aneka ragam kekayaan alam dan budaya Indonesia. Sejak World Expo Shanghai China 2010 dimulai pada 1 Mei 2010, jumlah pengunjung Paviliun Indonesia telah mencapai lebih dari 7,5 juta pengunjung atau sekitar 10 persen dari total pengunjung Shanghai World Expo 2010. Namun, yang cukup strategis adalah pertemuan Presiden dengan pejabat China dan menandatangani sejumlah kesepakatan atau MoU dalam bidang ekonomi dan sosial. Kebangkitan China Kunjungan kerja Kedalam bidang ekonomi pala Negara ini, seperti harus menjadi pelajaran dikemukakan Staf Khusus Presiden Bidang Hubagi kita. bungan Internasional Teuku Faizasyah, tidak lepas dari rangkaian peringatan 60 tahun hubungan bilateral Indonesia – China, suatu hubungan yang telah diperkokoh dengan kemitraan strategis. Seperti kita ketahui, saat ini China tampil sebagai kekuatan baru yang bisa disejajarkan dengan Amerika Serikat (AS). Dalam perdagangan, China mampu menaklukkan AS sehingga negeri Paman Sam ini mengalami defisit besar. Awal 2009 ini, China boleh amat bangga karena untuk pertama kalinya posisi China diperhitungkan setara oleh AS. Adalah Robert Zoelick, Direktur Bank Dunia, yang pertama melontarkan gagasan bahwa krisis keuangan global saat ini hanya bisa diselesaikan oleh G-2 (AS dan China). Menghadapi situasi kebangkitan China sebagai raksasa baru ekonomi dunia dan hubungan psikologis yang begitu lama, sudah sepatutnya Indonesia juga bisa memanfaatkan situasi ini dengan menjalin kerja sama yang lebih erat, harmonis, dan saling menguntungkan. Dengan demikian, keberadaan Presiden Yudhoyono di China dan pertemuannya dengan pemimpin Negeri Tirai Bambu serta ratusan pengusaha perlu kita maknai sebagai upaya menjalin kemitraan strategis karena kebangkitan dan kemajuan ekonomi China ini akan berdampak pada konstelasi hubungan global. Kita perlu jelaskan di sini, konteks 60 tahun hubungan Indonesia-China bermula ketika tahun 1950, kedua negara menandatangani hubungan diplomat, setahun setelah Partai Komunis China (PKC) mendirikan Republik Rakyat China (RRC) dan Indonesia menjadi negara pertama yang mengakui negara tersebut. Selanjutnya di era Soekarno, hubungan kedua negara pernah sangat erat, ditandai dengan terbentuknya Poros Jakarta-Peking yang menjadi simbol kedekatan Indonesia dengan komunisme kala itu. Tahun 1955, saat digelar Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Perdana Menteri China Zhou Enlai datang mewakili delegasi China. Setelah Soekarno jatuh, hubungan Indonesia-China memburuk. Tahun 1967, Soeharto yang tengah membangun pemerintahan Orde Baru memutuskan hubungan diplomatik dengan China. Hubungan RI-China baru kembali normal Juli 1990, ketika Menteri Luar Negeri Ali Alatas mengunjungi China, kedua negara sepakat memulihkan secara resmi hubungan diplomatik mulai 8 Agustus 1990. Kebangkitan China dalam bidang ekonomi harus menjadi pelajaran bagi kita. Negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia nyatanya mampu bangkit dan maju. Kenapa? China punya visi dan target yang jelas yang dicapai dengan program berkelanjutan. Indonesia, dalam banyak hal, kurang memiliki visi dan tahapan target kemajuan yang akan dicapai. Kita sering berubah-ubah, bahkan satu atau beberapa program pembangunan bisa mandek atau mangkrak. Mimpi sebagai negara maju yang dibarengi dengan visi yang jelas dan direalisasi dalam tahapan pembangunan, akan membawa Indonesia bangkit. Jadi, mengapa menunggu waktu lama? Sekaranglah bangkit untuk maju.

«

»

RUANG PEMBACA Unjuk Rasa Rugikan Rakyat Tanggal 20 Oktober lalu adalah setahun SBY-Boediono memimpin negeri ini. Dengan dukungan 70 persen rakyat, Susilo Bambang Yudhoyono jelas mendapat legitimasi yang tinggi untuk melakukan hal terbaik bagi negeri ini. Elemen bangsa melaksanakan berbagai ritual menyambut setahun pemerintahan. Ada yang berunjuk rasa, seminar, refleksi, serta bermacam-macam bentuknya. Tidak sengaja saya melintas di titik-titik tempat unjuk rasa digelar, namun ada yang mencengangkan ketika melintas di Jalan Diponegoro. Di kawasan itu, demonstran bentrok dengan aparat kepolisian. Memangnya tidak ada cara selain demonstrasi untuk melakukan kritik, evaluasi kepada pemerintah? Kita bisa lakukan audiensi, berkirim surat, melaksanakan diskusi yang menurut saya lebih elegan.Bila dicermati banyak hal yang tidak kita sadari saat demonstrasi apalagi berujung bentrokan. Yanto Wandi Jalan Persahabatan Timur No 5 RT 009 RW 01 Jakarta Timur

Setiap tulisan Gagasan/Perada yang dikirim ke Koran Jakarta merupakan karya sendiri dan ditandatangani. Panjang tulisan maksimal enam ribu karakter dengan spasi ganda dilampiri foto, nomor telepon, fotokopi identitas, dan nomor rekening bank. Penulis berhak mengirim tulisan ke media lain jika dua minggu tidak dimuat. Untuk tulisan Ruang Pembaca maksimal seribu karakter, ditandatangani, dan dikirim melalui email atau faksimile redaksi. Semua naskah yang masuk menjadi milik Koran Jakarta dan tidak dikembalikan. Redaksi tidak bertanggung jawab terhadap semua isi tulisan.

KORAN JAKARTA

®

Revitalisasi Industri Pertahanan Oleh: Fahruddin Salim

G

lobalisasi menuntut Indonesia memiliki kemampuan tinggi untuk bersaing sekaligus berpartisipasi dalam kancah internasional. Tantangan ini mengharuskan Indonesia memiliki kekuatan domestik, baik kekuatan ekonomi yang tangguh maupun kekuatan pertahanan yang bisa diperhitungkan. Globalisasi akan diwarnai oleh gejolak ekonomi dan kemungkinan terjadinya perebutan sumber-sumber daya global, seperti pangan, energi, dan sumber daya alam lainnya. Globalisasi juga tidak luput dari persaingan antarbangsa yang memunculkan lahirnya potensi konflik, dan bukan tidak mungkin perang menjadi sebuah solusi. Indonesia sebagai negara dengan sumber kekayaan alam yang melimpah serta kondisi geografis dan sebaran jumlah penduduk yang luas memiliki potensi kerawanan yang tinggi. Dengan potensi ekonomi yang terus berkembang, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi baru yang diperhitungkan. Untuk itu diperlukan kekuatan pertahanan yang mampu menjaga kedaulatan bangsa dari berbagai kemungkinan ancaman dan konflik yang muncul, baik dari internal maupun eksternal. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, kekuatan pertahanan mulai memperoleh perhatian serius, setelah era sebelumnya sektor ini tampak jauh tertinggal baik dengan sektor lainnya, apalagi dibandingkan dengan kekuatan pertahanan negara lain. Keprihatinan yang ada selam ini telah memperoleh respons positif dengan sejumlah kemajuan yang dicapai disertai langkah penting lainnya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertahanan. Dukungan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tentu tidak bisa diabaikan, seperti alokasi anggaran pertahanan melalui anggaran negara yang terus meningkat mulai tahun 2010, modernisasi alutsista, revitalisasi industri strategis khususnya industri pertahanan dan upaya Kemenhan untuk menempatkan angkatan perangnya di wilayah perbatasan dan wilayah pulau terluar dan peningkatan kesejahteraan prajurit. Pemerintah melalui Kemenhan juga menyusun sebuah rencana induk industri pertahanan melalui pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). KKIP ini merupakan organi-

sasi yang membantu presiden yang terdiri dari kementerian negara/lembaga yang terkait dengan pembinaan teknologi dan industri pertahanan serta merupakan forum koordinasi antar kementerian negara/ lembaga terkait. Keinginan pemerintah untuk mewujudkan kemandirian proa p roduksi alutsista dengan n membangkitkan membangkitkan kembali industri strategis ategis akan memberikan dampak positif itif yangg luas a bagi pengembagan ekonomi. om mi. Secara ekonomi, Indonesia akan an mampu menumbuhkan industri pertahanan di dalam negeri. Indonesia esia memiliki memili l ki potensi besar untuk bisa menjadi salah satu negara produsen industri pertahanan dii dunia. Dibandingkan industri senjata negara lain, khususnya dari sesama negara Asia Tenggara, industri ndustri pertahanan Indonesia ia sebenarnya memiliki prospek yang bagus. Industri usttri pertahanan Indonesia esia lebih beruntung karena rena memiliki peluang dan an bisa menjadi perusahaan n yang lebih besar dan eksis. ksis. Indonesia juga memiliki kemampuan tidak hanya untuk mandiri dalam bidang pertahanan, namun juga disejajarkan dengan negara-negara lain yang memiliki pertaahanan terkuat di dunia. ia. Dengan memproduksi od duksii alutsista sendiri, Indonesia dones e ia akan memiliki daya tangkal yang tinggi. Dengan memproduksi sendiri alutsista, lutsista, biaya yang dikeluarkan kan jauh lebih efisien ketimbang membeli. Indonesia tidak akan lagi bergantung pada pasokan suku cadang alutsista dari negara produsen dan tidak perlu menghabiskan banyak devisa untuk mengimpor alutsista dan suku cadangnya. Industri pertahanan Indonesia perlu melakukan diversifikasi usaha, di mana mereka pun mengembangkan bisnisnya yang diarahkan berimbang dengan produk komersial. Menurut Aimo Vayrynen (Military Industrialization and Economic Development, Theory and Historical Case Studies, 1992), kemajuan industri sipil dapat dikembangkan untuk kepentingan militer seperti peralatan baru,

tenaga manusia (spin on effect). Jadi terdapat hubungan yang reversible antara industri militer dan industri sipil. Industri pertahanan tidak didikotomikan dengan industri sipil, tetapi disinergikan untuk kepentingan hajat hidup masyarakat dari aspek pelayanan pertahanan sebagai kepentingan dasar manusia maupun kepentingan militer dalam pertahanan nasional. sion nal. Di negara maju industri ssipil ipil berkembang n ditopang oleh kemajuan m juan industri ma ind n ustri militer. Hasil-hasil riset industri militer ditransfer ke industri indu ustri ri sipil dan diproduksi d produksi undi tuk t k kepentingan tu masyarakat se-hingga memiliki kontribusi dalam pembangunan ekonomi. Salah satu peranan d lam keda keemiliterr dalam hidu d pan masyahidupan

KORAN JAKARTA/GANDJAR DEWA WA

4

rakat dikenal dengan partisipasi militer. m liter. Hal ini mi didasari didasaari konsep bahwa bahw wa poduk militer tidak semata-mata untuk keamanan pertahanan (defend needs) tetapi juga kontribusi pada pembangunan ekonomi (spin off effect). Penggunaan produk industri pertahanan untuk masyarakat, selain mendukung implementasi konsep pertahanan semesta, juga merupakan partisipasi militer yaitu pendayagunaan sumber daya militer untuk kepentingan masyarakat. Terkandung di dalamnya suatu fungsi penyiapan rakyat dari aspek pertahanan sebagai prasyarat terbentuknya kekuatan negara. Memang, harus disadari, bahwa membangun eksistensi industri senjata

tidaklah mudah. Sebab perdagangan senjata tak dapat disamakan dengan bisnis produk lain yang secara leluasa diperdagangkan secara bebas. Pada sisi lain, industri senjata, khususnya senjata ringan kini bertumbuhan di berbagai negara sehingga persaingan semakin ketat. Akibatnya, banyak industri senjata di dunia yang mengalami nasib kurang baik. Penyebabnya, selama ini mereka terlalu menggantungkan kelangsungan perusahaan dari bisnis inti, yaitu produksi senjata. Oleh sebab itu, industri pertahanan Indonesia perlu melakukan diversifikasi usaha, di mana mereka pun mengembangkan bisnisnya yang diarahkan berimbang dengan produk komersial. Selain itu, perlu adanya komitmen nasional yang berkelanjutan dalam rangka kemandirian industri pertahanan guna pemenuhan sarana pertahanan. Revitalisasi industri pertahanan

« Perlu adanya komitmen nasional yang berkelanjutan dalam rangka kemandirian industri pertahanan guna pemenuhan sarana pertahanan.

»

bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan, banyak dijumpai tantangan, kendala, dan hambatan yang dihadapi, antara lain di bidang regulasi, anggaran, sumber daya manusia, dan penguasaan teknologi. Ada beberapa aspek penting untuk mendukung kondisi tersebut yakni: terwujudnya payung hukum, terwujudnya pengelompokan sesuai bidang teknologi, adanya kemitraan, bernilai komersial, terdukung oleh sumber daya manusia, litbang terpadu, dan sistem pendanaan yang memadai. Bidangbidang tersebut merupakan prasyarat dalam membangun struktur industri pertahanan yang kokoh dan mandiri. Apabila kebijakan seperti ini tidak ada, maka sulit sekali bagi industri pertahanan nasional bertahan di tengah keterbatasan pangsa pasar dalam negeri serta sulitnya mengekspor produkproduk alutsista. Bisnis senjata sering terbentur banyak faktor, terutama politik. Belum pula kebanyakan pembelian senjata dari pemerintah di berbagai negara berdasarkan sistem anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penulis adalah Doktor Manajemen Bisnis dari Unpad Bandung/ Tim Ahli di DPR RI

PERADA

INFO BUKU

Islam di Mata Bung Karno Judul

: Soekarno dan Modernisme Islam Penulis : M. Ridwan Lubis Penerbit : Komunitas Bambu Tahun : I, Oktober 2010 Tebal : xi+344 Halaman Harga : Rp 80.000

S

ecara historis, Soekarno (Bung Karno) dikenal sebagai salah satu murid HOS Tjokroaminoto (tokoh Serikat Islam-SI). Sebagaimana diketahui, nilai-nilai Islam yang melekat pada diri Bung Karno dipengaruhi HOS Tjokroaminoto. Selain Tjokroaminoto, cara berpikir Sukarno tentang Islam dipengaruhi oleh dua tokoh pembaruan di Mesir, yaitu Farid Wajdi dan Muhammad Abduh. Menurut Wajdi, Islam sejati sesuai dengan peradaban. Sementara menurut Abduh, peradaban sejati sesuai dengan Islam. Bung Karno lebih cenderung pada orientasi pemikiran Wajdi bahwa Islam hanya dapat berkembang bila umat Islam memperhatikan tiga hal seperti kemerdekaan ruh, kemerdekaan akal, dan kemerdekaan pengetahuan. Ketiga konsep tersebut melahirkan pandangan Bung Karno bahwa Islam adalah sebuah energi politik pembebasan dan dapat menggerakkan persatuan bangsa serta memerangi kolonialis dan imperialis. Melalui buku Soekarno dan Modernisme Islam ini, Ridwan Lubis mencoba membuka lembaran sejarah tentang Islam dalam pandangan Bung Karno. Terjelaskan dalam buku

«

Bung Karno menganjurkan bahwa rasionalisme sejatinya kembali duduk di atas singgasana Islam.

»

ini bahwa Soekarno adalah seorang muslim dengan pemahaman tauhid cukup mengagumkan dan memiliki pandangan-pandangan sangat modern terhadap Islam walaupun secara realitas dalam kehidupan dan aiktivitas pergerakannya Bung Karno lebih dikenal sebagai tokoh nasionalis. Lebih jauh, dalam buku ini juga terpaparkan bahwa Bung Karno menyebut Islam is progress atau Islam itu kemajuan. Bila ditelusuri, pendapat Bung Karno bahwa Islam adalah kemajuan memunyai makna tersendiri dalam konsep pemikirannya. Bung Karno memegang prinsip bahwa kemajuan peradaban umat manusia

bukan saja sesuai dengan Islam, tetapi Islam itu sendiri berarti kemajuan. Karena itu, kemajuan tidak mungkin bertentangan dengan Islam karena kemajuan identik dengan Islam. Selain itu, hal cukup menarik dari sajian dalam buku ini adalah, salah satunya, Ridwan Lubis menyajikan kutipan-kutipan asli pemikiran Bung Karno dari surat-surat, pidato-pidato, dan tulisan-tulisannya. Untuk menjaga keseimbangan terhadap pendapat-pendapat Bung Karno yang terdengar cukup nyeleneh dalam memandang Islam, Ridwan Lubis tidak membiarkan Bung karno melenggang sendirian, tetapi menghadirkan juga sebagai penyeimbang pendapat para ulama yang hidup sezaman dengan Bung Karno seperti Sirajuddin Abbas, Kiai Machfoedz Shiddiq, A Moechlis. Bung Karno meyakini bahwa Islam adalah pedoman tertinggi yang pernah dimiliki umat manusia untuk membawa menelusuri perjalanan hidup di dunia sampai akhirat. Islam juga bersifat dinamis untuk terus berkembang menyesuaikan diri dengan perkembangan modern. Islam tidak bertentangan dengan perkembangan peradaban modern, terutama sinergitas antara Islam dan ilmu pengetahuan. Bung Karno menganjurkan bahwa rasionalisme sejatinya kembali duduk di atas singgasana Islam. Islam is progress merupakan hakikat Islam di mata Bung Karno. Peresensi adalah Andriadi Achmad, mahasiswa Pascasarjana FISIP UI

Judul

: You Can Read A Face Like A Book Penulis : Naomi R Tickle Penerbit : Ufuk Press Tahun : I, Juni 2010 Tebal : 366 halaman Harga : Rp54.900 Buku berjudul You Can Read A Face Like A Book menguraikan tentang bagaimana memahami Anda, pasangan Anda, atasan, anak-anak, kerabat, teman, dan semua orang dalam hidup Anda. Semakin besar pemahaman kita akan diri kita dan orang lain, semakin besar hasil yang akan kita dapatkan. Anda akan merasa takjub dengan betapa lebarnya pintu-pintu peluang yang akan terbuka di depan Anda setelah membaca dan menerapkan prinsip-prinsip pembacaan wajah dalam kehidupan Anda. Buku ini mencakup 68 ciri, lengkap dengan sketsa masing-masing ciri dan penjelasan terperinci mengenai ciri-ciri tersebut. Anda juga akan mengetahui cara pembacaan wajah untuk memperbaiki hubungan pribadi, penjualan, memahami anakanak, dan mencapai karier yang diinginkan.

Pemimpin Redaksi: M Selamet Susanto Wakil Pemimpin Redaksi: Adi Murtoyo Asisten Redaktur Pelaksana: Adiyanto, Khairil Huda, Suradi SS, Yoyok B Pracahyo. Redaktur: Alfian, Alfred Ginting, Antonius Supriyanto, Dhany R Bagja, Lili Hermawan, Marcellus Widiarto, M Husen Hamidy, Sriyono Faqoth, Suli H Murwani. Asisten Redaktur: Ade Rachmawati Devi, Ahmad Puriyono, Budi, Mas Edwin Fajar, Nala Dipa Alamsyah, Ricky Dastu Anderson, Sidik Sukandar, Tri Subhki R. Reporter: Agung Wredho, Agus Supriyatna, Benedictus Irdiya Setiawan, Bram Selo, Citra Larasati, Dini Daniswari, Donald Banjarnahor,

Doni Ismanto, Eko Nugroho, Hansen HT Sinaga, Haryo Brono, Haryo Sudrajat, Houtmand P Saragih, Hyacintha Bonafacia, Im Suryani, Irianto Indah Susilo, Irwin Azhari, Muchammad Ismail, Muhammad Fachri, Muhammad Rinaldi, Muslim Ambari, Nanik Ismawati, Rahman Indra, Setiyawan Ananto, Tya Atiyah Marenka, Vicky Rachman, Wachyu AP, Xaveria Yunita Melindasari, Yusti Nurul Agustin, Yudhistira Satria Utama Koresponden: Budi Alimuddin (Medan), Noverta Salyadi (Palembang), Agus Salim (Batam), Henri Pelupessy (Semarang), Eko Sugiarto Putro (Yogyakarta), Selo Cahyo Basuki (Surabaya) Bahasa: Yanuarita Puji Hastuti Desain Grafis: Yadi Dahlan. Penerbit: PT Berita Nusantara Direktur Utama: M Selamet Susanto Direktur: Adi Murtoyo. CEO: T. M. Tobing Managing Director: Fiter Bagus Cahyono Manajer Iklan: Diapari Sibatangkayu Manajer IT: Parman Suparman Asisten Manajer Sirkulasi: Turino Sakti Asisten Manajer Distribusi: Firman Istiadi Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi: Jalan Wahid Hasyim 125 Jakarta Pusat 10240 Telepon: (021) 3152550 (hunting) Faksimile: (021) 3155106. Website: www.koran-jakarta.com E-mail: redaksi@

koran-jakarta.com Tarif Iklan: Display BW Rp 28.000/mmk FC Rp 38.000/mmk, Advertorial BW Rp 32.000/mmk FC Rp 40.000/mmk, Laporan Keuangan BW Rp 17.000/mmk FC Rp 32.000/mmk, Pengumuman/Lelang

BW Rp 9.000/mmk, Eksposure BW Rp 2.000.000/kavling FC Rp 3.000.000/kavling, Banner Halaman 1 FC Rp 52.000/mmk, Center Spread BW Rp 35.000/mmk FC Rp 40.000/mmk, Kuping (Cover Ekonomi & Cover Rona) FC Rp 9.000.000/Kav/Ins Island Ad BW Rp 34.000/mmk FC Rp 52.000 Obituari BW Rp 10.000/mmk FC Rp 15.000/mmk, Baris BW Rp 21.000/baris, Kolom BW Rp 25.000/mmk, Baris Foto (Khusus Properti & Otomotif ) BW Rp 100.000/kavling

Wartawan Koran Jakarta tidak menerima uang atau imbalan apa pun dari narasumber dalam menjalankan tugas jurnalistik


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.