EDISI 431 - 22 AGUSTUS 2009

Page 10

10

BURSA EFEK & KORPORASI

Sabtu 22 AGUSTUS 2009

Pertanian

Pertambangan 1,788.16

1,913.65

2,194.45

2,324.46

–0,28% 14 Ags

Industri Dasar

14 Ags

KOMENTAR SINYAL pemulihan ekonomi global yang bisa mendorong keluarnya investor asing tidak akan mendorong risiko obligasi Indonesia naik. Prospek obligasi pemerintah masih akan membaik jangka menengah (Koran Jakarta, 21/8). Bisa saja asing keluar dan balik lagi ke pasar negara maju yang dinilai lebih aman setelah ekonomi pulih. Namun, risiko obligasi Indonesia masih tetap aman karena fundamental pertumbuhan kita masih kuat. 081158755xxx

BULLS & BEARS Perbankan Tahan Tekanan Sentimen Regional JAKARTA – Kinerja perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan ini mampu keluar dari tekanan aksi ambil untung atau profit taking yang dipicu sentimen negatif bursa regional. Bursa domestik ditutup positif dengan kenaikan tipis yang ditopang oleh saham-saham sektor perbankan maupun ekspektasi kinerja laba korporasi kuartal ketiga yang membaik. Menurut analis, membaiknya saham-saham perbankan ini seiring ekspektasi investor terhadap upaya Bank Indonesia menekan suku bunga deposito perbankan. Dengan kebijakan pembatasan bunga deposito maksimal 50 basis poin di atas BI Rate, diharapkan suku bunga kredit nantinya juga ikut turun. Sehingga, dalam jangka panjang hal ini berdampak positif bagi kinerja bank. Kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik sekitar 0,23 persen menjadi 2.333,89 poin. Demikian pula indeks saham-saham unggulan atau LQ45 bertambah 0,33 persen ke posisi 455,67 poin. “Fluktuatifnya indeks ini terjadi karena investor sebelumnya berburu saham komoditas beralih ke sektor perbankan,” kata analis Riset PT Panin Capital Bayu Aji. Meskipun bursa China menguat sekitar 1,69 persen, investor di kawasan Asia masih tetap mengkhawatirkan bank sentral China mengetatkan kebijakan moneternya. Inilah yang memicu bursa kawasan Asia melemah. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,64 persen, indeks Nikkei di Tokyo melemah 1,4 persen, dan indeks Straits Times berkurang 0,57 persen. Menjelang bulan puasa tahun ini, aktivitas perdagangan saham berjalan relatif lebih sepi. Total frekuensi dan volume transaksi mencapai masing-masing 84,04 ribu kali dan 3,65 miliar lembar senilai 3,48 triliun rupiah. “Investor wait and see dan masih menunggu arah sehingga belum berani melakukan transaksi secara signifikan. Akibatnya, meski ada kenaikan tapi tipis, transaksi sepi,” kata Ketut Tri Bayuna, analis Bali Securities. Investor asing juga tidak terlalu banyak ambil posisi. Meskipun mencatat nilai beli bersih atau net buy sebesar 143,87 miliar rupiah, tapi jumlah pembelian kecil sebesar 792,94 miliar rupiah. asp/nse/Ant/E-1

227.85

Properti

14 Ags

522.91

157.94

507.71

–0,18% 21 Ags

580.88

586.82

+0,57% 21 Ags

Konsumsi

®

154.09

224.09

–1,31% 21 Ags

Aneka Industri

KORAN JAKARTA

14 Ags

+0,19% 21 Ags

14 Ags

+0,36% 21 Ags

14 Ags

21 Ags

Diversifikasi Usaha I Delta Petroindo Akan Berutang Danai Akuisisi BUMA

Bisnis Tambang Kian Diincar Kasus akuisisi fenomenal Bumi Resources Tbk terhadap Kaltim Prima Coal (KPC) pada 2005 diikuti Delta Petroindo. Perusahaan properti skala kecil membeli perusahaan kontraktor pertambangan BUMA yang jauh lebih besar dengan didanai utang. JAKARTA – Perusahaan properti, Delta Dunia Petroindo Tbk, akan melakukan ekspansi bisnis ke sektor pertambangan seiring prospek bisnis pertambangan yang masih cerah ke depannya. Ini dilakukan dengan akuisisi terhadap perusahaan kontraktor pertambangan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA). Akuisisi senilai 550 juta dollar AS atau sekitar 5,5 triliun rupiah ini akan dibiayai dengan model LBO atau leverage buy out. Perseroan akan mencari

pinjaman bank. Sekretaris Perusahaan Delta Dunia Petroindo, Ricardo Suhendra Wirjawan, mengatakan pihaknya akhirnya hanya merealisasikan rencana pembelian terhadap satu perusahaan saja, yaitu BUMA. “Cuma BUMA saja yang akan kami akuisisi, harganya sekitar 550 juta dollar AS,” katanya di Jakarta, Jumat (21/8). Pada 19 Agustus lalu, Ricardo menyampaikan perseroan mengincar tiga perusahaan kontraktor pertambangan de-

ngan harga sekitar 500 juta dollar AS. Tetapi akhirnya perseroan hanya bisa merealisasikan penandatanganan jual-beli dengan pihak BUMA saja. “Itu perkiraan awal kami, tapi harga BUMA ternyata lebih tinggi (dari perkiraan),” ujarnya. Menurutnya, transaksi ini diharapkan akan selesai pada kuartal keempat 2009 setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham dan otoritas regulasi terkait. Pada 2009, Indonesia diharapkan menghasilkan batu bara sebesar 230 juta ton dan akan terus meningkat hingga 310 juta ton pada 2013. Impor dari negara-negara Asia diharapkan akan terus tumbuh sebesar 2,5 persen per tahun sampai 2013. BUMA merupakan kontraktor pertambangan batu bara terbesar kedua di Indonesia.

Pada 2008 BUMA menguasai 24 persen pangsa pasar industri kontraktor pertambangan batu bara di Indonesia.

Mirip Bumi Perseroan sendiri menunjuk Barclays Capital untuk menjadi penasihat pendanaan sehubungan dengan akuisisi tersebut. Namun, lanjut Ricardo, pihaknya memilih mencari pinjaman ketimbang injeksi modal melalui penawaran umum saham terbatas atau rights issue. Saham perseroan saat ini dimiliki sebesar 56,61 persen oleh PT Texta Indonesia, 13,25 persen oleh PT Sinarmas Sekuritas, dan sisanya publik. Hingga Maret 2009, nilai ekuitas tercatat sebesar 348,2 miliar rupiah dengan nilai total asset 421,2 miliar rupiah. Pendapatan tahun lalu anjlok menjadi sekitar 10 miliar

rupiah, dibandingkan pada 2007 yang mencapai satu triliun rupiah. BUMA sendiri memiliki pendapatan pada 2008 sebesar 693 juta dollar AS, nilai aset 581,3 juta dollar AS atau sekitar 5,81 triliun rupiah. BUMA kini melayani beberapa perusahaan tambang seperti Arutmin Indonesia, Berau Coal, Adaro Indonesia, Gunung Bayan. Menurut Chief Knowledge Officer lembaga riset Capital Price, Perdana Wahyu Sentosa, langkah akuisisi ini termasuk model LBO atau leveraged-buyout karena mendanai akuisisi besar dengan utang. Ini mirip dengan akuisisi Bumi Resources Tbk terhadap PT Kaltim Prima Coal pada 2005. did/E-1 Komentar/saran/kritik berita ini via e-mail: redaksi@koran-jakarta.com, faks: 021 3155 106 SMS: 0813 8181 7227

» Ditutup Naik

» Pialang mengamati monitor perdagangan saham di salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Jumat (21/8). Kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup naik 0,23 persen menjadi 2.339 poin setelah bursa domestik mampu keluar dari tekanan sentimen regional.

JENDELA KORPORASI KORAN JAKARTA/WACHYU AP

Aturan BUMN “Non Listed Public Company” Segera Selesai JAKARTA – Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan segera menyelesaikan Peraturan Pemerintah (PP) soal perusahan pelat merah bisa menjadi perusahaan publik tapi tidak tercatat di bursa (non listed public company). Sekretaris Kementerian Negara BUMN, Said Didu, mengatakan pihaknya tengah berkoordinasi lintas departemen seperti Menkumham dan Sekretaris Negara (Setneg) guna menggodok penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut. “BUMN itu nanti akan menjadi perusahaan terbuka tapi sahamnya tidak dijual. Mudah-mudahan PP-nya segera selesai dalam waktu dekat ini,” katanya di Jakarta, Jumat (21/8). Menurutnya, Kementerian Negara BUMN menyiapkan kriteria yang nantinya menjadi acuan bagi BUMN yang layak masuk non listed public company. Salah satu kriteria pokok antara lain nilai aset dan sensitivitas terhadap pasar. Yang paling utama, perusahaan plat merah tersebut harus yang melayani kepentingan rakyat banyak. Salah satu BUMN yang sudah berencana melakukan hal ini sejak pertengahan tahun lalu adalah PT Pertamina karena ingin menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan benar (good corporate governance/GCG). nse/E-1

UU Pasar Modal

Sekuritas Wajib Pisah Manajer Investasi JAKARTA – Bapepam-LK akan melarang secara tegas perusahaan sekuritas merangkap bisnis manajer investasi. Jika selama ini masih bersifat imbauan atau imperative policy dari otoritas, nantinya aturan larangan ini akan dipertegas dalam Undang-Undang Pasar Modal yang baru. Menurut Kabiro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK, Djoko Hendratto, pemisahan bisnis sekuritas dengan manajer investasi (MI) ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan yang berpotensi memunculkan industri yang tidak sehat.

“Tujuannya agar para pemain dalam industri ini lebih sehat dan profesional. Supaya tidak campur aduk dan mencegah benturan kepentingan antara sekuritas dan MI,” katanya di Jakarta, Jumat (21/8). Pasalnya, selama ini terjadi bias usaha MI yang berbadan usaha sama dengan sekuritas. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan UU Pasar Modal tahun 1995 dan berpotensi memunculkan suatu aktivitas yang tidak sehat. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi industri pasar modal Indonesia yang semakin berkembang. “Kalau

para pemain dalam industri ini lebih sehat dan profesional.

»

Djoko Hendratto KABIRO PENGELOLAAN INVESTASI BAPEPAM-LK

tidak kita antisipasi dari sekarang, di masa depan akan sulit mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran pasar modal,” ujar Djoko. Saat ini, dari total sebanyak 119 perusahaan sekuritas ang-

gota bursa, masih ada sekitar 33 perusahaan efek yang masih merangkap bisnis brokerage dan asset management. Karena itu, sejumlah broker seperti BNI Securities kini terus melakukan pemisahan atau spin off bisnis manajer investasi.

Tidak Masalah Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) menilai penegasan aturan larangan tersebut tidak akan berdampak negatif bagi industri reksa dana. Pemisahan bisnis perusahaan efek dengan MI tidak akan mengurangi jumlah pemain reksa dana.

“Itu risiko bisnis masing-masing perusahaan. Itu kan wajar aja, jangan aturan disalahkan,” kata Ketua APRDI, Abiprayadi Riyanto. Hal ini justru dinilai positif. Pasalnya, tujuan amendemen tersebut adalah untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam industri pasar modal, termasuk reksa dana dan perusahaan efek. “Selama itu buat kebaikan industri dalam jangka panjang dan mengacu pada international best practise, saya lihat bagus dan sehat aja buat industri,” ujarnya. asp/Ant/E-1

SOROTAN

Agis Lepas JCL Indonesia JAKARTA – Agis Tbk akan melepas seluruh saham perseroan pada anak usaha, JCL Indonesia, kepada Madari Eka Pratama. Sekretaris Perusahaan Agis Poernomo Adjie mengatakan pelepasan saham di JCL Indonesia itu menyusul adanya perubahan pemegang saham pihak Eropa (PT JCL Centrum Austria). Saham JCL Indonesia dimiliki Agis sebesar 51,31 persen dan sisanya JCL Centrum Austria. Sehingga terjadi perubahan pola operasi maupun usaha JCL Indonesia. “Adanya perubahan pola usaha dan operasi JCL Indonesia akan merugikan perseroan,” katanya dalam penjelasan tertulis ke bursa di Jakarta, Jumat (21/8). Menurut Poernomo, dalam mengantisipasi kondisi dan situasi perdagangan saat ini, perseroan akan lebih memfokuskan usaha pada bisnis produk produk elektronik. JCL Indonesia selama ini bergerak di bidang forwarding atau logistik. ”Bidang usaha logistik atau forwarding bukan merupakan bisnis inti perseroan,” ujarnya. Meski sebagai pemegang saham mayoritas, dalam operasional JCL Indonesia, pemegang saham lain selalu mengintervensi kebijakan anak usaha tersebut. asp/E-1

« Tujuannya agar

Menyimak Gejolak Bursa Saham China

B

ursa saham China terpuruk sebelum melambatnya ekonomi tahun lalu. Dan, tahun ini saham China melonjak sebelum ekonomi pulih cepat. Lantas, apakah rontoknya indeks Shanghai dalam dua pekan terakhir ini mengindikasikan masalah baru bagi kinerja ekonomi? Hanya dalam waktu dua pekan, indeks Shanghai di bursa China rontok sekitar 20 persen. Ini merupakan koreksi yang cukup fenomenal di tengah pulihnya pasar saham dunia. Padahal, hingga awal

Agustus ini (4/8), bursa China masih menguat tajam sekitar 85 persen sejak awal tahun ini. Investor di negeri tirai bambu ini tampaknya terlalu berlebihan ekspektasinya terhadap kinerja ekonomi, khususnya ekspor maupun derasnya kucuran kredit perbankan. Besarnya kredit perbankan ternyata tidak semua mengalir ke sektor riil, melainkan seperlima dari total kredit 7,37 triliun yuan diputar di pasar saham. Itulah sebabnya likuiditas bursa China sangat tinggi dan memompa laju ke-

naikan indeks. Namun, pemerintah menyadari bursa saham China kini tampak lebih seperti kasino dan menjadi gelembung atau bubble yang dapat berimbas lebih jauh terhadap ekonomi daripada yang diperkirakan pada umumnya. Pemerintah mengerem laju tersebut dengan mengetatkan kebijakan moneter. Sontak saja, pasar saham turun signifikan dalam dua pekan terakhir. Kalangan analis menilai bursa-bursa lainnya di Asia,

termasuk Indonesia, diperkirakan tidak akan mengikuti koreksi tajam di China. Pasalnya, valuasinya masih lebih rendah dan tingkat return on equity masih akan naik menjadi 10,9 persen tahun ini dibanding 9 persen tahun 2001. Namun demikian, pihak otoritas di Indonesia tidak boleh takabur. Diakui kondisi bursa Indonesia tak jauh beda dengan China. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat sekitar 70 persen tahun ini. Menurut Kepala Ekonom

Bank Danamon, Anton Gunawan, kenaikan IHSG tidak dipengaruhi fundamental perekonomian Indonesia, melainkan lebih banyak faktor lain seperti ekspektasi maupun gerakan rekayasa finansial. Dengan kata lain, penguatan tajam di pasar saham ini tidak mencerminkan membaiknya kondisi riil perekonomian Indonesia. Karena itu, perlu adanya terobosan pemerintah agar kinerja pasar saham ini tidak ada gap atau jurang yang lebar dengan kinerja sektor riil. asp/Rtr/E-1


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.