1 minute read

Latar Belakang

Next Article
Overview KKL

Overview KKL

Pendahuluan Latar Belakang: Sustainable Cities and Region

Amsterdam Sustainable City Photo by : Jade Braham’s Odyssey, 2020

Advertisement

F

enomena pertumbuhan populasi penduduk adalah permasalahan paling nyata yang dialami oleh berbagai kota dan wilayah di seluruh dunia (Banerjee & Parrey, 2017). Diperkirakan tahun 2050, 2.5 miliar populasi manusia menjadi penghuni perkotaan (Ramaswami et al., 2016). Akhirnya, pembangunan kota akan selalu berpusat pada sumber daya manusianya (Joga et al., 2017). Hal tersebut didorong oleh tuntutan kebutuhan infrastruktur dasar untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sanitasi, energi, transportasi, komunikasi, makanan, dan pengelolaan limbah oleh manusia yang menjadi penghuni perkotaan. Sedangkan di sisi lain, infrastruktur dari waktu ke waktu mengalami penurunan kapasitas dan kualitas pelayanan, sehingga memerlukan rutin memerlukan pembaharuan. Yang menjadi masalah, infrastruktur secara masif adalah penyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 70%-nya sehingga berdampak negatif bagi lingkungan (Ramaswami et al., 2016). Selain itu, emisi gas adalah salah satu penyebab peristiwa perubahan iklim yang lebih mengkhawatirkan (Cicea et al., 2019). Permasalahan kota dan wilayah pada akhirnya bermuara pada isu pembangunan berkelanjutan. Hadir gagasan “Pembangunan Berkelanjutan” yang berprinsip bahwa pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tidak mengorbankan generasi masa depan. Pembangunan Berkelanjutan disepakati oleh 194 negara sejak 2015, dikenal sebagai Sustainable Development Goals (SDG’s) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Terdapat 17 tujuan dan 169 target untuk mewujudkan keberlanjutan di seluruh dunia, dimana isu keberlanjutan secara jelas tercantum pada butir kesebelas yaitu “Komunitas dan Kota

Berkelanjutan”.

Kota dituntut lebih inovatif supaya permasalahan kemacetan, polusi udara, kebisingan, masalah kesehatan, banjir, krisis air bersih, penurunan muka tanah, dan permasalahan sosial seperti kriminalitas, kemiskinan, kesenjangan, pengangguran, dapat diselesaikan. Konsep yang dibahas adalah kota cerdas atau “Sustainable Smart City and Society” berbasis teknologi untuk memajukan kesejahteraan dan keberlanjutan di perkotaan (Joga et al., 2017).

This article is from: