jongArsitek! 24

Page 36

Suatu ketika, ibu meminta kita pergi belanja. Ada 15 barang yang harus dibeli: 1.

minyak goreng Bimoli

2.

lilin merah @ satu lusin

3.

pulsa @ Rp 50.000,-

4.

sabun Lux @ lima batang

5. daging ayam broiler @ dua kilogram

36

6.

cheetos rasa jagung bakar

7.

novel The Lord of The Rings, seri ketiga:

“Return of The King”

8.

iPad 4

9.

tisu gulung

10. gembok 11.

obat nyamuk

12.

CD Adele – 21

13.

sapu ijuk

14.

coca-cola @ dua botol

15.

kabel rol

Saat itu kita tidak punya kertas untuk mencatat, batere telepon genggam kita habis, dan yang bisa kita lakukan hanyalah mengingat daftar tersebut. Cara yang lazim kita lakukan adalah dengan menyebutkan daftar tersebut berulang-ulang sampai khatam. Ini sering kita pakai saat mengingat nomor telepon. Sayangnya, ingatan seperti itu berumur pendek. Otak kita hanya bisa mengingat 7 buah informasi dengan daya

tahan tidak lebih dari 30 detik. Tak sampai semenit, kita akan sudah melupakan daftar tersebut. Hanya jika kita bisa memasukkannya ke dalam ingatan jangka panjang, maka kita bisa mengingatnya. Saya akan memakai kompleks Komunitas Salihara sebagai memory palace saya. Jika mengenal tempat itu, Anda boleh memakainya juga. Jika tidak, Anda bisa pakai tempat yang betul-betul Anda kenal, seperti misalnya rumah Anda. Tugas kita adalah menempatkan benda-benda tersebut di dalam memory palace. Saya membayangkan saat itu malam hari. Saya berjalan masuk ke kompleks Komunitas Salihara. Di parkirannya yang tak seberapa besar tapi rindang, hanya ada satu mobil boks. Di boksnya terdapat iklan minyak goreng Bimoli (1). Di atas kap mobilnya, berjejer dua belas lilin merah (2) dengan api menyala. Saya lalu berjalan menuju Kedai Salihara. Memutuskan untuk duduk-duduk sebentar. Saya duduk di paling ujung. Di meja sebelah saya, ada seorang ibu sedang menelepon. Ia, dengan suara besar dan cempreng, berkata, “Nak, mama ga punya pulsa. Kirimin pulsa lima puluh ribu ya!” (3) Saya tertawa dalam hati. Tak berapa lama, seorang wanita cantik datang, duduk di depan saya. Saya mengucek mata, meyakinkan diri bahwa ia memang betul Dian Sastro. Kami berpandangan dan bersalaman. Tangannya halus sekali. Entah karena dia pakai Lux (Dian Sastro pernah menjadi bintang Lux) atau karena dia Dian Sastro. Ia mem-


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.