Komunika Edisi 1 Tahun VII Januari 2011

Page 1

Tabloid Tempel

http://www.facebook.com/pages/komunika/85736916984

e-paper : http://www.issuu.com/komunika Halaman

5

Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

Stabilkan Harga Pangan

Kala Musim Berubah

Sekretaris Kementerian Negara PPN/ Sekretaris Utama Kepala Bappenas

Syahrial Loetan

H

Antisipasi Gejolak Harga Pangan Pemerintah terus melakukan upaya antisipasi untuk menghadapi ancaman krisis harga pangan di tahun 2011. “Gejolak harga pangan muncul lantaran kondisi iklim yang tidak menentu belakangan ini. Hal ini bakal menjadi pekerjaan rumah yang harus diantisipasi sejak awal,” terang Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan.

arga komoditas pangan selama tahun ini diperkirakan masih terus bergejolak. Namun Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menga­ takan pemerintah telah mela­kukan be­berapa intervensi un­tuk mere­dam kenaikan harga bahan pa­ngan pokok. “Mulai mem­bebaskan bea masuk beberapa komoditas pangan pokok seperti beras, gandum, dan kedelai serta ba­han terkait pangan seperti ba­han pa­kan ternak dan bahan pupuk,“ jelasnya. Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam mengatakan, gejolak harga pangan dunia menjadi ancaman serius yang harus disikapi. Sebab, permintaan terhadap bahan pangan di Indonesia tergolong sangat tinggi. “70 persen dari pendapatan kita dihabiskan untuk bahan pangan. Ini menjadi persoalan karena saat ini anomali terhadap iklim yang tidak menentu,”ungkap Latief. Anomali iklim tidak hanya dihadapi Indonesia, tapi juga dihadapi China maupun Vietnam dan negara-negara di belahan dunia lainnnya. Lonjakan harga pangan dinilai pengamat dipicu akibat turunnya produksi beberapa bahan pokok di dunia sementara kebutuhan cenderung. “Cuaca ekstrem menjadi biang keladi menurunnya produksi gandum. Kenaikan harga gandum diperkiraan terus

berlanjut sampai kuartal I-2011,” prediksi Vince Peterson, Wakil Presiden Asosiasi Gandum Amerika Serikat, seperti dikutip Bloomberg, belum lama ini. Sudah Terpola Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Sutono memperkirakan, harga beras akan terus naik hingga awal 2011. “Sebab, Januari nanti masih dalam masa puncak paceklik,” ujarnya. Gejolak harga pangan dunia nampaknya belum akan terhenti. Bahkan, pada 2011 nanti diperkirakan harga pangan dunia masih berpotensi naik. Lonjakan harga pangan yang terjadi di Indonesia saat ini tidak semata-mata akibat faktor alam, tetapi sudah terpola dan mengikuti tren. “Pengaruh siklus musim dan cuaca ekstrem memang ada. Tapi ada faktor lain yang perlu dicermati dan diantisipasi,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution, Rabu (26/1). Ia mengatakan fluktuasi harga pangan di tanah air selama ini selalu mengikuti pola tertentu dan berakhir pada kondisi stabil di harga tinggi. Siklus tersebut selalu berulang

dan telah berlangsung selama lima sampai tujuh tahun terakhir. “Jika kita cermati tren inflasi dalam lima hingga tujuh tahun terakhir, fluktuasi harga pangan dan bumbu masak tidak pernah kembali ke harga semula,” ujar Darmin. Optimasi Sumberdaya Secara umum, kenaikan harga pangan sebenarnya berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani. Namun, jika fluktuasi harganya terlalu tinggi, justru tidak menguntungkan karena meningkatkan inflasi. “Oleh karena itu, selain mengembangkan sektor perkebunan, pemerintah daerah juga perlu mendorong pengembangan komoditas pangan, bumbu masak, dan sayuran (hortikultura),” jelas Darmin. Latief menambahkan agar kebijakan ketahanan pangan setidaknya memperhatikan ketersediaan, aksesibilitas, dan kualitas. “Yang terbaik adalah memaksimalkan dulu sumber daya yang dimiliki sekaligus memberikan sosialisasi kepada petani untuk meningkatkan produksi,” tandasnya. (th)


2

Beranda

www.bipnewsroom.info

Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

Adaptif dan Inovatif Hadapi Perubahan Iklim Tidak menentunya cuaca dan iklim dunia, termasuk di Indonesia beberapa bulan terakhir, berpengaruh besar terhadap produktivitas beberapa sektor kehidupan. Sektor yang mengalami imbas paling besar dari perubahan iklim tersebut adalah sektor pertanian dan perikanan. Tingginya curah hujan membuat banyak tanaman pangan mengalami gagal panen dan puso akibat curah hujan yang tinggi, kekeringan dan bahkan banjir. Cuaca ekstrem juga membuat para nelayan tidak berani menangkap ikan hingga ke tengah laut bahkan berhenti melaut, sehingga hasil tangkapan menurun drastis. Secara akumulatif, gangguan cuaca terhadap sektor pertanian dan perikanan dalam skala bervariasi dapat menyebabkan laju pertumbuhan perekonomian nasional melambat. Fakta menunjukkan, inflasi pada akhir tahun 2010 dan awal tahun 2011 sebagian besar dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan yang semuanya merupakan imbas dari cuaca ekstrem yang melanda Indonesia. Membubungnya harga cabai, beras dan ikan laut, sebagai contoh, terjadi karena produksi di tingkat petani dan nelayan anjlok akibat cuaca buruk. Jelas bahwa jika tidak diantisipasi secara dini, perubahan iklim dan anomali cuaca sangat merugikan perekonomian negara. Tidak berlebihan jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para petani dan nelayan untuk adaptif dan inovatif menghadapi perubahan cuaca atau anomali iklim. Permintaan tersebut disampaikan presiden pada acara Pencanangan Gerakan Nasional Penanganan Anomali Iklim di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura di Desa Lebo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Adaptif dapat diartikan bahwa petani dan nelayan diharapkan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca yang gampang berubah setiap saat. Sedangkan inovatif berarti petani dan nelayan memiliki strategi dan jurus-jurus baru untuk menghadapi perubahan iklim. Tujuannya jelas, yakni agar petani dan nelayan bisa mengambil manfaat dari perubahan iklim yang sedang terjadi, dan bukan sebaliknya menjadi korban. Secara khusus presiden mengingatkan, bukan tidak mungkin anomali cuaca yang melanda Indonesia akan mengancam ketahanan

Di Ujung Tanduk

desain: ahas/danang foto: bf-m, danag

Bangsa Indonesia saat ini tidak menyadari kalau Bahasa Indonesia sebetulnya ada di ujung tanduk. Sekalipun banyak yang mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia namun kelangsungan hidupnya tidak terjamin dengan baik. Salah satu penyebabnya menurut saya adalah penggunaan bahasa dalam siaran televisi swasta. Kebanyakan tidak mengindahkan aturan bahasa dan cenderung mengedepankan bahasa slank di Jakarta sebagai bahasa utama. Saya kira semua orang

tidak diam atau tenang-tenang saja jika Bahasa Indonesia yang kita cintai ternyata mengalami krisis yang berbahaya. Oleh karena itu sudah sepatutnya Kementerian Pendidikan dan pakar bahasa Indonesia mulai menaruh pe rh a ti a n . Sa ya berharap agar dugaan bahasa Indonesia di ujung tanduk tidak menjadi kenyataan. Nazar Abbas via komunika@bipnewsroom. info

Salut Sepak Bola Indonesia

Sukses Timnas Indonesia patut diacungi jempol. Bahkan hingar bingar bola kembali

sebaiknya diganti dengan teknik multikultur pangan nasional. Oleh karena itu seluruh atau berbagai jenis tanaman dalam satu lahan. warganegara harus mewaspadai sekaligus Tanaman yang tidak tahan curah hujan tinggi menanganinya dengan cara-cara yang tepat untuk sementara tidak ditanam dan diganti agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih dengan tanaman lain yang lebih tahan hujan. besar di tengah masyarakat. Inovasi dapat dilakukan misalnya dengan Apa yang dikemukakan presiden harus menanam di pot-pot plastik (polybag), atau di menjadi perhatian kita semua, karena di berbagai bawah lindungan atap plastik transparan agar negara seperti di Rusia, Turki, China, India, tanaman tidak langsung terpapar hujan. Pakistan, dan bahkan di Australia serta beberapa Sementara para nelayan, sambil menunggu negara Eropa, Afrika dan Amerika Latin, imbas cuaca buruk mereda, bisa mengalihkan dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem terbukti kegiatan menangkap ikan di tengah laut dengan mampu merusak infrastruktur pertanian yang mengoptimalkan penangkapan ikan di pesisir dan berakibat pada penurunan produksi pangan intensifikasi budidaya tambak. Selain itu, dapat di negara-negara tersebut secara signifikan. pula melakukan kegiatan ekonomi produktif Bahkan di beberapa negara, cuaca ekstrem telah di darat, misalnya dengan membuat kerajinan mengakibatkan krisis pangan. Sebagai negara tangan dan industri rumahan makanan olahan yang telah mencapai kemapanan di bidang berbasis hasil laut, serta mengadakan kegiatan pangan, Indonesia tentu harus menjaga agar lain yang tidak tergantung cuaca. Berbagai tidak mengalami nasib seperti negara-negara inovasi tersebut selain dapat menghindarkan tersebut. nelayan dari kevakuman pekerjaan, juga dapat Pemerintah Indonesia memang telah meningkatkan pendapatan nelayan di luar menambah dana untuk ketahanan pangan dari pekerjaan utamanya mencari ikan semula Rp 2 triliun menjadi Rp 3 triliun di laut. di 2011. Penambahan anggaran Selama ini terdapat tersebut sebagai antisipasi dini kecenderungan petani apabila terjadi kerawanan dan nelayan sulit pangan di Tanah Air. mengubah strategi Rinciannya, Rp 2 triliun kerja yang telah untuk antisipasi Selama ini terdapat mereka terapkan (kontigensi) dan kecenderungan selama bertahunRp 1 triliun khusus petani dan nelayan tahun. Oleh untuk penyediaan sulit mengubah karena itu, mereka beras. Selain itu, strategi kerja yang menghentikan pemerintah juga aktivitas dan memilih akan mencoba telah mereka menganggur apabila mengembalikan terapkan selama keadaan cuaca tidak konsumsi masyarabertahun-tahun mendukung kegiatan kat sesuai dengan mereka sehari-hari. tradisi daerah masingSikap semacam itu dapat masing. Namun akan dimaklumi apabila cuaca lebih baik apabila upaya ekstrem hanya terjadi satu atau tersebut juga didukung dengan dua minggu. Namun jika cuaca langkah nyata di tingkat petani dan ekstrem terjadi sampai berbulannelayan. bulan seperti sekarang, seyogyanya para petani Salah satu strategi yang dapat dilakukan dan nelayan mengubah sikap. Mereka tidak bisa petani adalah dengan melakukan adaptasi cara lagi menunggu, namun harus segera bertindak menanam sesuai dengan karakteristik cuaca dengan cara dan strategi baru. Alasannya jelas, yang berubah-ubah. Jika sebelumnya pada berhenti bekerja berarti membuang waktu dan cuaca normal petani cenderung melakukan kesempatan untuk mendapatkan pendapatan. teknik menanam secara monokultur atau satu (g) jenis tanaman pangan, pada cuaca ekstrem

bergaung di kampungkampung. Anak-anak kenal lagi dengan pemain bola asal Indonesia, meski diselingi dengan nama yang sedikit asing hasil naturalisasi.Keberhasilan Timnas Indonesia, merupakan kombinasi antara kemampuan pelatih Alfred Riedl meracik tim serta kontribusi pemain hasil naturalisasi. Salah satu alasan kebangkitan Timnas memang pelatih Alfred Rield. Riedl terlihat lebih profesional dibanding pelatih sebelumnya. Selain itu pemain naturalisasi bisa menambah hawa persaingan yang sehat di internal Timnas sendiri. Saya tidak anti naturalisasi, tetapi saya berharap ke depan kalau bisa muncul pemain pemain lokal dengan kemampuan internasional. Dan untuk mencapainya diperlukan

latihan serta kerja keras. Hal yang terpenting bagaimana sekarang PSSI fokus pada pembinaan pemain muda, bukan mengandalkan naturalisasi. Gendruwo Via komunika@bipnewsroom. info

Harapan 2011

Kehidupan yang baik didasarkan oleh ekonomi yang baik, ekonomi yang baik jika memiliki penghasilan dan tersedianya lapangan kerja. Lapangan kerja akan tumbuh bila fasilitas jalan baik. Maka saya harap pemerintah pada 2011 dapat membenahi dan membuat jalur-jalur jalan dengan baik.â€?Â

Firman, Bengkulu

Semoga di 2011, warga Indonesia bisa lebih mempunyai kesadaran diri. Untuk pemimpin, sadar akan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan lebih mengutamakan kepentingan rakyat. Untuk rakyat, agar lebih sadar untuk selalu mentaati hukum dan mendukung pemerintahan dalam hal yang positif. Untuk semua warga Indonesia, agar lebih sadar diri untuk tidak membuang sampah sembarangan dan bisa melestarikan keindahan alam yang Tuhan berikan. Maju Indonesia!. Â Tanti, Jakarta

Tabloid komunika. ISSN: 1979-3480. Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Pengarah: Tifatul Sembiring (Menteri Menteri Komunikasi dan Informatika), Basuki Yusuf Iskandar (Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika), Ahmad Mabruri Mei Akbari (Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika). Penanggung jawab: Freddy H. Tulung (Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik). Pemimpin Redaksi: Sadjan (Direktur Pengelolaan Media Publik). Wakil Pemimpin Redaksi: Ismail Cawidu (Sekretaris Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik), Supomo (Direktur Komunikasi Publik), Bambang Wiswalujo (Direktur Pengolahan dan Penyediaan Informasi), James Pardede (Direktur Kemitraan Komunikasi). Sekretaris Redaksi: Elvira Inda Sari N.K. Redaktur Pelaksana: M. Taufiq Hidayat. Koordinator Liputan: M. Azhar Zainal Iskandar, Dimas Aditya Nugraha, M. Taofik Rauf. Redaktur Foto : Fouri Gesang, Agus Setia Budiawan. Reporter: Wiwiek Satelityowati, Suminto Yuliarso, Dewi Rahmarini, Doni Setiawan, Lida Noor Meitania, Karina Listya Widyasari, Frans Sembiring. Koresponden Daerah: Nursodik Gunarjo (Jawa Tengah). Desain/Ilustrasi: Farida Dewi Maharani, Danang Firmansyah, Andi Muslim. Sekretariat Keuangan: Mediari yulian P, Matroji. Alamat Redaksi: Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: komunika@bipnewsroom.info atau bip@depkominfo.go.id. Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi komunika dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.


Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

3

Utama

www.bipnewsroom.info

Tak Hanya Ulah

Sang Musim

Yuslizar berharap pemerintah harus mengambil langkah dan tindakan yang tegas terhadap mereka itu. “Jangan hanya memberantas tengkulak yang memainkan harga cabe saja, namun juga terhadap merekamereka yang memainkan harga bahan kebutuhan pokok (sembako),” tegasnya. Gejolak harga bahan pangan kali ini menurut Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan K e h u t a n a n , Te g a l J a w a Tengah, Toto Subandriyo, lebih kompleks bila dibandingkan dengan kejadian-kejadian sebelumnya. “Gejolak kali ini merupakan gabungan berbagai faktor. Anomali iklim yang belum sepenuhnya dapat diadaptasi petani, adanya ekspekstasi kenaikan harga dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, serta faktor rutinitas hari besar agama,” jelasnya. Menyiasati Iklim A n o m a l i i k l i m memang mengacaukan sistem budi daya tanaman, anomali iklim juga menyebabkan terjadinya eksplosi serangan hama dan penyakit tanaman. Kepala Bidang Analisa Perubahan Iklim BMKG Soetamto mengatakan, selama 10 tahun terakhir, iklim di Indonesia bervariasi. “Kalau dulu waktu tahun 60, 70, atau sampai 80-an perubahan iklim lebih mudah dibaca. Artinya Desember akan seperti apa, Juli akan apa. Tapi sekarang tidak mudah dibaca, sehingga ekstrim tinggi sama ekstrim rendah semakin sering. Dan itu susah diprediksi dengan model yang dibangun para pakar,” imbuh Tamto. Cuaca yang makin tak menentu membuat sebagian petani kelimpungan akibat p e r g e s e r a n m u si m t a n a m sehingga terjadi gagal panen. Tapi petani Indramayu, Jawa Barat, tidak terlalu pusing dengan perubahan iklim. “Ketimbang mengutuk alam, lebih baik bersahabat dengan iklim. Kita pertama itu melihat situasi dulu. Biasanya kita mempelajari begitu musim kemarau. Artinya kapan

Foto : Antara

Yuslizar, warga Johar Baru, Jakarta Pusat menilai kebaikan harga beberapa bahan pokok sangat tidak masuk akal. “Saya yakin lebih karena ulah para tengkulak dan spekulan. Jika tidak diambil tindakan, tengkulak dan spekulan akan makin berani memainkan harga kebutuhan yang lainnya,” cetusnya.

persiapan untuk garap. Lalu mempelajari iklim kita supaya jangan sampai kerugian, tepat pengelolaan tanah. Kalau awal hujan di daerah kami bulan 10, pengelolaan dipercepat, supaya di musim kemarau bisa dua kali,” kata Waryono Ketua Sekolah Lapang Ikllim di Desa Karang Mulya, Indramayu. Perbaikan Infrastruktur Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang Ahmad Erani Yustika mengingatkan, program perbaikan sektor pertanian harus segera diimplementasikan seluruhnya pada semester pertama tahun ini. “Perbaikan infrastruktur pertanian, mulai dari saluran irigasi, bendungan, pemberian pupuk dan benih varietas unggul, hingga perbaikan akses jalan ke sentra produksi harus diselesaikan agar mampu memacu semangat petani untuk meningkatkan produksi lebih maksimal,” jelas Erani. Toto Subandriyo menilai, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah adalah pembangunan dan perbaikan berbagai sarana infrastruktur transportasi agar proses distribusi bahan pangan berjalan lancar. “Kemacetan lalu lintas di jalur pantai utara Jawa akibat rusaknya infrastruktur jalan akan berdampak kepada meningkatnya biaya transportasi. Belum lagi gelombang tinggi yang membuat kapal sulit berlayar. Ujung-ujungnya akan meningkatkan harga komoditas pangan,” cetusnya. Tak Perlu Panik Menteri Pertanian Suswono menilai kenaikan harga beberapa bahan pangan juga terjadi karena

ulah tengkulak, “Masyarakat juga panik sehingga membeli terlalu banyak,” ujarnya. Kepanikan terjadi lantaran berembus isu kalau cabai susah didapat di pasar. Tengkulak memainkan isu jika pasokan cabai dari petani tersendat atau berkurang drastis karena cuaca buruk dan faktor-faktor perubahan iklim. ‘’Padahal sesungguhnya itu tidak betul,’’ katanya. Suswono menunjukkan bahwa saat kenaikan harga cabai terjadi, ketersediaan dan permintaan pasar tidak menunjukkan kenaikan yang luar biasa. “Pasokan cabai ke pasar-pasar tradisional lebih dari cukup. Begitupun permintaan konsumen juga biasa-biasa saja. Jadi kesimpulannya ini hanya ulah para tengkulak saja yang memanfaatkan situasi, tutur Suswono. Demikian juga dengan kenaikan harga produk pertanian di pasaran akhirakhir ini tidak banyak dinikmati petani. Keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang. “Penyebabnya, petani tidak mendapat informasi harga terkini sehingga harga ditentukan sepenuhnya oleh tengkulak,” kata Menteri Suswono. Atasi Tengkulak dan Spekulan Jika iklim bisa disiasati tentu dugaan Yusrizal sangat beralasan. Tak berlebihan jika pemerintah secara resmi, pemerintah mengimbau para spekulan agar dapat bekerja sama dalam mengurangi praktik mencari keuntungan individu dari permintaan kebutuhan pokok masyarakat. “Kita meminta tengkulak tidak mencari keuntungan berlebihan dalam

keadaan masyarakat yang sulit dan terbebani kenaikan harga cabai.

Tolonglah, grosir, pedagang besar, membantu masyarakat,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, Rabu (5/1). Menteri Hatta Rajasa mengaku sedang menyiapkan kebijakan untuk meminimalisasi kenaikan harga pangan. “Memang, imbuhnya, petani menikmati keuntungan dari kenaikan harga cabai, tetapi penikmat terbesar justru para tengkulak. Tapi kita tidak bisa melakukan intervensi pasar cabai seperti beras melalui OP. Intinya meningkatkan produksi. Dalam rapat koordinasi kita sudah meminta Menteri Pertanian untuk menyiapkan suatu pola yang walaupun terjadi perubahan cuaca ekstrem, petani tetap bisa meningkatkan produksi. Itu intinya,” ungkapnya. Untuk melindungi petani dalam jangka pendek, Menteri Pertanian Suswono menyatakan akan merevitalisasi kelembagaan petani sehingga posisi tawarnya lebih kuat. ”Informasi harga harus diketahui petani,” kata Suswono.(hbs)

Cabai Masih Terbeli Ina (45) tak terlalu heran dengan harga bahan pokok yang berubah-ubah. Pedagang bumbu dapur dan sayuran di Pasar Mojoagung, Jombang, Jawa Timur itu mengaku hampir setiap hari harga bisa berubah. “Tapi tak pernah turun,” selorohnya. Meski demikian, Ina bisa menjual habis barang kulakannya setiap hari. “Ya namanya kebutuhan dapur untuk masak, seberapa mahal pun pasti dibeli. Jika harganya mahal pasti orang tidak beli terlalu banyak,” jelasnya seolah menggambarkan bagaimana “orang kecil” bisa menyiasati kebutuhan. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi juga mengaku terjadinya penurunan produksi cabai sekitar 20-30 persen akibat gagal panen cabai di beberapa daerah seperti Banyuwangi, Kediri, Sragen, Brebes, dan Ciamis.

“Penyebab penurunan produksi karena serangan hama patek (busuk buah) dan hujan memicu bunga cabai rusak. Itu memicu penurunan produksi, dan kita juga sinyalir ada dampak dari letusan Bromo dan Merapi,” paparnya. Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu mengakui, harga beberapa komoditas yang menjadi pangan pokok masyarakat, seperti beras, tepung terigu, daging, kedelai, serta minyak goreng, memang sedang naik.Menyikapi gejolak harga komoditas pangan tersebut, Menteri Perdagangan menyarankan masyarakat mulai beralih konsumsi. “Di lonjakan harga cabai yang tak terkendali saat ini, perlu disikapi dengan penyesuaian dari segi konsumsi. Misalnya menggunakan cabai kemasan,” katanya. Kembali Normal Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pengestu memperkirakan harga cabe pada dua hingga tiga bulan ke depan bakal normal kembali. “Harga beberapa jenis cabe sudah ada penurunan. Hanya ca­be rawit merah yang belum. Me­nurut pedagang, ini karena hujan dan debu Merapi yang mempe­ngaruhi produksi daerah peng­hasil cabe di sekitarnya,” kata Mari saat mengunjungi Pasar Klender dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, belum lama ini. Menurut Mari, pedagang dan konsumen berusaha melakukan penyesuaian terhadap kenaikan harga cabe dan bawang merah dengan caranya sendiri. “Kekurangan pasokan bawang merah sebagian ditutup dengan impor. Beberapa pedagang di Pa­sar Induk Kramat Jati menjual bawang merah impor dari Thai­land dengan harga sedikit murah dari bawang merah lokal,” jelasnya. Pembeli pun, menurut Mari, menyesuaikan diri dengan ke­naikan harga. Caranya, dengan membeli jenis cabe yang har­ga­nya lebih murah.“Jadi untuk me­ngurangi harga yang mahal, dia beli cabe kering. Kalau mau ca­be segar dia beli cabe yang har­ganya lebih mu­rah,” ucap Mari. (tbs)


4

www.bipnewsroom.info

Utama

Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

Sekretaris Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Sekretaris Utama Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Foto : Istimewa

Syahrial Loetan

Antisipasi Gejolak Harga Pangan

Pemerintah dihadapkan pada tantangan besar untuk menyikapi hal tersebut. Tantangan yang dimaksud berupa upaya menjaga,mempertahankan, sekaligus meningkatkan produksi pangan dalam negeri untuk kebutuhan masyarakat. Bagaimana sebenarnya situasi yang dihadapi? Kalau dibilang ancaman, bisa seperti itu. Sebab, ancaman atau tantangan dari gejolak ekonomi dunia akan selalu ada. Pemerintah menganggap gejolak harga pangan dunia yang tidak menentu menjadi pekerjaan rumah yang harus diantisipasi sejak awal. Selama ini harga pangan domestik selalu mendorong laju inflasi. Bila ditambah kenaikan harga pangan dunia, laju inflasi

bisa tidak terkendali. Meskipun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tapi bila inflasinya juga tidak, pertumbuhan itu akan sia-sia. Apa saja upaya antisipasi yang dilakukan pemerintah? Pemerintah sudah mengalokasikan anggaran Rp 2 triliun untuk gejolak pangan dunia, tahun lalu ada alokasi anggaran Rp 1 triliun. Selain itu juga menyediakan dana Rp 706,7 miliar untuk perluasan lahan pertanian. Dana ini dialokasikan di Kementerian Pertanian untuk meningkatkan luas lahan hingga 519,57 ribu hektar untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan kawasan peternakan.

Mengenai beras? Harga pangan pokok kalau didetailkan seperti harga beras dan ini cukup rawan. Saya menilai kebijakan impor beras juga menjadi strategi yang pas untuk memenuhi cadangan beras nasional. Sebab, kebijakan itu untuk memenuhi cadangan beras nasional. Jangan sampai, pada harga pangan terus naik, cadangan beras juga menipis. Namun, keran impor sevaiknya tidak akan dibuka selebar-lebarnya. Sebab, bila terlalu banyak juga akan merugikan pedagang beras dan petani lokal. Bulog dan Kementerian Perdagangan pasti ada hitungan berapa toleransi untuk impor beras. Ada yang mengaitkan gejolak ini dengan

Pemerintah terus melakukan upaya antisipasi untuk menghadapi ancaman krisis harga pangan di tahun 2011. “Gejolak harga pangan muncul lantaran kondisi iklim yang tidak menentu belakangan ini. Hal ini bakal menjadi pekerjaan rumah yang harus diantisipasi sejak awal,” terang Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Syahrial Loetan.

pertumbuhan penduduk? Laju harga pangan memang d i p e ngar uhi per tum buhan penduduk. Peningkatan penduduk akan menggerus lahan pertanian. Khusus untuk di Indonesia,ancaman tidak hanya berasal dari iklim yang tidak menentu. Tambahan jumlah penduduk menyebabkan banyak sawah berubah bentuk menjadi jalan raya, perumahan, dan lainlain. Akibatnya, produksi pangan dalam negeri juga terancam. Ini juga jadi ancaman serius. Apa solusinya? Perluasan lahan tidak produktif juga menjadi perhatian pemerintah. Dalam postur APBN 2011, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 539,4 miliar untuk perluasan lahan tidak produktif yang dipergunakan

untuk pembentukan Merauke Integrated Food and Energy Estates (MIFEE), misalnya. Hingga 2014 nanti, berjanji memperluas sampai 2 juta hektare. Jumlah ini jauh lebih besar dari periode 2006-2009 yang hanya sekitar 100 ribu hektare. Selain inflasi, gejolak pangan juga akan meningkatkan angka kemiskinan? Saya yakin pemerintah bisa mengendalikan angka kemiskinan meski terjadi gejolak kenaikan harga kebutuhan pokok. Apabila konsekuen melaksanakan program KUR, PNPM maupun bantuan langsung tunai, niscaya target APBN terkait penurunan kemiskinan akan tercapai. (m/ bs)

Ketahanan Pangan Prioritas Pemerintah di Tahun 2012 Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana mengungkapkan bahwa ketahanan pangan masih tetap menjadi prioritas pemerintah dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012.“RKP 2012 memang sedang dalam pembahasan, tapi kami sudah sepakat persoalan pangan dimasukkan dalam RKP 2012 bersama prioritas lain, seperti ketahanan energy,” kata Armida di Jakarta, Minggu (23/1). Menurut Armida, masuknya program ketahanan pangan di dalam RKP 2012 adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mengantisipasi gejolak harga pangan dunia. Salah satu langkah kongkret yang akan direalisasikan pemerintah dalam hal ketahanan pangan adalah pengembangan kawasan Merauke sebagai basis ketahanan pangan. Dipilihnya kawasan Indonesia bagian timur lantaran wilayah di Pulau Jawa semakin sempit dan tidak menyisakan lahan bagi pengembangan sektor pertanian. “Sehingga

perlu bagi pemerintah untuk mengembangkan kawasan baru,” ujarnya. Armida menjelaskan, dalam sidang kabinet bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Gubernur Papua, Papua Barat dan Sulawesi Tenggara, disepakati pengembangan tiga kawasan tersebut sebagai bagian dari master plan pengembangan ekonomi Indonesia hingga 2014. Hal ini dikarenakan banyaknya potensi dan keunggulan yang dimiliki tiga daerah tersebut, khususnya dibidang pangan dan energi.“Kita menetapkan pengembangan 500 ribu hektare di kawasan Merauke sebagai basis pengembangan untuk ketahanan pangan. Disana sumbernya banyak dan harus dikembangkan. Pemerintah pusat dan daerah memfasilitasi, dibantu dengan investor,” katanya. Menurutnya, untuk pendanaan ketiga kawasan tersebut, pemerintah menjanjikan pendanaan dari anggaran negara baik berupa transfer daerah, dana otonomi

khusus, hingga dana alokasi khusus untuk infrastruktur di Papua. Ditambahkannya, komoditas yang bisa dikembangkan dikawasan Papua dan Papua Barat antara lain kedelai, tebu, gula, dan padi. Selain pertanian dan perkebunan, pemerintah juga berencana mengembangkan peternakan khususnya ternak sapi. “Seluruhnya akan dimasukkan dalam

master plan pengembangan dan pembangunan ekonomi Indonesia yang ditargetkan selesai dalam 100 hari atau sekitar April-Mei 2011 dan akan di-launching sendiri oleh bapak Presiden,” jelasnya. Sementara itu, Staf khusus Menteri PPN Dedi Masykur Riyadi mengatakan penting bagi pemerintah untuk menjadikan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas kerja pemerintah. Menurut Dedi, dalam merespon

persoalan harga pangan dunia yang bergejolak adalah dengan meningkatkan sisi produksi. Sebab, kantong-kantong beras yang selama ini menjadi lumbung nasional, terancam akibat anomali musim yang tidak menentu. “Kawasan di luar pulau Jawa bisa dijadikan kawasan strategis sebagai basis produksi pangan nasional, karenanya pmerintah mengmbangkan ketiga kawasan tadi,” kata Dedi. (ismadi amrin)


7

Tabloid Tempel

Edisi 01 Tahun I Januari 2011

Diterbitkan oleh :

DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK

Cuaca Ekstrem, Siapa Takut? Hujan berkepanjangan memang berpotensi menimbulkan musibah di beberapa daerah. Namun bagi petani di Kebumen, Jateng, kemarau yang basah justru membuat pendapatan mereka meningkat. Mereka bisa menanam aneka komoditas pertanian sepanjang tahun karena air terus berlimpah.

6

Jangan mengeluh terhadap cuaca, namun hadapilah dengan strategi yang tepat. Kalimat petuah orangtua itu dipegang teguh oleh Suwito, petani di Desa Seliling, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Ia tidak ambil pusing, bahkan bersyukur karena tingginya curah hujan membuat lahan pertaniannya menjadi basah sepanjang tahun. “Biasanya setiap bulan Agustus saya sudah harus menyirami ladang dengan air sungai. Tapi Agustus tahun lalu tugas itu telah diambil alih oleh Yang Maha Kuasa (tersirami hujan—red), sehingga saya bisa mengerjakan pekerjaan lain,” ujar bapak tiga anak ini. Sesuai petuah sang bapak pula, di bulan Januari ini ia sengaja tidak menanam tanaman peka hujan seperti cabai dan padi, karena dipastikan akan gagal total. “Bunga cabai akan rontok kalau kebanyakan hujan. Sementara padi cenderung gabug (hampa—red) kalau kena hujan terus-terusan. Maka saya sengaja tidak menanam dua jenis tanaman itu meskipun harga cabai dan beras di pasaran sedang baik,” ujarnya. Sebagai gantinya, ia menanam jagung, kacang panjang dan kedelai secara tumpangsari. Tiga jenis tanaman itu termasuk tahan cuaca ekstrem yang cenderung basah. Hebatnya, ketiganya bisa ditanam dalam satu lahan karena masa panennya berbeda. “Jagung sekitar tiga setengah bulan sudah panen. Batang jagung yang tertancap bisa untuk lanjaran (tempat merambat— Red) kacang panjang. Setelah kacang panjang panen, kedelai akan berbuah dan menyusul panen sebulan kemudian,” kata lelaki berambut putih ini. Ia berharap, pada masa berakhirnya cuaca ekstrem nanti,

semua tanamannya sudah panen. Pada bulan Juli atau Agustus, saat memasuki musim kemarau, ia berencana menanami lahannya dengan tanaman cabai yang tahan hawa panas. “Jadi bagi saya tidak ada istilah lahan menganggur. Saya terus menanam dan menanam, seperti apapun cuacanya,” kata Suwito. Berlangsung Hingga Maret Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sri Woro B Harjono menyatakan, cuaca ekstrem di Indonesia yang ditandai dengan “selang-seling”-

sebagai pihak yang berada di lini terdepan produksi pangan nasional, para petani seharusnya menerima informasi tentang cara membaca iklim secara jelas dan gamblang.

nya hujan deras dan panas terik diperkirakan akan terus terjadi hingga Maret 2011. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat mewaspadai tiga “tamu iklim” yang akan berkunjung. “Pertama, adalah fenomena iklim La Nina yang membawa hujan terus-menerus sampai Februari. Kedua, naiknya temperatur permukaan laut hingga Januari. Dan ketiga, aliran arus dari Afrika ke Indonesia hingga Maret. Semua akan berpengaruh terhadap cuaca harian maupun iklim Indonesia dalam jangka panjang,” kata Sri Woro belum lama ini. Terkait dengan hal tersebut,

Menko Kesra Agung Laksono mengatakan, cuaca ekstrem akan mengubah musim tanam bahan pokok terutama beras dan cara melaut para nelayan. Masalah kesehatan juga .akan muncul. “Jika tidak diantisipasi dapat menimbulkan kerawanan sosial,” ujarnya beberapa waktu lalu. Sementara Ketua Umum Kontak Tani dan Nelayan Andalan Indonesia (KTNA) Winarno Thohir mengatakan, anomali cuaca telah menurunkan produksi padi di lahan sawah teknis. Petani di sisi lain harus pula berjibaku melawan serangan hama wereng. Pemerintah menargetkan peningkatan produksi Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 66 juta ton atau 3,2 persen dibandingkan produksi tahun lalu, namun realisasinya kemungkinan hanyanaik 1,17 persen gara-gara cuaca ekstrem. Tak berlebihan jika pengamat pertanian Khudori meminta pemerintah mengajarkan petani cara membacaiklim yang tepat. Selama ini, informasi iklim dinilainya hanya sampai di Dinas Pertanian, namun tidak sampai ke tingkat petani. Padahal sebagai pihak yang berada di lini terdepan produksi pangan nasional, para petani seharusnya menerima informasi tentang cara membaca iklim secara jelas dan gamblang. Siapa Takut? Syukurlah, di bawah sana masih ada petani seperti Suwito yang memiliki kemampuan membaca iklim dengan tepat berdasarkan kearifan lokal yang dimilikinya. Ia bahkan telah mengajarkan cara bertani sesuai iklim itu kepada warga di desanya. Hasilnya, meski petani daerah lain kalang kabut dihantam musim yang tidak karuan, petani di Seliling tenang-tenang

saja. Bahkan di akhir tahun lalu beberapa tetangga Suwito hasil panennya justru meningkat berkat melimpahnya hujan. Suwito merasa aneh jika ada pihak yang terlalu khawatir bahwa cuaca ekstrim tahun ini akan menimbulkan kerawanan pangan. “Kalau ekstremnya banyak hujan kita malah senang, asal tidak sampai banjir lo ya. Lain kalau ekstremnya kemarau panjang, itu baru menyusahkan kita karena air sulit di mana-mana. Kalau ekstremnya seperti tahun ini sih, siapa takut?” imbuhnya meyakinkan. Oleh karena itu ia berharap petani-petani di daerah lain tidak berkecil hati menghadapi cuaca ekstrem yang terjadi pada tahun ini. “Semua ada caranya, ada strategi untuk menghadapinya. Kitajangan sampai menjadi korban cuaca ekstremlah. Kalau bisa, justru kita harus berusaha mengambil manfaat dari musim pancaroba ini,” pungkasnya. Di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, mulai Purworejo, Kebumen, Cilacap, hingga Tasikmalaya, kegiatan pertanian relatif tidak terimbas cuaca ekstrem. Di wilayah Jawa Tengah kebanyakan lahan sawah sedang memasuki masa tanam, sedangkan memasuki wilayah Jawa Barat bagian selatan, sebagian besar sedang panen. Sementara tanaman palawija tampak menghijau di kiri-kanan jalur kereta api. Melihat kondisi di lapangan, kita optimistis produksi pangan tahun 2011 akan aman-aman saja. Tentu saja asal kita semua waspada dan mampu menyiasati iklim secara tepat, seperti Suwito dan kawan-kawan. (gun)

Foto : Wahyu Putro A, Antara

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


8

Foto : Arief Priyono Antara

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

Membuat Petani

Makin Pintar Program sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) dinilai mampu mengangkat produksi pertanian di Kabupaten Bojonegoro menjadi rata-rata 8 ton per hektare dari sebelumnya 6,2 ton per hektare. Tak hanya itu, petani bisa mengembangkan cara tanam yang baik dan bisa memperoleh informasi terbaru.

Bagi Achmad Suryana, pangan adalah kebutuhan manusia dan pemenuhannya merupakan salah satu hak asasi, “Pangan juga komponen dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas,” jelasnya dalam rapat dengar pandapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin (17/1). Selama ini, menurut Achmad Suryana pertambahan penduduk menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan pangan di Indonesia, “Pertambahan penduduk selama 10 tahun terakhir ini masih 1,49 persen pertahun, dan merupakan suatu jumlah yang cukup besar apabila dikalikan dengan jumlah penduduk yang sekitar 230 atau 240 juta,” jelasnya. Selain itu, menurut Achmad Suryana, diversifikasi pangan masih belum berjalan secara optimal yang antara lain Kepala Badan Ketahanan Pangan ditandai oleh konsumsi pangan yang masih didonimasi oleh Kementerian Pertanian beras. Kemudian peningkatan kapasitas produksi pangan nasional terkendala oleh adanya kompetisi pemanfaatan lahan Prof. Dr. Achmad Suryana, M.S dan penurunan kapasitas dan kualitas sumber daya alam, baik air maupun lahan. “Dirasakan pada akhir-akhir ini juga ternyata perubahan iklim global sangat nyata dampaknya terhadap pola produksi pangan,” katanya. Manfaatkan Sumberdaya Lokal Untuk mengatasi hal itu dan mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, Badan Ketahanan Pangan akan melakukan percepatan penganekaragaman pangan. “Agar masyarakat bisa mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman, karena tanpa pangan yang berkualitas maka SDM kita juga tidak akan berkualitas,” katanya. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan berbasis sumber daya lokal. “Sehingga bisa melindungi kepentingan petani/produsen dan konsumen dalam negeri,” jelasnya. Badan Ketahanan Pangan juga tengah mempersiapkan draft RUU Perubahan UU No. 7/1996 tentang Pangan. “Ini dimaksdukan semua produk pangan menjadi pilar pembangunan nasional. Kita bisa lihat bagaimana, pangan berperan sangat nyata dalam hal stabilitas sosial, ekonomi dan juga politik,” tandasnya. (GS)

Foto : Istimewa

Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal

“Sangat membantu petani. Bukan hanya produksi padi, tapi palawija seperti kedelai juga meningkat,” kata Warno, Ketua Kelompok Tani Esti Murni, Desa Sendangrejo, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Menurut Warno, penerapan SLPTT mendorong petani juga dapat berdiskusi yang dilakukan seminggu sekali atau 12 kali pertemuan setiap satu musim. “Petani juga dapat belajar bagaimana merawat tanaman mulai tanam hingga pasca panen. Baik tentang penyediaan bibit unggul, mendeteksi hama, mengatasi, pemupukan, dan pemanenan,” jelasnya. Bahkan, dengan bantuan satu unit mesin coper (untuk membuat pupuk organik) yang diberikan Dinas Pertanian, banyak petani yang mulai tertarik untuk menggunakan pupuk organik dalam pemupukan. “Apalagi sesuai hasil uji lab yang dilakukan mahasiswa IPB (Intitut Pertanian Bogor), tanah di sini sangat membutuhkan pupuk organik,” ungkapnya. Lebih Modern Ti m M I T G - L a b ( G l o b a l Entrepeneurship Program) menyatakan ada lima faktor yang menyebabkan sulitnya mengangkat produktifitas pertanian Bojonegoro bersaing di pasar domestik. “Permasalahannya yaitu masih rendahnya pendidikan para petani, kurangnya penerapan teknologi pertanian, minimnya keterampilan, dan sulitnya aksesinformasi dan pembiayaan untuk wilayah pedesaan,” kata Manuela Correa, salah satu anggota Tim MIT G-Lab. Agar petani bisa mengubah praktek pertanian dan melaksanakan rekomendasi teknis secara maksimal Correa menyarankan agar pemerintah

memperat kepercayaan antara petani, “Pola pikir inilah yang harus diubah, agar dapat mengubah petani tradisional menjadi petani modern. Caranya membangun program pendidikan pertanian yang stabil dan berjangka panjang dan mensosialisasikannya secara luas,” katanya. Keterampilan petani juga dinilai masih rendah karena petani kecil tidak memiliki sumber pendapatan lain saat kegiatan pemeliharan berlangsung. “Mereka hanya mengandalkan hasil panen saat ini untuk membiayai operasional masa tanam berikutnya. Inilah yang menghambat diversifikasi e k o n o m i , ” t e g a s C o r r e a . Menurut Corre, akses informasi juga menjadi salah satu kendala utama. pasalnya, dengan minimnya akses informasi ini membuat petani hanya sekadar mengandalkan informasi pasar dari pembeli yang mengakibatkan ketimpangan informasi dan kesulitan bernegoisasi. Akibatnya banyak petani yang menjual hasil produksinya dengan sistim Ijon. Akses Pembiayaan Correa menyatakan hasil temuan penelitian di lapangan juga menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak mampu mendapatkan pinjaman yang mereka butuhkan untuk berinvestasi, sehingga mereka tidak dapat meningkatkan produktifitas melalui penggunaan sarana produksi (Saprodi) yang lebih baik. “Dari hasil temuan kita di lapangan sebagian besar petani belum mengetahui pinjaman mikro di BRI,” katanya. Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengakui hasil penelitian MIT G-Lab dapat menjadi solusi untuk pengembangan pertanian di Bojonegoro. “Kita akan meminta Pokjanis (kelompok kerja teknis) ekonomi untuk nindaklanjuti hasil penelitian ini. Dengan begini kita akan sama-sama belajar untuk mengoptimalkan potensi pertanian disini,” katanya. Warno sendiri juga sudah punya rencana untuk mengembangkan sektor pertanian di Desa Sendangharjo, khususnya Kelompok Tani Esti Murni. “Saya membangun koperasi. Dengan jumlah anggota kita sebanyak 952 orang tentunya menjadi modal tersendiri untuk mengembangkan koperasi,” katanya. Dengan hadirnya koperasi nantinya, Warno berharap dapat memenuhi kebutuhan anggota terutama permodalan setiap musim tanam. (Dwi-Kominfo Bojonegoro)

5


Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

9

Opini

www.bipnewsroom.info

Kebijakan Pangan yang Berimbang Oleh : Achmad Gunawan Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Graha Pamulang

Sejak tahun lalu, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/ FAO) mengingatkan bahaya kenaikan harga pangan global yang bisa menyeret harga pangan di berbagai negara. FAO bahkan merilis penyebab terdongkraknya harga pangan global di antaranya perubahan iklim yang sulit diprediksi. Tidak bisa dimungkiri, masalah pangan adalah masalah yang sangat sensitif. Pengaruh kerawanan pangan terhadap stabilitas sektor lain sangat besar. Kearifan Lokal Kini banyak fakta menunjukkan bahwa dampak pemanasan global kini menjadi momok bagi semua orang. Kacaunya iklim memengaruhi siklus pertanian dan cuaca ekstrem memengaruhi kehidupan para nelayan. Dulu musim kemarau dan musim hujan masing-masing

berlangsung enam bulan dalam setahun. Kini sudah berubah. Ada kalanya musim kemarau lebih panjang, jelas petanitidak bisa lagi memprediksi kapan waktu yang cocok untuk mulai menanam. Jika terpaksa menanam, risikonya adalah gagal panen. Sebenarnya petani di berbagai daerah telah memiliki kearifan lokal. Di sebagian Jawa misalnya ada sistem pranata mangsa yang sudah dianut nenek moyangsejak ratusan tahun lalu. Pranata mangsa digunakan untuk menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada musim tertentu, baik musim kemarau maupun hujan. Dengan menggunakan pranata mangsa, masyarakat Jawa mampu bercocok tanam dengan hasil memuaskan. Kembali ke Komoditas Lokal Di Madriz, Nikaragua bagian utara, tahun 2002, semakin banyak petani menanam sorghum. Petani juga mau berbicara tentang budi daya dan memakan sorghum. Padahal beberapa tahun sebelumnya, membicarakan sorghum sama dengan mengakui bahwa mereka sangat miskin. Sejak kekeringan panjang tahun 1972, terjadi banyak perubahan cuaca. Petani mengamati perubahan ini dan mengubah sistem cocok tanam mereka agar sesuai. Kini sebagian besar petani kini

menanam varietas sorghum biji putih umur pendek. Warga lokal menyebutnya “sorgo tortillero�. Varietas ini yang peka terhadap panjang hari juga ditanam pada lahan yang kurang subur. Butuh Berpihak ke Petani Penerapan kebijakan harga pangan di setiap negara selalu menghadapi pro dan kontra. Pengalaman negara berkembang yang mengurangi bantuan terhadap petani menyebabkan tingkat kemiskinan tidak terlalu membaik dan mengancam ketahanan pangan. Di sisi lain, negara-negara maju masih cukup besar memberi dukungan pada industri pertaniannya. Hasil penelitian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementeria Pertanian tahun 2006 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di tingkat nasional terbukti tidak menjamin akses pangan di tingkat rumah tangga. Kondisi ini jelas memberikan abukti bahwa kebijakan harga pangan perlu didukung oleh kebijakan lain, terutama kebijakan penyediaan infrastruktur, peningkatan pendapatan masyarakat, dan membenahi kebocorankebocoran dana yang berkaitan dengan program pangan. Kebijakan Berimbang Lantas apa yang bisa dilakukan untuk kebijakan pangan di Indonesia?

Kelangkaan sumberdaya pangan, menurunnya daya produksi, perubahan iklim, menyusutnya ketersediaan lahan, degradasi lahan akibat praktik usaha tani yang tidak berkelanjutan, dan perambahan hutan yang mengancam sumberdaya air, menjadi faktor penyebab terjadinya kerawanan pangan masa mendatang. Perubahan iklim sudah dirasakan sebagai ancaman serius terhadap keselamatan bersama, baik secara ekonomi, politik, maupun lingkungan. Upaya konkret yang seharusnya dilakukan pemerintah di tingkat masyarakat paling rentan. Di antara kebutuhan pokok, beras dan minyak goreng merupakan komoditas yang posisinya sangat strategis dan karena itu pemerintah selalu berusaha agar harga kedua komoditas tersebut relatif stabil. Pengertian “stabil� tidaklah bersifat statis, tetapi dinamis yakni suatu kondisi dimana variabilitas harga antar waktu berada pada kisaran yang masih memungkinkan bagi stakeholder (produsen dan konsumen) untuk melakukan penyesuaian dalam jangka pendek. Bagi konsumen, determinan dari kemampuan untuk melakukan penyesuaian adalah daya beli; sedangkan bagi produsen determinannya adalah tingkat penerimaan yang cukup untuk menutup semua biaya variabel produksi pertanian.*

Sinergi Karakter dan Teknologi

dalam Perlindungan Anak Oleh : Sri Wuryatmi Pemerhati Masalah Anak Arus globalisasi yang membawa konsekuensi pada persebaran teknologi tentu tidak bisa diabaikan pula dampaknya terhadap anak-anak. Bagaimanapun, globalisasi yang disebarluaskan lewat teknologi memiliki dampak positif dan negatif. Hasil survei Badan telekomunikasi PBB (ITU) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen anak-anak dan remaja berbicara di chatroom tiap harinya. Tiga dari empat anak yang online bersedia membagi informasi pribadi dan keluarganya dengan imbalan berupa barang atau layanan. Satu dari lima anak akan menjadi sasaran pemangsa atau paedophile tiap tahunnya. Anak-anak menjadi sumber daya dalam setiap pelayanan online seperti situs jaringan sosial dan telepon genggam. Belum lagi di televisi atau radio dimana anak juga masih menjadi komoditas. Sebenarnya perhatian terhadap perlindungan anak di Indonesia kian hari makin membaik. Hal itu tercermin dengan adanya berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan anak. Sebelum lahirnya Undang-Undang tentang Perlindungan Anak sudah ada UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Sosial bagi Anak yang Bermasalah. Bijak dengan Teknologi

Dalam perlindungan anak, hal yang tak kalah penting adalah kemauan, komitmen, dan kerja keras dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Sinergi kebijakan antar instansi dapat dikembangkan dengan pembentukan jejaring dan forum dialog atau forum rembug nasional untuk membahas permasalahan anak yang harus segera disikapi, ditindaklanjuti, dan ditangani secara terpadu, terintegrasi serta terkoordinasi antar beberapa sektor. Baik oleh pemerintah dan masyarakat di tingkat pusat maupun daerah. Program perlindungan anak di media juga harus menjadi agenda khusus, karena menurut Badan Telekomunikasi PBB (ITU), di negara-negara berkembang upaya perlindungan anak terhadap dampak negatif teknologi informasi dan komunikasi masih relatif sedikit dan tingkat koordinasinya rendah. Oleh karena itu, jaminan akan bahaya konten negatif media massa dan online bagi anak perlu dipromosikan dan diperkuat dengan berbagai cara, baik melalui pendidikan literasi media atau dukungan program Internet yang aman dan sehat. Ke depan KPAI bisa mengembangkan dan membentuk jejaring kerjasama untuk penguatan konten dan kampanye internet yang aman dan sehat. Modal Dasar Karakter Pembangunan karakter dan sikap merupakan modal dasar bagi pengembangan program dan kebijakan yang berkaitan dengan anak. Dengan adanya penguatan sikap, semangat kemandirian, aturan hidup bersama dan kedisiplinan, tentu anak akan bisa lebih berdaya dan berani untuk memutuskan hal-hal yang terbaik sejalan dengan hak-hak mereka yang diakui dunia

internasional. Dalam pelaksanaan kebijakan perlindungan anak tidak sepenuhnya menjadi mutlak kewenangan KPAI. Semua lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sipil dengan isu anak juga turut menjadi bagian dari upaya pewujudan kepentingan terbaik bagi anak. Masalah yang dihadapi anak bisa jadi merupakan bagian dari masalah masyarakat sebagai akibat melemahnya sistem kekerabatan, kepercayaan, dan pengawasan dalam masyarakat. Anak-anak adalah bagian dari masyarakat, oleh karena itu bisa diperankan dan diberikan penuh hak untuk berpartisipasi dalam mewujudkan perlindungan bagi mereka sendiri. Pelibatan dan pengembangan partisipasi anak adalah hal mendasar yang perlu dilakukan agar terjadi perubahan dalam implementasi kebijakan perlindungan anak. Akan tetapi, pelibatan anak harus dilakukan seusuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah mengembangkan pembangunan karakter positif pada anak. Dalam pembentukan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai pendukung yaitu ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan. Memang semua permasalahan anak memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat. Sebab pengabaiaan akan perlindungan anak akan mengganggu bahkan merusak tunas, potensi dan generasi muda kita sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa. *


10

www.bipnewsroom.info

Edisi 01

Daerah

Tahun VII Januari 2011

Jika anda melihat, mendengar dan memiliki kisah unik dari seluruh nusantara untuk dituliskan dan ingin berbagi dalam rubrik Kibar Daerah dan Lintas Daerah, silahkan kirimkan naskah kepada redaksi komunika melalui surat ke alamat redaksi atau melalui e-mail: komunika@bipnewsroom.info atau bip@depkominfo.go.id

Kibar Daerah

Atasi Hama dengan Regu

Pengendali

Kalimantan Barat Bengkulu

Jawa Tengah Jawa Timur

Pasca banjir, petani di kawasan Setapuk, Singkawang Utara, Kalimatan Barat mengeluhkan hama keong emas dan tikus. Diah (41), seorang petani, mengaku sangat kerepotan ketika sawahnya diserang hama keong emas. “Ada juga yang diambil keongnya, dan ada juga diberi semprotan obat, agar keong tidak hinggap. Tapi masih saja banyak. Hampir satu hektar padi saya dimakan keong,” katanya

Lurah Semelagi Kecil, Aini, mengatakan serangan hama tikus juga dirasakan mulai mengkhawatirkan. “Serangan hama tikus sudah menjadi rutinitas tiap musim tanam. Petani diminta langsung melakukan aksi pencegahan sebelum serangan hama tikus itu meluas karena tikus mudah berkembang biak,” katanya.

Kendalikan Kekhawatiran petani itu ternyata bisa diantisipasi. “Kita membentuk regu pengendali hama di kelompok petani, pembentukan kelompok ini cukup efektif saat hama menyerang,” ujarKepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Singkawang,

Hamka. Ia mengakui kawasan persawahan dekat pantai memang rawan terhadap hama keong emas dan tikus. Di Singkawang Utara ada 91,5 hektare sawah terkena hama keong emas, ‘Seluas 66,5 hektare masih dalam skala ringan, dan 25 hektare yang masuk kategori skala sedang. Kalau tidak dikendalikan atau dibiarkan, ini bisa mencapai skala berat dan akhirnya menyebabkan puso,” jelasnya. Hamka menuturkan, kalau dalam satu kelompok petani ada empat atau lima orang petani yang menjadi regu pengendali hama, maka penyebaran hama tidak akan terlalu cepat. Pengendalian hama yang dilakukan bisa secara fisika mekanik atau manual, dan juga pemberian pestisida. “Apabila cara fisika mekanik tidak bisa dilakukan, maka pestisida cara terakhir yang dilakukan. Kalau untuk pemberian pestisida dengan memberikan jenis moluskisida bagi hama k e o n g e m a s , ” k a t a n y a . “Gropyokan” Tikus Hamka mengingatkan hama tikus juga membahayakan lahan pertanian. Oleh karena

Banyak sumber daya bisa kita manfaatkan jika kita lebih peduli terhadap lingkungan sekitar kita

itu, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kelurahan S e m e l a g i K e c i l H i l i r, Singkawang Utara, Sabtu, melaksanakan kegiatan

membasmi hama tikus dan keong mas.”Perkembangbiakan tikus dan keong mas sangat cepat, kalau tidak melakukan secara serentak secara intensif maka serangan hama tersebut sulit dikendalikan,” jelas Camat Singkawang Utara, Momi. Camat berharap kepada petani agar pengendalian hama tikus (PHT) di Semelagi Kecil Hilir dilaksanakan sebelum musim tanam dan secara kontinyu. Di Singkawang PHT dikenal sebagai gropyokan. Menurut Camat Momi, gropyokan tikuscukup efektif dibanding memakai pestisida, karena bisa memutus mata rantai perkembangbiakan tikus. Petugas Penyuluh Lapangan Kelurahan Semelagi Kecil, Nurfitriani mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi serta mengendalikan populasi hama tikus dan keong mas yang menyerang sawah penduduk. “Gropyokan dilakukan secara manual,” katanya, “Caranya, petani membongkar lubang yang diduga didiami tikus, setelah tikus keluar, mereka membunuhnya. Untuk satu ekor tikus yang berhasil ditangkap dihargai seribu rupiah,” imbuh Nurfitriani. Menarik Manfaat Pihak Dinas Pertanian dan Kehutanan Singkawang sendiri mengaku terus melakukan monitoring dan pemantauan lahan pertanian, “Apabila petani menemukan hama, maka bisa memberitahukan penyuluh atau Dinas Pertanian,” jelas Hamka. Hamka menambahkan, keong emas banyak menyerang pada tanaman padi yang baru. Apabila keong emas memakan batang dan daunnya, maka akan menyebabkan padi tersebut mati. Hama keong emas sebenarnya bisa mendatangkan keuntungan. Keong emas bisa menjadi pakan ternak bagi para petani yang memelihara hewan seperti itik. Keong emas banyak gizinya bagi itik dan bisa menggemukkan. “Kalau di Pulau Jawa, keong emas menjadi sate. Jadi, ini bisa menjadi peluang bagi petani kalau dimanfaatkan,” katanya. (MC Singkawang/antara)

Lintas Daerah Bengkulu

Kembangkan Koperasi untuk Dukung OVOP Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan, Selasa (18/1), meresmikanProgram Nasional One Village One Produk (OVOP) di Kecamatan Nakau, Bengkulu.“Saya yakin, bila setiap daerah atau desa fokus mengembangkan produk yang benar-benar unggul, baik dari sisi kualitas maupun pemenuhan produksi, maka visi program OVOP untuk menciptakan produk lokal bereputasi global akan mudah dicapai,” kata Menteri. Menurut Menteri, setiap produk akan lebih menarik atau mempunyai nilai lebih jika kemasan dibuat sedemikian baik dan unik. “Tanpa kualitas dan tampilan yang menarik, meskipun akses pemasaran sudah dibuka lebar, belum tentu produk itu akan langsung laku dan diminati pasar,” jelasnya saat melihat kebun jeruk Kalamansi yang sudah berbuah dan diolah menjadi sirup. Syarifuddin Hasan menilai perkembangan koperasi di Bengkulu sangat bagus dan diharapkan terus berkembang. “Saat ini di setiap provinsi diharapkan memiliki 3 unit koperasi yang berskala nasional sehingga mampu menjadi basis ekonomi rakyat yang kuat, dan kedepannya diharapkan masuk ke pasar modal serta memiliki perusahaan berskala nasional,” jelasnya. (MC Kota Bengkulu/budi) Jawa Tengah

Pasar Klithikan Jadi Percontohan Kamboja dan Thailand Sekretaris Jenderal United Cities and Local Goverments (UCLG) Kawasan Asia Pasifik, Rudolf Hauter, menyatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang dipilih untuk pengkajian dan penilaian pengembangan ekonomi lokal berbasis kerakyatan. “Kota Solo terpilih menjadi proyek percontohan. Pasar Klithikan Notoharjo, Solo, akan dijadikan proyek percontohan dua negara, yaitu Kamboja dan Thailand,” katanya di Balaikota Surakarta menjelang pertemuan dengan Walikota Solo Joko Widodo, Jumat (21/1). Kesuksesan Kota Solo dalam mengelola kota dengan baik dan merelokasi PKL tanpa kekerasan menjadi daya tarik Tim UCLG. Studi banding itu, rencananya akan dilakukan pada bulan Mei hingga September. (Diskominfo Surakarta) Jawa Timur

Serahkan Pengelolaan Pasar Agrobis Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyerahkan pengelolaan dan pemanfaatan pasar agrobis kepada tiga kabupaten, yakni Kabupaten Magetan, Pasuruan, dan Jombang, Kamis (20/1). Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur RB. Fatah menjelaskan, pembangunan pasar agrobis di masing-masing kabupaten tersebut dibiayai dari dana APBD I Provinsi Jawa Timur dengan anggaran sebesar Rp800 juta. “Karena dana pembangunan pasar dari uang rakyat, kami mengharapkan agar pasar tersebut dirawat dengan baik termasuk kebersihan lingkungan, sehingga mampu bertahan lama kondisi bangunannya,” tutur Fatah. Sejak tahun 2009 Jawa Timur telah ditetapkan sebagai provinsi agrobis yang terkemuka karena potensinya yang besar dan mempunyai pertumbuhan ekonomi yang paling besar di Indonesia yang mencapai 6,8. “Angka pertumbuhan ekonomi itu sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya,” kata Fatah. (Humas Kab.Magetan/sgw)


Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

Badan Pusat Statistik Minta Dinas Pertanian Jujur Sampaikan Data Beras Badan Pusat Statistik (BPS) meminta Dinas Pertanian di daerah untuk jujur dalam menyampaikan data produksi panen beras. “Perhitungan angka ramalan (Aram) yang dikeluarkan BPS berdasarkan pada perhitungan luas panen yang diberikan oleh mantri tani. Oleh karena itu dinas pertanian daerah diminta jujur dalam penyampaian jumlah hasil panen tersebut,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Subagio Dwijosumono di sela Workshop Peningkatan Produksi Beras Nasional di Jakarta, Rabu (12/1). Menurutnya, BPS hanya melakukan 20% perhitungan dari jumlah keseluruhan. Sedangkan 80% perhitungan lainnya berdasarkan mantri tani yang dikelola dinas pertanian di daerah. Mantri tani bertugas menghitung luas panen dan BPS menghitung produktivitasnya. “Hasilnya dapat berapa kilogram per hektare. Data inilah yang kemudian dikelola untuk menghasilkan Aram tadi,” jelasnya. Selama ini, BPS diragukan dalam memperhitungkan berapa persen luas tanam yang mengalami gangguan akibat bencana alam seperti banjir dan hanya memperhitungkan penambahan luas areal panen dari tahun ke tahun sebagai basis perhitungan.”Mulai 2011, kami akan menambah besaran sampel lebih dari dua kali lipat,

11

Lintas Lembaga

tepatnya meningkat 126%,” kata Subagio. BPS akan perluas pengambilan survei lahan padi (sampel survei ubinan) hingga 126% pada 2011. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki skema perhitungan angka produksi beras. Total sampel lahan yang akan diambil ialah 137.243 sampel atau meningkat dari total sampel pada 2010 yang hanya 60.717. Dengan penambahan jumlah sampel ini, BPS akan memperdalam tingkat penyajian hingga kabupaten/kota setelah pada 2010 hanya sampai tingkat provinsi. “Hasilnya, data akan lebih akurat dengan catatan non sampling error-nya meningkat, makanya penambahan jumlah sampel ini juga harus dibarengi dengan penambahan tingkat pengawasan,” kata Subagio. (wd)

Kementerian Perdagangan Atasi Gejolak Harga Pangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan akan terus mengevaluasi kebijakan pembebasan bea masuk komoditas beberapa bahan pangan sebagaimana diatur Peraturan Menteri Keuangan yang diberlakukan sejak Juma t (2 1 /1 ).“ Kami akan melakukan evaluasi secara reguler ke lapangan, agar kebijakan ini memang benar-benar bisa menstabilkan harga di dalam negeri yang kini sedang bergejolak,” tutur Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu. Mari Elka mengakui bahwa harga

beberapa komoditas pangan pokok masyarakat Indonesia seperti beras, tepung terigu, daging dan kedelai serta minyak goreng mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu mengalami perubahan yang signifikan. “Dengan pembebasan bea masuk 59 pos tarif bahan pangan, pemerintah bisa menstabilkan harga-harga komoditas pangan di tanah air. Tapi ini sifatnya hanya sementara hanya untuk mengurangi gejolak harga pangan dunia di dalam negeri,” jelas Mendag. (Ve)

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tangani 60.339 Kasus TKI Bermasalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) telah menangani 60.339 tenaga kerja Indonesia (TKI) bermasalah sepanjang 2010. “Kita masih terus melakukan langkahlangkah penanganan TKI bermasalah lainnya.Mereka (para TKI)pada mumnya secara sadar melaporkan masalahnya setibanya di terminal kedatangan di masing-masing embarkasi,” kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar di Jakarta, Senin (24/1). Menurut data Kemnakertrans, masalah yang menimpa para TKI itu antara lain adalah PHK sepihak sebanyak 22.123 kasus, sakit akibat kerja sebanyak 12.772 kasus, gaji tidak dibayar 2.874 kasus, penganiayaan 4.336 kasus dan pelecehan seksual sebanyak 2.978

kasus. Selain itu kasus-kasus lainnya meliputi dokumen tidak lengkap sebanyak 1.894 kasus, sakit bawaan 1.773 kasus, majikan b e rm a s a l a h 4 . 3 5 8 k a s u s , pekerjaan tidak sesuai kontrak kerja 989 kasus, kecelakaan kerja 867 kasus, majikan meninggal 677 kasus, TKI hamil 471 kasus, komunikasi tidak lancar 534 kasus, tidak mampu bekerja 868 kasus, membawa anak-anak 161 kasus dan lainlain sebanyak 2.734 kasus. Ditegaskan Muhaimin, penanganan TKI bermasalah yang dilakukan sepanjang 2010 ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.“Saat ini BNP2TKI diberikan wewenang penuh untuk menangani penempatan dan perlindungan TKI,”ujarnya. Untuk itu, lanjutnya, tahun 2011 ini selain menargetkan penurunan kasus-kasus TKI bermasalah juga meningkatkan berbagai bentuk pelayanan TKI.“Kita mengupayakan pelayanan dengan satu atap di setiap bandara keberangkatan TKI dan MoU antara Indonesia dengan negara-negara penempatan,” katanya. (Az)

Kementeria Kelautan dan Perikanan Salurkan Beras Bagi Nelayan Pemerintah segera menyalurkan 13.271 ton beras kepada para nelayan di 20 provinsi yang saat ini tidak bisa melaut. Hal itu sebagai respon tanggap darurat akibat cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar

www.bipnewsroom.info

perairan di Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan pihaknya telah meminta agar anggaran tanggap darurat dari Kementerian Sosial untuk membantu nelayan yang sukar melaut. “Saya meminta kepada Menteri Sosial supaya anggaran itu tampak digunakan sebagai bentuk kepedulian pemerintah kepada nelayan yang tidak bisa melaut,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, usai memberikan secara simbolis bantuan 198 paket untuk nelayan Pelabuhan Ratu dan Sukabumi, di Jakarta, Kamis (20/1). Selain itu, lanjut Fadel, KKP juga telah menyampaikan surat kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk menginstruksikan kepada gubernur dan bupati/walikota dapat memanfaatkan cadangan beras pemerintah (CBP) sebagai langkah tanggap darurat. “Saya memohon kepada gubernur dan bupati/walikota agar dinas sosial yang terdapat di daerahnya masing-masing bisa mengatur agar bantuan tersebut mengatur secara langsung kepada para nelayan,” ujarnya. Bantuan yang dimaksud adalah bantuan pangan berupa beras sebanyak 13.271 ton beras dengan perhitungan 0,4 kilogram/jiwa/hari selama 14 hari beserta lima orang anggota keluarganya. KKP mencatat sebanyak 472.983 nelayan di 41 Kabupaten/Kota di 20 provinsi tidak dapat melaut. ”Dahulu terdapat alokasi dana tanggap darurat sekitar Rp400 miliar yang dulu dialokasikan kepada KKP tetapi sejak tahun anggaran 2007/2008 dipindahkan ke Kementerian Sosial,“ katanya. (Bhr)

Wajah Kita

Buruk “Jika hasil kerjaku baik, diamlah. Tapi jika hasil kerjaku buruk, bicaralah.” Permintaan nyeleneh namun masuk akal itu diucapkan oleh Rowan Atkitson, pengagas film konyol namun jenaka, Mr Bean. Ta k s e p e r t i t o k o h ciptaannya yang semau gue dan mau menang sendiri, Atkitson justru sangat terbuka terhadap kritik. Tak tanggungtanggung, ia menyuruh siapapun membantai habis hasil karyanya, jika memang terbukti tidak berkualitas. Sebaliknya, ia sangat alergi terhadap pujian. “Pujian seperti arak racun, memabukkan dan melambungkan pada menit pertama, dan mengantarkan anda ke liang kubur pada menit berikutnya,” katanya dalam sebuah wawancara di televisi, tanpa bermaksud melucu. Hasilnya sungguh hebat. Berkat kritik tajam, film pendek tentang orang setengah jenius

setengah tolol karya Atkitson meledak di seluruh dunia dan menjadi film komedi pendek terlaris sepanjang sejarah. Semua orang mengakui, dalam kadar masing-masing, bahwa film Mr Bean memang luar biasa. Toh sang kreator yang juga penulis lakon, pemain dan sutradara itu tidak jumawa. Ia tetap menyatakan hasil karyanya tidak sempurna. Secara rendah hati ia mengungkapkan, ia berhasil dan besar karena kritik. Tanpa kritik dari semua orang, ia dan hasil karyanya bukanlah apa-apa, bahkan mungkin akan menjadi sampah yang dicemoohkan banyak orang. Ia menyebut orang-orang yang mau bersusah payah bersuara minor untuknya sebagai pahlawan. “Tanpa diminta, mereka tunjukkan apa dan di mana kesalahan saya. Semua, hingga yang paling detil. Bayangkan kalau saya harus

menyewa advisor, berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membayarnya? Itupun belum tentu objektif karena saya yang membayar mereka,” imbuhnya. *** Dalam kehidupan seharihari, jarang sekali orang mau mengakui bahwa dirinya atau hasil karyanya buruk. Bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa yang buruk pun kadang dibela mati-matian, ditutuptutupi, dan dipoles sedemikian rupa sehingga tampak baik dan sempurna. Betapa banyak keburukan terjadi, namun dibiarkan terus terjadi, dengan melaporkan bahwa semua baik-baik saja. Keinginan agar dianggap berhasil mendorong orang memanipulasi data dan fakta, membelokkan grafik dan mengutak-atik statistik, agar semua tampak mengesankan saat ditampilkan di depan publik. Pujian dipastikan akan datang bertubi-tubi, disusul penghargaan dan bisa jadi kemudian promosi. Namun semua artifisial alias semu belaka. Suatu ketika, keburukan yang ditutup-tutupi itu akan menjadi malapetaka. Mengapa?

Karena kebohongan data akan memunculkan kesalahan analisis. Kesalahan analisis akan memunculkan kesalahan pengawasan. Kesalahan pengawasan akan memunculkan kesalahan penilaian. Kesalahan penilaian akan memunculkan kesalahan evaluasi. Dan kesalahan evaluasi akan memunculkan kesalahan perencanaan berikutnya. Suatu ketika, kebohongan akan menjadi bom waktu. Saat seluruh proses telah dipenuhi kebohongan, semua akan runtuh seperti tiang kayu keropos dimakan rayap. Pada tahap itulah kebenaran akan tersingkap, namun telah terlambat untuk disadari, apalagi diperbaiki. Kehancuran terjadi sudah. Maka jelas bahwa kehadiran para penyingkap keburukan (baca: para pengritik) sejak dini amatlah dibutuhkan. Biarkan komunitas penyuara sumbang bertumbuhan di organisasi, di instansi, di korporasi, di sumbusumbu kekuasaan, di unit-unit pelayanan, pendek kata di seluruh lini kehidupan. Biarkan mereka meneriakkan bahwa segala hal yang buruk adalah buruk. Seiring dengan kehadiran mereka, siapkan diri kita untuk

menerima kritik, sekeras apapun. Berikan waktu dan kesempatan sebesarbesarnya kepada para pengritik untuk menilai apapun yang telah kita lakukan, sehingga kita bisa mengetahui apakah semua telah benar dan sesuai standar yang ada. Biarkan mereka mengungkap cacat, keburukan, kekurangan, dan kelemahan kita. Dengan cara itulah kita bisa tahu mana yang harus diperbaiki dan disempurnakan di masa datang. Ta p i s e m u a m e m a n g tergantung kita. Kita bisa memilih siapa orangorang yang akan kita gandeng sebagai kawan, para pengkritik atau para pemuji? Kita bisa merangkul para pengritik, yang akan membuat kita babak-belur di awal namun membuat kita bangun dengan kepala tegak di akhir episode. Ataukah mendatangkan para pemuji, yang akan melambungkan angan-angan kita ke langit tujuh. Tapi jangan lupa, mereka pulalah yang akan membukakan tutup peti mati bagi nasib kita di kemudian hari! (gun)


12

Edisi 01

Tahun VII Januari 2011

www.bipnewsroom.info

Menjaga Keagungan

Para Raja

Puri Agung Karangasem atau dikenal sebagai Puri Kanginan sejak lama menjadi obyek wisata budaya. Banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi peninggalan para raja Karangasem itu. Tapi masih dibutuhkan pembenahan agar lebih menarik

Oleh: Komang Pasek Antara Penulis Pegawai Diskominfo Kab. Karangasem, Bali

Apa yang menarik Puri Agung Karangasem? Pertanyaan itu menggelayut di benak ketika menyusuri gerbang jaba pisan (halaman pertama, red.) Kori Agung Puri Agung Karangasem. Selintas suasana magis-religius terasa di sela tembok tebal dan tinggi yang masih tampak kokoh. Kesejukan dan nyaman juga ditebarkan dari puluhan tanaman serta pohon yang rindang, seperti pohon tua leci. Puri Agung Karangasem terdiri atas tiga bagian, yakni Bencingah, Jaba Tengah, dan Maskerdam. Bencingah terletak di bagian depan tempat kesenian tradisional sering dipentaskan. Jaba Tengah terdiri atas taman dan kolam dan bagian ketiga Maskerdam. Ada pula candi yang menjulang tinggi mencapai ketinggian 25 meter terbuat dari batu bata dan dihiasi cetakan motif wayang. Bangunan di kompleks Puri Agung Karangasem merupakan kombinasi arsitektur Bali dan Eropa. Nama Maskerdam dan Londen, keduanya merujuk ke nama Amsterdam dan London. Pemberian nama itu dilakukan Sesepuh Puri Agung, Anak Agung Ketut Karang sebagai penghargaan kepada Ratu Belanda Wilhelmina yang pernah berkunjung ke sana. Di bagian tengah ada Balai Kambang (Gili) yang terlekan

di tengah kolam. Jembatan menuju Gili itu dibuat gaya arsitektur Cina. Dulunya tempat itu berfungsi sebagai ruang rapat keluarga dan upacara adat. Di bagian timur terdapat Balai Ekalange, tempat tinggal penganten baru, dan masih banyak lagi bangunan lain tempat kegiatan para keluarga raja. Museum Hidup Puri Kanginan, nama lain dari bangunan di Jalan Sultan Agung Amlapura ini merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Karangasem sejak abad ke-19. Dari sini, raja pertama, Anak Agung Gede Jelantik memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Pulau Lombok. Tercatat raja terakhir pemegang tahta adalah Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Kini, oleh pewarisnya Puri Agung Karangasem dicanangkan sebagai museum hidup (life museum). Segala benda dan rekaman aktivitas kehidupan keluarga puri ditampilkan untuk menambah khasanah pengetahuan pengunjungnya. Salah satu hasil yang bisa dilihat adalah penataan Puri Maskerdam. Selain perbaikan taman, berbagai benda peninggalan raja dikumpulkan

dan ditata lagi. Ada tempat tidur, almari pakaian, satu set kursi tamu spon warna putih dengan meja beralaskan marmer pemberian Ratu Wilhelmina. Belum lagi, meja dan cermin hias, foto- keluarga raja puri, raja dari Jawa dan Belanda, dan beberapa lukisan. Sedikit banyak, catatan sejarah budaya Kerajaan Karangasem masih bisa dinikmati melalui suasana, bangunan, peralatan rumah tangga dan dokumen sejarah yang terdapat dalam museum itu. Berbagai koleksi tersebut diharapkan pengelolanya bisa mendorong generasi muda Karangasem tahu secara nyata perjalanan sejarah Karangasem. �Bukan melihat sejarah Karangasem dari luar, serta tidak lagi mendengar satwa atau ceritera dari orang tuanya saja mengingat rata-rata generasi muda Karangasem belum tahu banyak sejarah daerahnya,� kata Sesepuh Puri Agung Karangasem, seraya menambahkan bahwa pihaknya membuka diri selebar-lebarnya kepada masyarakat agar Puri Agung dipakai sebagai tempat aktivitas budaya. Ta k S e k a d a r P u s a t Budaya Di sekitar Puri Agung Karangasem, masih ada

satu puri yang terletak di sebelah barat. Namanya Puri Gede Karangasem. Selain menyimpan banda-benda budaya pusaka, Pengelingsir Puri Gede Karangasem Anak Agung Bagus Ngurah Agung menjadikan Puri Gede sebagai obyek wisata sekaligus wadah aktivitas budaya masyarakat. Di Puri Gede, masyarakat d a p a t m e n y a k s i k a n Yo g a Ananda Marga setiap Selasa, Kamis dan Minggu. Atau latihan dan pertunjukan tari, tabuh wanita, hingga fashion show dan olah suara. Bahkan ada beragam kegiatan insidentil antara lain ceramah agama, pameran keris dan permata, hingga pengobatan gratis. �Kita mencoba menjalankan fungsi sosial agar Puri Gede Karangasem menjadi bagian

dari warga. Ada pasraman yang membina 13 orang anak ramaja dari beberapa desa di Kabupaten Karangasem. Mereka sambil sekolah di SMA wajib belajar agama, spritual dan budaya yang dibimbing seorang pembimbing spritual, tutur Anak Agung Bagus Ngurah Agung. Museum akhirnya, bukan sekadar tempat pameran benda bergerak, namun bisa mencerdaskan kehidupan, membangun kepribadian dan bisa bernilai ekonnomis Sebagaimana pernah dicanangkan oleh Menteri Pariwisata Jero Wacik dalam Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) tahun lalu.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.