3.5. Ir. Sulistyo Atmadi, MSME (MS/PN69)
Gambar 3.4: Prof. Said saat wisuda dari MIT(1982).
Gambar 3.5: Prof. Said bersama Prof. Habibie.
TU Delft. Pendirian LIFT juga dibantu oleh dua asistennya, yaitu Dr. Hari Muhammad (asisten dosen, ITB) dan Ir. Bagus Eko (Flight Test Engineer, IPTN). LIFT melakukan uji terbang pertama pada pertengahan 1987 menggunakan pesawat Nurtanio-Wilga 2 Gelatik yang dimiliki ITB dan diurus oleh organisasi mahasiswa Aerokreasi ITB. Pesawat ini dioperasikan oleh Dipl.-Ing Erwin Danuwinata (Flight Test Pilot, IPTN), Ir. Bagus Eko dan Ir. Djatmiko (Flight Test Instrumentation Engineer, IPTN). Pada 18 Oktober 1988, latihan terbang pertama dilakukan dengan membawa dua orang mahasiswa. KBK Mekanika Terbang juga melayani kuliah Mekanika Terbang Roket dan Astrodinamika (Mekanika Orbital) agar mahasiswa memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar teknologi antariksa. Ketika itu, dua kuliah tersebut wajib diambil oleh insinyur yang akan bekerja di LAPAN atau Divisi Pertahanan IPTN. Di IPTN, Prof. Said menjadi Kepala Pengembangan Uji Terbang dan Sertifikasi untuk Program CN235. Pada 1995, Prof. Said ditunjuk sebagai Kepala Pusat Uji Terbang untuk Program N-250. Karena program sertifikasi N-250 berhenti pada 1997, Prof. Said kembali ke ITB dan mendirikan jurusan Teknik Penerbangan ITB, lepas dari jurusan teknik mesin. Prof. Said menjadi ketua jurusan yang pertama. Pada 1998, Prof. Said ditunjuk sebagai Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa. Prof. Said diangkat sebagai guru besar Teknik Penerbangan ITB pada 2000. Prof. Said menjadi kepala BPPT pada 2006 sampai 2008. Selain itu, Prof. Said juga anggota Dewan Komisaris PT Dirgantara Indonesia (2002-2008). Pada 1994, Prof. Said meraih ASEAN Engineering Awards. Pada 2007, Prof. Said memperoleh anugerah Bintang Jasa Utama dari Presiden RI. Prof. Said memiliki saudara kembar bernama Prof. Umar Anggara Jenie, yang kini menjabat Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak tahun 2002.
3.5
Ir. Sulistyo Atmadi, MSME (MS/PN69)
Mas Sulis, demikian panggilan akrabnya di kampus, lahir di Solo. Kuliah di jurusan Mesin ITB, angkatan 69, seangkatan dengan almarhum Prof. Said D. Jenie. Menikah dengan seorang apoteker lulusan Farmasi ITB angkatan 71 kelahiran Solo, namun besar di Bandung, mungkin nyari istri dari Mesin susah ya Pak Sulis. Mempunyai tiga putra, dua laki laki satu perempuan dan mempunyai dua cucu menjelang tiga. Nama dua putranya berhubungan dengan dunia kedirgantaraan. Anak pertamanya bernama Awang Rahmadi Nuranto, di mana Awang berarti juga dirgantara. Sekarang mengikuti jejak ayahnya bekerja di Lapan. Anak kedua bernama Avianti Karmani Nurini, di mana Avian berarti Aviantara atau kedirgantaraan, sedangkan Karmani dari Von Karmann yang merupakan Bapak Aerodinamika. Avianti sekarang 51