Flipbook Daur Hidup Ikan Betok_Kelompok4_4B_Biologi Perikanan

Page 1

Biologi Perikanan

Daur Hidup

Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


Flipbook ini disusun oleh Kelompok 4 kelas 4b ilmu perikanan

yang beranggotakan : Khairul Yaman Firdania Afiffah Kosasih M Iqbal Habibi Rahmat Muhammad Rofiqul Aziz Najla Az Zahra Pidhdhoh Salsabiil Bepal Putri Nadia Rena Puji Rahayu

Biologi Perikanan

4443200085 4443200053 4443200066 4443200044 4443200045 4443200090 4443200059 4443200129

Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


DAFTAR ISI 1 DAUR HIDUP IKAN BETOK Hal 1-3

2 UMUR HIDUP IKAN BETOK Hal 4-7

3 PERTUMBUHAN HIDUP IKAN BETOK Hal 8-10

4 HUBUNGAN PANJANG & BOBOT IKAN BETOK Hal 8-10

5 SEKSUALITAS IKAN BETOK Hal 16-18

6 TKG IKAN BETOK Hal 19-20

7 FEKUNDITAS IKAN BETOK Hal 21-22

8 DAFTAR PUSTAKA SUMBER GAMBAR Hal 23-24 KELOMPOK 4 Biologi Perikanan


Biologi Perikanan

1 Daur Hidup Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


Awal Awal Daur Daur Hidup Hidup Ikan Ikan Betok Betok (Anabas (Anabas testudineus) testudineus)

(Sumber: perikanan38.blogspot)

Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) bersifat ovipar, memijah sepanjang tahun dengan puncak pemijahannya pada musim penghujan (musim banjir) di tepi tumbuhan air. Puncak pemijahan terjadi pada bulan Oktober - Desember, dengan telur telur mengapung bebas (egg layer). Pada musim kemarau, ikan ini membenamkan diri ke dalam lumpur dan muncul kembali saat musim penghujan (Fitrani et al, 2011).

1


Perkembangan embrio merupakan bagian awal siklus hidup yang berhubungan dengan aspek-aspek evolusi, hereditas, mekanisme perkembangan dan pengaruh lingkungan terhadap bentuk dan struktur organisme termasuk ikan.

Fase pembelahan

Pada fase pembelahan sel yaitu jarak antara pembelahan sel pertama sampai munculnya ciri-ciri tertentu yang dapat dikenal antara lain sistem-sistem organ, terutama serat-serat neural (sistem saraf).

Fase embrio

Fase embrio merupakan jarak antara dimana embrio dikenal sebagai vertebrata atau bukan, ketiga sistem organ utama mulai muncul sampaiterjadinya penetasan. Pada fase ini embrio masih berbentuk melengkung. Terjadinya penetasan bervariasi baik antar spesies maupun antar individu didalam satu spesies.

Fase embrio bebas

Periode perkembangan embrio ikan terbagi menjadi tiga fase, yakni pertama fase pembelahan sel telur menjadi zygote (cleavage stage), kedua fase embrio (embryo stage) dan ketiga fase embrio bebas (eleuthero embryo stage).

Fase embrio bebas yaitu fase setelah embrio terlepas dari selaput/cangkang telur. Pada fase ini embrio tidak melengkung lagi bentuknya tetapi lebih mirip ikan, masih menggunakan kuning telur sebagai sumber makanannya (atau dari plasenta bagi ikan vivipar dan ovovivipar).

2


(1) Telur baru terbuahi, (2)Tahap pembentukan blastodisk (1 sel), (3) Tahap pembelahan sel telur dari satu sel menjadi dua sel, (4) Tahap pembelahan sel dari dua sel menjadi empat sel, (5) Pembelahan dari empat sel menjadi delapan sel, (6) Pembelahan dari delapan sel menjadi enambelas sel, (7) Pembelahan dari enambelas sel menjadi tigapuluh dua sel, (8) Pembelahan dari tigapuluh dua sel menjadi enampuluh empat sel, (9) Pembelahan dari enampuluh empat sel menjadi seratud duapuluh delapan sel, (10) Tahap morula awal

(Sumber; Muslim, M. 2019. Teknologi Pembenihan Ikan Betok. Bandung. PT. Panca Terra Firma. 53hlm)

11)Tahap morula akhir, (12) Tahap blastula awal, (13) Fase blastula pertengahan, (14) Tahap blastula akhir, (15) Tahap gastrula awal, (16) Tahap gastrula pertengahan, (17) Tahap gastrula akhir, (18) Tahap neurula awal, (19) Tahap neurula akhir, (20) Tahap pembentukan somit (4 somit), (21) Enam somit, (22) Sembilan somit, (23) Duabelas somit, (24) Enambelas somit, (25) Delapanbelas sampai sembilanbelas somit, (26) Embrio yang siap menetas

3


Biologi Perikanan

2 umur Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


UMUR IKAN Ikan Betok ( Anabas testudineus)

Ikan berumur pendek adalah ikan yang tidak memiliki alat pernafasan tambahan, pergerakan cepat, sedangkan

(Sumber: gemarwirausaha.Blogspot.com)

Ikan berumur panjang adalah ikan yang tergolong primitif, pergerakan lambat, mempunyai alat pernafasan tambahan, penghuni dasar atau perairan dangkal dan luwes terhadap lingkungan (Effendie,1997).

Ikan betok termasuk jenis ikan yang hidup di perairan dangkal seperti rawa dan parit, memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin.

IKAN BETOK MERUPAKAN GOLONGAN IKAN PHYTOPHILS YAITU GOLONGAN IKAN YANG MEMIJAHNYA PADA PERAIRAN YANG BANYAK TERDAPAT VEGETASI DAN PERAIRANNYA STAGNAN. UMUR MAKSIMUM IKAN BETOK DI HABITAT PAPARAN BANJIR LUBUK LAMPAM (RAWA) DIESTIMASI SELAMA 4,36 TAHUN.

4


Pertumbuhan dan kematangan

(Sumber : Ekonomi.kompas.com)

ikan betok salah satu ikan yang pertumbuhannya lambat karena untuk mencapai ukuran panjang 8 - 10 cm dan bobot 15 - 16 gram memerlukan waktu 6 - 7 bulan (Ahmad dan Fauzi, 2010). Ikan betok dapat memijah sepanjang tahun, namun kelangsungan hidup larva ikan hanya saat musim penghujan. Tingkat kematangan

Pola pertumbuhan ikan betok jantan dan betina di habitat rawa berbeda, masing-masing mengikuti pola isometrik dan alometrik. Pola pertumbuhan ikan betok di sungai dan danau adalah alometrik, baik jantan maupun betina. Berdasarkan atas dugaan parameter pertumbuhan Von Bertalanffy, nilai K dan Loo untuk ikan betok adalah 0,73 th-1 dan 214, 2 mm di rawa, 0,66 th-1 dan 204,23 mm di sungai dan 1,30 th-1 dan 200,55 mm di danau.

Larva ikan betok jika sudah berumur 21 hari setelah penetasan akan tampak perkembangan siripnya. Benih ikan betok mulai terlihat menyerupai ikan dewasa pada umur 25 hari. Bobot ikan betok dewasa di usia 4 bulan sekitar 100-200 gram/ekor Ikan betok umur 4-6 bulan umumnya TKG 3. Ikan betok TKG IV terdapat pada saat puncak musim pemijahan.

5


Ukuran dan umur ikan

Terdapat tiga kelas ukuran ikan Betok yaitu kisaran ukuran antara 20–41 mm (juvenile), panjang 42–61 mm dan kisaran panjang antara 62–75 mm (dewasa) dengan berat berkisar antara 2,25–17,44 g.

Tingkat Kematian

Umur maksimum ikan betok di paparan banjir Lubuk Lampam (Rawa) dapat mencapai 4,36 tahun dengan nilai rasio M/K sebesar 1,75 yang berada pada kisaran 1,5–2,5 seperti yang dikemukakan oleh Berverton dan Holt (1959). Hal ini menunjukkan bahwa siklus hidup ikan betok singkat akibat kompetisi pakan dalam populasi. Tingkat kematian total (Z) dan kematian alami (M) ikan betok sebesar 0,99/tahun dan 0,42/tahun, sedangkan kematian akibat penangkapan (F) adalah sebesar 0,56/tahun.

6


Keberadaan Ikan Betok (Sumber: Rimbakita.com)

Kelangsungan hidup ikan betok dikhawatirkan terancam punah akibat kerusakan habitat, alih fungsi lahan, eksploitasi berlebih, dan pembangunan waduk (Wargasasmita,2002). Menurut Yulintine (2012), kelangasungan hidup ikan betok sebagai salah satu komoditi perairan rawa dan sungai masih tergolong sangat rendah.

Ikan betok tergolong ikan yang mudah didapatkan karena hidup di rawa, genangan paparan banjir yang dekat dengan manusia.

Dalam perkembangannya, eksploitasi yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan stok ikan secara signifikan bila tidak memperhatikan kemampuan stok ikan untuk memulihkan kelimpahan sumberdaya ikan tersebut (King, 2007). Oleh karena itu, untuk mempertahankan biodiversitas ikan betok perlu dilakukan upaya melalui sistem budidaya yang intensif (Ross et al., 2008)

7


Biologi Perikanan

3 Pertumbuhan Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


PERTUMBUHAN Ikan betok (Anabas testudineus) yang merupakan salah satu spesies dari famili Anabantidae yang dikenal

dengan

nama

ikan

bapuyu

di

daerah

Kalimantan Tengah. Ikan betok yang ditebar berumur sekitar 45 hari dengan ukuran rata-rata 10 cm dan berat rata-rata 14,3 g/ekor (Muhammad et al., 2013).

Habitat Ikan Betok

Ikan betok merupakan jenis ikan tropik dan subtropik. Ikan ini merupakan ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Habitatnya mulai dari sungai, danau, saluran air, parit, rawa, sawah, waduk, dan kolam-kolam yang berhubungan dengan saluran air terbuka

Kelangsungan hidup ikan betok dikhawatirkan terancam punah akibat kerusakan habitat. Nilai ekonomisnya yang cukup tinggi menyebabkan ikan betok mengalami over fishing dan berakibat terhadap penurunan produktivitasnya (Slamat et al., 2013).

Makanan dan Kebiasaan Makan

Ikan betok dikenal sebagai pemakan segalagalanya (omnivora), makanannya berupa tumbuhtumbuhan air seperti eceng gondok, kiambang, gulma itik, kiapu, ikan-ikan kecil, udang-udang renik, hewan-hewan kecil lainnya, dan serangga. Kebiasaan makanan ini berbeda, bergantungantara lain kepada ukuran dan kondisi fisiologisnya. Ikan betok dewasa tergolong jenis ikan omnivora yangcenderung karnivora (Slamat et al., 2013).

8


Pencegahan Penurunan Produktivitas Adapun beberapa pencegah penurunan produktivitasnya yaitu dengan adanya beberapa usaha yang dilakukan yaitu memindahkan ikan betok liar yang hidup di alam ke dalam lingkungan terkontrol atau sering disebut lingkungan budidaya.

Pemanfaatan lingkungan terkontrol yang ham pir sama dengan lingkungannya diharapkan membuat ikan betok mampu beradaptasi dan dapat meningkatkan produktivitasnya. Pemanfaatan lingkungan terkontrol yang ham pir sama dengan lingkungannya diharapkan membuat ikan betok mampu beradaptasi dan dapat meningkatkan produkti vitasnya (Slamat et al., 2013).

Kematian ikan terjadi di awal penebaran dan mengalami penurunan seiring pemeliharaan minggu

Hal

berikutnya.

ini

kemungkinan disebabkan tingkat stress

pada

pemeliharaan

ikan

diawal

yang

harus

beradaptasi dengan lingkungan pe rt um bu ha n pa nj an g ik an be to k di pe ng ar uh i ol eh be be ra pa fa kt or se pe rt i pr os es ad ap ta si lin gk un ga n, ek pr es i ge n te ra da pt as i, ke ma mp ua n me ne rim a pa ka n bu at an , sif at be ha vi or ya ng le bi h jin ak da n ma mp u me ny es ua ik an di ri te rh ad ap pe ru ba ha n lin gk un ga n ya ng le bi h ek st rim .

baru. Kelangsungan hidup ikan betok komoditi

sebagai perairan

salah rawa

satu dan

sungai masih tergolong sangat rendah (Yulintine, 2012).

9


Kualitas Air pada Pertumbuhan Ikan Betok

Pentingnya Kualitas Air Terhadap Keberlangsungan Hidup Ikan Betok Kualitas air yang menunjukkan kisaran nilai normal untuk ikan betok hidup meskipun kisaran nilai DO dan pH pada kolam masih rendah. Ikan betok termasuk ikan yang tahan terhadap kisaran DO yang rendah, dikarenakan memiliki labirin. Ikan betok dapat hidup dalam air yang bersifat asam (pH < 7), juga ikan betok dapat tumbuh normal pada perairan dengan kisaran pH antara 4-8 (Widodo et al.,2017).

Umumnya ikan betok menyukai kisaran suhu 25-33 derajat Celcius. Kadar oksigen yang cocok untuk pertumbuhan ikan betook adalah 3-4 ppm. Pada kualitas air pertumbuhan ikan betok dapat dipaparkan bahwa semakin banyak pemberian pakan terhadap larva ikan betok menyebabkan polusi lingkungan tidak efisien sehingga dalam pemberian pakan hendaknya sesuai dengan ukuran dan kebutuhan ikan. Perangsang pertumbuhan optimum diperlukan jumlah dan mutu makanan yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya pertumbuhan akan terjadi jika jumlah makanan yang dimakan melebihi daripada dibutuhkan.

10


Biologi Perikanan

4 Hubungan panjang & BOBOT Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


Hubungan Panjang & Berat Ikan betok

Hubungan Panjang dan Bobot dapat menggambarkan kelayakan suatu ekosistem untuk pertumbuhan ikan. Studi hubungan panjang bobot mempunyai nilai praktis yang memungkinkan mengkonversikan nilai panjang ke dalam berat atau sebaliknya.

Keterangan

W : Bobot ikan L : Panjang ikan a : Konstanta nilai bobot ketika nilai L=0 b : Konstanta yang mencirikan pola pertumbuhan ikan

11


Menurut Asyari, et al (2017) bahwa pertumbuhan panjang ikan betok dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti proses adaptasi lingkungan, ekpresi gen teradaptasi, kemampuan menerima pakan buatan, sifat behavior yang lebih jinak dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang lebih ekstrim serta tahan terhadap serngan hama dan penyakit.

12


Pola Pertumbuhan Pada Ikan PERTUMBUHAN ISOMETRIK Pola Pertumbuhan pada ikan terdapat dua macam yaitu Pertumbuhan isometrik (b =3), apabila pertambahan panjang dan berat ikan seimbang

PERTUMBUHAN ALOMETRIK Pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang di dalam tubuh ikan dan dapat bersifat sementara. Pada pertumbuhan ini pertumbuhan panjang dapat lebih dominan dari pada pertumbuhan berat ataupun sebaliknya. A. Jika b < 3 menunjukan pertambahan panjangnya lebih bobot daripada bobot (kurus), disebut allometrik negatif. B. Jika b > 3 menunjukan pertambahan bobotnya lebih cepat dari panjangnya (gemuk), disebut allometrik positif.

13


Ukuran panjang tubuh ikan betok sample berkisar 8.5 -14.5 cm dan ukuran berat berkisar 10-50 gram. Ikan betok mempunyai pola pertumbuhan allometrik, pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat.

dengan demikian bentuk tubuh ikan betok cenderung simetris, tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu gemuk. Namun pada ikan betina cenderung lebih gemuk karena ikan betina mengandung telur

14


Berdasarkan atas nilai koefisien pertumbuhan (b), pertumbuhan ikan betok di habitat rawa mempunyai pola isometrik (nilai b sekitar 3) untuk ikan jantan dan alometrik (nilai b lebih kecil dari 3) untuk ikan betina. Pola pertumbuhan alometrik juga ditemukan pada ikan betok jantan dan betina di habitat sungai dan danau. Secara umum, nilai b berkisar 2,5-4,0, namun kebanyakan mendekati nilai 3 (Lagler et al.,1977 dalam Sulistiono et al., 2001).

Gambar 4.1Ikan Betok

15


Biologi Perikanan

5 Seksualitas Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


Seksualitas Ikan Betok Saat ini, kegiatan penangkapan ikan betok dilakukan dengan tidak terkendali. Kegiatan penangkapan yang tidak terkendali ini berpengaruh terhadap sumberdaya ikan betok. Untuk mencegah punahnya sumberdaya ikan tersebut, perlu adanya berbagai tindakan-tindakan yang memungkinkan populasi ikan tetap lestari. Melestarikan populasi ikan dapat dilakukan dengan upaya konservasi, domestikasi dan juga budidaya. Dalam kegiatan budidaya ikan tersebut, salah satu aspek penting yang perlu dikuasai adalah aspek biologi reproduksi atau seksualitas. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian aspek biologi reproduksi mengenai ikan betok. Seksualitas ikan umumnya terdiri atas dua jenis kelamin, yaitu jantan dan betina. Ikan jantan ditandai dengan adanya spenna sedangkan ikan betina menghasilkan telur. Suatu populasi dikatakan populasinya heteroseksual apabila dalam suatu populasi didiami oleh jenis-jenis ikan yang memiliki jenis kelamin yang berbeda, jantan ataupun betina. Dilihat dari fungsi reproduksinya, ikan betok merupakan ikan yang jenis kelaminnya terbagi menjadi dua yakni jantan dan betina (heteroseksual). Ikan jantan memiliki tubuh yang memanjang dan ramping dibandingkan dengan ikan betina. Warna tubuh ikan jantan lebih gelap dari pada warna tubuh ikan betina. Feromon yang dilepaskan oleh ikan jantan bersama urin akan merangsang ovari ikan betina untuk berkembang. Selain merangsang, feromon yang dilepaskan akan membantu penyeragaman aktivitas seksual yang maksimum, dan meningkatkan kemungkinan pembuahan dan waktu kematangan telur.

Jantan

betina

16


Ciri Morfologi

Ciri Anatomi Jantan

Testis

Jantan

betina

Secara morfologi bentuk tubuh lebih ramping dan panjang dari ikan betina.

Secara morfologi bentuk tubuh lebih besar dari ikan ikan jantan dan pada bagian perut melebar kesamping.

Alat kelamin dapat dilihat secara kasat mata. Papila berwarna kemerahan.

Alat kelamin dapat dilihat secara kasat mata. Lubang urogenital berwarna kemerahan.

betina

Ovarium

17


Menurut Zworykin (2012) bahwa sistem perkawinan ikan betok bersifat poligami atau percampuran, dimana jantan akan membuahi betina lebih dari satu. Dengan demikian pada saat musim pemijahan jumlah ikan jantan yang tertangkap biasanya lebih sedikit dari betina.

Siklus Reproduksi Setiap jenis ikan telah berkembang untuk merespon setiap perubahan habitat alaminya. Waktu pemijahan ikan setiap tahunnya berkembang sebagai respon terhadap faktor utama yang akan memaksimalkan kelangsungan hidup telur dan larva. Beberapa faktor utama antara lain kualitas air, ketersediaan makanan dan penurunan jumlah predator.

Pola Reproduksi Pola reproduksi diduga dari besar diameter dan pola sebaran telur. Pola sebaran diameter telur dianalisis secara diskriptif dengan melihat modus penyebarannya. Apabila terlihat dua modus penyebaran, pola pemijahannya berlangsung dalam waktu yang panjang atau telur yang dikeluarkan sebagiansebagian (partial spawning). Jika terdapat penyebaran ukuran diameter telur dalam satu modus, pola pemijahan berlangsung dalam waktu yang singkat (total spawning)

18


Biologi Perikanan

6 TKG Ikan Betok Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


Tingkat Kematangan Gonad

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan jantan dan betina ditentukan secara morfologi mencakup warna, bentuk, dan ukuran gonad. Perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan mengamati TKG I-V berdasarkan morfologi gonad, mengikuti klasifikasi Effendie (1979).

Indeks Kematangan Gonad

Gambar 6.1 Kematangan Gonad

19


POLA REPRODUKSI

Pola reproduksi diduga dari besar diameter dan pola sebaran telur. Pola sebaran diameter telur dianalisis secara diskriptif dengan melihat modus penyebarannya. Apabila terlihat dua modus penyebaran, pola pemijahannya berlangsung dalam waktu yang panjang atau telur yang dikeluarkan sebagian-sebagian (partial spawning). Jika terdapat penyebaran ukuran diameter telur dalam satu modus, pola pemijahan berlangsung dalam waktu yang singkat (total spawning).

Gambar 6.2 Ikan Betok

20


Biologi Perikanan

7

Fekunditas Ikan Betok

Kelompok 4 Kelas 4B Ilmu Perikanan


Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur ikan betina yang masak sebelum dikeluarkan pada judckjmdkjcm waktu ikan akan memijah. Fekunditas ratarata ikan betok betina bekisar antara 2.544 butir telur per kekuningan dan butiran telur terlihat jelas. Pada pengamatan ada ditemukannya ikan yang telah memasuki fase ke 5 yaitu salin yang ditemukan pada perlakuan P.38% dengan ciri-ciri ovari memerah dan masih terdapat beberapa sisa butir telur di dalam ovari.

Penentuan fekunditas ncjk dilakukan dengan hnfcjdcnjdsk metode gabungan antara gravimetrik dan volumetrik (Effendie, 1979) :

Keterangan : F = fekunditas (butir) G = bobot gonad (gram) V = volume pengenceran (ml) X = jumlah telur tiap ml (butir) Q = bobot telur contoh (gram)

21


Fekunditas

Jumlah fekunditas ikan betok berkisar antara 54+gW butir. Jumlah tersebut tidak dipengaruhi oleh berat maupun panjang gonad. Menurut Stoman dan WilsoN ( 2006) sampai umur tertentu fekunditas ikan akan bertambah kemudian menurun lagi' fekunditas relatif menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlaknya' fekunditas mutlak atau relating wring terjadi kecil-kecil pada ikan atau kelas umur yang jumlahnya banyak, terjadi untuk spesies yang mempunyai perbedaan di antara kelompok ukuran. Jumlah fekunditas umumnya juga berhubungan dengan persediaan makanan ikan. yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad lebih awal serta fekunditas tinggi diduga disebabkan oleh kandungan makanan dan predator.

22


DAFTAR PUSTAKA Ernawati Y, dkk. 2019. Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch, 1792) di Rawa Banjiran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal. Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan Institut Pertanian Bogor. 9(2): 113-127. Fitriani M, dkk. 2011. Ekologi Ikan Betok (Anabas testudineus) di Perairan Rawa Banjiran Indralaya. Jurnal. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 7 (1): 33-39. .Ma’ruf MM, dkk. 2020. Peforma Produksi Ikan Betok (Anabas testudineus) Betina dengan Pemberian Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata). Jurnal. Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung. 10 (2): 92-111. M. Mustakim., S.Mas Tri Djoko., Ridwan Affandi., M. Mukhlis Kamal. 2009.PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) DI BERBAGAI HABITAT DI LINGKUNGAN DANAU MELINTANG KALIMANTAN TIMUR Vol.15, No.2 Muslim, M. 2019. Teknologi Pembenihan Ikan Betok. Bandung. PT. Panca Terra Firma. 53hlm Nurhayati, N., Fauziyah, F., & Bernas, S. M. (2016). Hubungan panjang-berat dan pola pertumbuhan ikan di muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Maspari Journal, 8(2), 111-118. Prianto E, dkk. 2014. Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus) di Paparan Banjiran Lubuk Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 6 (3): 137-146. Putri DA, dkk. 2019. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Rawa Gambut Desa Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 1-10. S.Nurdawati., Zulkarnaen Fahmi., Freddy Supriyadi. 2019. PARAMETER POPULASI IKAN BETOK (Anabas testudineus (BLOCH, 1792)) DI EKOSISTEM PAPARAN BANJIR SUNGAI MUSI, Lubuk Lampam. Volume 18 Nomor 1 Vicaya DS, dkk. 2014. Reproductive Biology of Anabas testudineus living in the palm tree plantation canal , Tapung Kiri River , Bencah Kelubi Village, Riau Province. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 1-10.

23


Sumber Gambar Gambar 1.1 Awal Daur Hidup Ikan Betok (https://perikanan38.blogspot.com/2021/02/siklushidup-ikan-secara-lengkap.html?m=1 ) Gambar 1.2 Penetasan Telur Menjadi Embrio (https://www.researchgate.net/publication/333315102) Gambar 2.1 Umur Ikan (Sumber : www.Gemarwirausaha.Blogspot.com) Gambar 2.2 Pertumbuhan dan kematangan (Sumber : www.Ekonomi.kompas.com) Gambar 2.3 Keberadaan ikan betok (Sumber : www.Rimbakita.com) Gambar 3.1 Pertumbuhan Ikan Betok (tipsmediawirausaha.blogspot.com) Gambar 3.2 Habitat Ikan Betok (www.lalaukan.com) Gambar 3.3 Makanan Ikan Betok (beritagar.id) Gambar 3.4 Kematian Ikan (www.kompasiana.com) Gambar 3.5 Kualitas Air (deskjabar.pikiran-rakyat.com) Gambar 4.1 Ikan betok Gambar 5.1 Seksualitas Ikan(Sumber: riverspace.org) Gambar 5.2 - 5.3 Ciri-ciri Ikan (Sumber: Putri DA, dkk. 2019. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di Rawa Gambut Desa Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 1-10.) Gambar 5.4 - 5.9 Ciri Morfologi dan Anatomi (Sumber: Ma’ruf MM, dkk. 2020. Peforma Produksi Ikan Betok (Anabas testudineus) Betina dengan Pemberian Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata). Jurnal. Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung. 10 (2): 92-111.) Gambar 5.10 Ciri Anatomi (Sumber: www.biomagz.com) Gambar 5.11 Pola Reproduksi (Sumber: www.dvcodes.com) Gambar 6.1 Tingkat Kematangan Gonad Gambar 6.2 Ikan betok

24


Terima Kasih


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.