Majalah Komunikasi UM | Edisi 334 Mei - Juni 2021

Page 34

Rancak Budaya

Sejuta Cara Membawa Teori di Luar Kepala

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

“Totalnya tiga ratus dua puluh ribu, Mas.”

Petugas perpustakaan itu terdiam sebentar. “Oke, saya janji.”

“Tiga ratus? Nggak salah, Pak?”

“Ngomong-ngomong, nama Bapak siapa?”

Petugas perpustakaan menarik napas. “Nama Anda Muhammad Sunu, kan?”

“Panggil saja Hamukti.”

Yang ditanya mengangguk cepat. “Nah, tiga ratus dua puluh ribu,” lanjut petugas itu lagi, yakin dan penuh percaya diri menunjuk layar komputer. Sunu mendekat dan mencondongkan kepalanya agar detail denda pengembalian buku yang tertera pada layar dapat dia baca dengan jelas. Dia menelan ludah. “Memangnya kenapa, dikembalikan?”

kok

sampai

setahun

lebih

tidak

“Saya sudah berkali-kali mau mengembalikan buku ini, Pak. Namun, ia tidak mau dikembalikan.” “Maksudnya?” “Iya, buku ini tidak mau dikembalikan, seperti punya nyawa dan kehendak sendiri.” “Saya sedang tidak bercanda, Mas.” “Saya juga sedang tidak bercanda, Pak. Setahun belakangan ini saya selalu mencari cara agar buku ini lepas dari saya. Beberapa hari lalu saya bahkan menguburnya di taman makam pahlawan.” “Mengubur ... apa?” “Buku ini,” Sunu melirik sebuah buku di samping komputer, sumber malapetaka di hidupnya selama setahun terakhir. “Saya tidak mengerti maksud Anda.” “Akan saya ceritakan tapi Bapak harus janji untuk tidak meragukan saya.” Petugas perpustakaan itu diam dan melihat sekeliling: Para rekan kerjanya yang sendu dan bosan di meja masing-masing. Di antara sekian banyak cara kematian di dunia ini, mati bosan adalah cara yang paling tidak elegan, pikirnya. “Pak?” “Egh, ya?” Petugas perpustakaan itu setengah kaget. “Oke, saya coba dengarkan.” “Bapak belum berjanji,” “Berjanji apa?” “Berjanji untuk tidak meragukan saya,”

“Baik, Pak Hamukti. Begini, saya meminjam buku ini setahun yang lalu—” “Sudah lebih dari setahun, Mas.” “Ya, itu maksud saya. Saya meminjam buku ini lebih dari setahun yang lalu. Tidak biasanya saya ke kampus malam-malam. Saya ingat betul, itu hari Kamis. Saya tidak banyak berkeliling dan langsung menuju ke deretan rak tempat buku ini disimpan. Setelah ketemu, saya mengambilnya dan langsung menuju ke petugas peminjaman. Tidak ada hal aneh yang terjadi sampai keesokan paginya, saya tiba di kampus—” “Saya kira semua orang juga mengalami hal serupa, Mas,” potong Pak Hamukti. “Tunggu dulu, Pak. Cerita saya belum selesai. Bapak sudah janji tidak akan meragukan saya,” Pak Hamukti mendengus. “Ya, ya, lanjutkan.” “Ketika saya tiba di kampus keesokan paginya, buku ini ada di tas saya. Padahal saya ingat betul bahwa malam sebelumnya saya sudah mengeluarkan buku ini, membacanya sebentar, kemudian pergi tidur tanpa memasukkan buku ini ke tas lagi. Pagi itu saat saya di kelas, buku ini malah ada di dalam tas ….” “Mungkin ingatan Mas Sunu salah.” “Ya, itu bisa saja terjadi. Saat itu pun saya berpikiran seperti Bapak. Namun, kejadian itu berulang terus. Saya tidak berencana membawa buku ini dan tidak pernah memasukkannya ke tas, tapi begitu saya di kampus, buku ini selalu terbawa.” Pak Hamukti menatap iba. “Oh, jangan tatap saya begitu, Pak.” Sunu mendengus. “Bapak salah besar jika mengira saya gila. Mungkin sampai di sini, keanehannya belum seberapa. Suatu hari, saya membawa buku ini ke tempat fotokopi karena memang itulah tujuan awal saya meminjamnya. Namun, karyawan fotokopi bilang bahwa mesinnya bermasalah. Kertas yang keluar hanyalah kertas kosong, alih-alih kopian buku ini. Saya belum curiga. Saya membawa buku ini ke beberapa tempat lain, dan hasilnya sama saja, Pak. Mesin fotokopi mereka mengeluarkan kertas kosong! Seolah-olah buku ini tak mau digandakan,” Pak Hamukti berdeham, memperbaiki posisi kacamatanya.

34 | Komunikasi Edisi 334


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Majalah Komunikasi UM | Edisi 334 Mei - Juni 2021 by Majalah Komunikasi UM - Issuu