Didadaku Ada Mesin! oleh : Ir. Ananda Soejoso
M-1 adalah gelar yang disandang oleh Ir. Ananda Soejoso saat menempuh kuliah di Teknik Mesin. Sebagai angkatan pertama, beliau tentu mempunyai pengalaman kuliah yang menarik dan berbeda dengan yang kita alami saat ini. Kampus yang masih tersebar di beberapa tempat, dosen yang juga merupakan para pelaku industri, serta minimnya laboratorium adalah sedikit gambaran kondisi jurusan pada masa itu. Berikut penuturannya yang akan membuka mata kita tentang kondisi perkuliahan di Teknik Mesin pada tahun 1957 : M1, Lalu Siapa Seniornya? Saat itu Teknik Mesin bukan pilihan pertama saya, hal yang masuk akal karena sebagai lulusan SMA tentu saya tidak memilih jurusan yang baru didirikan. Saya hampir mendaftar ke UGM namun karena pertimbangan jarak yang jauh akhirnya saya mendaftar di Teknik Mesin. Mungkin karena baru didirikan maka seleksinya pun tak begitu ketat, dan saya diterima menjadi mahasiswa Teknik Mesin. Mahasiswa yang diterima dan menjadi angkatan M-1 sejumlah 30 orang. Hal yang menarik saat itu adalah tetap diadakannya Ospek sebagai gerbang awal bagi mahasiswa baru agar bisa diterima oleh seniornya. Agak aneh memang, angkatan pertama dari sebuah jurusan yang baru didirikan, siapa yang menjadi seniornya? Begini ceritanya, saat penerimaan mahasiswa baru ada beberapa mahasiswa UGM yang juga mendaftar di Jurusan Teknik Mesin dan Teknik Sipil, walhasil mereka yang pernah mengalami Ospek akhirnya menjadi senior kami dan diadakanlah Ospek gabungan Teknik Mesin dan Teknik Sipil. Walaupun kami angkatan pertama bukan berarti Ospek yang kami alami mudah untuk dilalui. Namun Ospek inilah yang menjadi dasar bagi Ospek di tahun- tahun setelah kami. Dan berkat Ospek ini pula kami merasakan kesolidan angkatan, bahkan dengan senior pun telah terjalin keakraban. Menyenangkan.
Cari Dana Lewat Wayang Senat Mahasiswa telah terbentuk berkat adanya beberapa mahasiswa UGM. Senat ini, seperti halnya Ospek, juga gabungan Teknik Mesin dan Teknik Sipil. Untuk menjalankan organisasi dan menjaganya untuk tetap eksis memerlukan perjuangan yang cukup keras. Karena pada masa itu ITS masih berupa perguruan tinggi swasta maka dana untuk hal- hal di luar kegiatan akademis sangatlah sulit didapat.
Penyerahan ijasah sarjana pada Wisuda sarjana Teknik Mesin ke-1, jurusan Teknik Pendingin. Yang diadakan di Jl. Ketabang Kali. Tampak pada foto, Ir Ananda Soejoso (3), Djajadi Rachmat (4), Harsono Koesoemo (5) dan Soepeno Hoetomo (6) akam menerima Ijasah dari Dekan Ir. R. Achmad Mochamad Hoesni (2) dan diawasi oleh rektor ITS Ir. Marseno. Bahkan saat senat mendapat undangan untuk mengikuti Pekan Olahraga di Medan, kami mencari dana dengan cara mengadakan Pagelaran Wayang Orang di THR. Selain itu, kami juga selalu diundang saat Dies Natalis Univ. Airlangga untuk ikut serta dalam pertandingan olah raga. Lawan berat kami saat itu bukan lagi tim dari perguruan tinggi lain, namun tim judo dan voli kami selalu melawan tim Angkatan Laut. Jadi memang Teknik Mesin yang ‘gagah dan sangar’ sudah terbentuk sejak dahulu. Insinyur dan Dokter Pada awal pendiriannya ITS sempat akan bergabung dengan Univ. Airlangga. Namun hal ini mendapat tentangan dari Bp. Pringgodigdo (Unair) menurut beliau jika ITS bergabung dengan Unair maka keteknikannya akan pudar dan ciri khasnya akan menghilang. Padahal saat itu Indonesia sangat
PROFIL 50 TAHUN JURUSAN TEKNIK MESIN ITS
