Epaper edisi 22 nopember 2013

Page 4

Solo

4

JUMAT, 22 NOVEMBER 2013

www.joglosemar.co

n BERAGAM CARA PERINGATI HARI POHON SEDUNIA

Tanam Pohon di Ngarsopuro hingga Aksi Pencabutan Paku

B

ertepatan dengan Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada Kamis (21/11), sejumlah elemen masyarakat Solo tergerak untuk menghijaukan kembali wilayah mereka. Tak terkecuali bagi Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo atau yang akrab disapa Rudy. Di koridor Jalan Ngarsopuro, ditanamlah dua pohon asem setinggi 6 meter berdiameter 15 sentimeter. Aksi penanaman pohon ini, dikerjakan tepat di depan Kantor Kelurahan Keprabon. Pantauan Joglosemar, Walikota bersama pejabat di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) setempat bergegas menuju lokasi penanaman pohon. Tepat di samping kiri kantor kelurahan tersebut, beberapa petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) terlihat menggali dua lubang cukup dalam sebagai lokasi penanaman pohon. Sejurus kemudian, pria berkumis tebal tersebut didaulat menanam pohon asem secara simbolis. Di sela-sela

kegiatannya, Rudy, sempat menceritakan ide awalnya menanam pohon asem di Ngarsopuro. “Satu alasan saya, ialah demi mengembalikan ikon kota yang sempat hilang di Jalan Ngarsopuro,” kata dia. Dia lantas memaparkan, pada zaman pemerintahan Mangkunegaran I, wilayah Ngarsopuro merupakan sentra kegiatan kebudayaan bagi warga pribumi, khususnya golongan ningrat setempat. Menurut dia, keberadaan pohon asem pada masa lampau merupakan penanda kawasan Ngarsopuro. Jadi, kata dia, bisa dibilang pohon asem adalah ikon lokal. “Makanya, saya mau mengembalikan ciri khas asli Ngarsopuro supaya sisi historis wilayah ini tidak hilang termakan perputaran zaman,” ungkapnya. Tak jauh dari Ngarsopuro, aktivis pencinta lingkungan juga menggalakkan aksi pelestarian pepohonan tua. Mereka yang menamakan diri sebagai aktivis Earth Hour Solo

mengajak mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) untuk bersama mencabut paku spanduk yang menempel di pepohonan, di tepi Jalan Gajah Mada sampai depan Hotel Novotel. Ahmad Davir, Aktivis Earth Hour Solo mengaku ingin menciptakan hal berbeda untuk menyambut Hari Pohon Sedunia. “Salah satunya, ya berupa aksi pencabutan paku di pohon-pohon ini. Sepertinya, aksi seperti ini jarang dikerjakan oleh kaum muda. Padahal, jika dicermati paku-paku yang melubangi batang pohon telah merusak estetika kota,” ucapnya. Mayor Haristanto yang juga sebagai salah satu penggagas kegiatan itu menerangkan, dirinya tidak mencabut spanduk yang menempel di pohon. Namun hanya mengganti paku yang menempel dengan diikat dengan tali. “Ini untuk mengedukasi para pemasang iklan spanduk supaya tidak merusak pohon,” ujarnya. n Fariz Fardianto

Joglosemar | Yuhan Perdana

TANAM POHON—Sejumlah warga dan pelajar beramai-ramai menanam pohon asem setinggi 6 meter dan berdiameter 15 sentimeter di area Ngarsopuro, Banjarsari, Kamis (21/11). Kegiatan ini digelar untuk memperingati Hari Pohon Sedunia.

Proyek Pasar Elpabes Juga Telat

Kontraktor Terancam Didenda Ada keterlambatan sekitar 5 persen dari time schedule-nya Subagyo

Kepala Dinas Pengelola Pasar

KARANGASEM—Keterlambatan proyek pasar tak hanya terjadi di Pasar Gilingan. Hal itu diprediksi juga akan terjadi pada proyek Pasar Elpabes (Elektronik, Pakaian, Besi)

tahap I. Sesuai Surat Perintah Kerja (SPK), proyek tersebut harus sudah diserahkan pada 25 November nanti. Pekerjaan fisik di lokasi tersebut, mengalami keterlambatan 5 persen dari jadwal. Kontraktor pelaksana pembangunan terancam membayar denda, jika tidak bisa menyelesaikan proyek sesuai batas waktu yang ditentukan. “Untuk tahap I, pekerjaan sudah mencapai 90,5 persen dari target per 20 Desember yakni 95 persen. Ada keter-

Bikin Macet, Pemkot Batasi Kirab

Dok

Widdi Srihanto BALAIKOTA—Berkaca pada dampak kemacetan yang disebabkan adanya event karnaval atau kirab, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta berjanji akan mengurangi jumlah event yang biasanya menyedot ribuan pasang mata itu. Dari kalender event yang sudah dibuat, di 2014 mendatang hanya ada dua sampai tiga event kirab. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surakarta, Widdi Srihanto, berharap dengan adanya pengurangan ini, kondisi lalu lintas di Surakarta tidak akan terganggu. “Nanti (2014-red) event yang konsepnya karnaval paling jumlahnya hanya dua sampai tiga saja,” terangnya kepada wartawan, awal pekan ini. Penghapusan sejumlah event dengan konsep karnaval ini, kata Widdi sudah diperhitungkan matangmatang. Termasuk pemilihan event yang memungkinkan diselenggarakan di

lokasi lain, selain di jalan Slamet Riyadi. Tetapi, jika event itu mengharuskan adanya karnaval, Widdi pun tidak bisa berbuat banyak, termasuk menghapus event tersebut atau menggantinya dengan konsep lain. Menurut Widdi, ada sejumlah kriteria terkait pemilihan event karnaval. Salah satunya bertujuan untuk promosi dan sosialisasi. “Kalau event itu bersifat promosi atau sosialisasi, maka harus diadakan dengan karnaval, karena agar diketahui oleh masyarakat Solo. Misalkan, hadrah dan event lainnya,” katanya. Terpisah, Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo merestui pengurangan event berkonsep kirab tersebut. Menurut Rudy, penyelenggaraan event harus mengutamakan kualitas. “Yang diutamakan dalam event itu, bukan kuantitasnya (jumlah) tetapi kualitas penyelenggaraannya,” katanya, Kamis (21/11). Rudy menambahkan, dengan kajian ini di 2014 mendatang, hanya akan diselenggarakan enam event saja. Meski hanya enam, Rudy berharap event-event tersebut mampu memberikan suguhan yang menarik dan sesuai dengan tujuan penyelenggaraan. Disinggung mengenai wacana pemindahan lokasi kirab, Rudy berencana akan melakukan kajian terlebih dahulu, terutama soal kelangsungan event tersebut. n Ari Purnomo

lambatan sekitar 5 persen dari time schedule-nya,” jelas Kepala Dinas Pengelola Pasar (DPP) Subagyo, kemarin. Dia menambahkan, pembangunan Pasar Elpabes dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama digarap PT Surya Cipta Sarana dengan nilai proyek Rp 8,958 miliar. Sedangkan tahap kedua yang merupakan pekerjaan finishing dan batas waktunya 17 Desember, digarap kontraktor lain dengan nilai proyek Rp 2,031 miliar. Menurutnya, keterlam-

batan itu karena beberapa faktor. Di antaranya, adanya perubahan desain yang membuat volume pekerjaan belum masuk di awal kontrak. Selain itu, kurangnya tenaga kerja menjadi penyebab pengerjaan proyek tahap pertama meleset dari jadwal. Hal itu dibenarkan Dwi Awan Ruhananto dari PT Surya Cipta Sarana, selaku pelaksana pembangunan tahap I. “Salah satu kendalanya pada pekerjaan pengaspalan. Sebab terhalang adanya pasar darurat di sisi timur lo-

kasi proyek,” jelasnya. Meski demikian, dia memastikan keterlambatan pekerjaan akan dikebut penyelesaiannya di sisa waktu yang ada. Hal itu untuk mengejar sejumlah pekerjaan yang masih tertinggal. “Kami yakin bisa selesai sesuai batas waktu yang ditentukan. Tenaga kerja akan ditambah untuk mengejar ketinggalan,” imbuhnya. Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) Proyek Pasar Elpabes Taufan Basuki Supardi mengatakan,

material untuk pengerjaan proyek sudah siap semua. Menurutnya, pekerjaan bisa diselesaikan sesuai jadwal jika waktu pengerjaan dan jumlah tenaga kerja ditambah. “Memang agak sulit mencari tambahan tenaga kerja, karena proyek pengerjaan Pasar Elpabes berbarengan dengan pekerjaan konstruksi lain. Di sana juga butuh banyak tenaga kerja,” katanya. Padahal menurutnya, penyelesaian proyek tahap I berkaitan dengan kelanjutan

pengerjaan proyek tahap II yang saat ini mencapai 43,6 persen. Jika tahap I belum selesai, pembangunan tahap II juga akan terkendala. “Kontraktor bisa saja mengajukan perpanjangan waktu. Pengajuan perpanjangan dilakukan 14 hari sebelum PHO (Provisional Hand Over) atau penyerahan pekerjaan. Tetapi sampai sekarang, belum ada pengajuan perpanjangan. Kalau terlambat berarti dikenakan denda,” katanya. n Dini Tri Winaryani

Awas, PKL Bandel Bakal Dipidanakan! BALAIKOTA—Kesabaran Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta dalam menata para Pedagang Kaki Lima (PKL) sepertinya sudah habis. Pemkot berencana menindak tegas para PKL yang kembali ke jalan, setelah diberikan tempat berjualan di dalam pasar. Tidak tanggung-tanggung, Pemkot akan menindak sesuai Perda yang berlaku dan memasukkannya sebagai tindak pidana ringan (Tipiring). Walikota Surakarta FX Hadi

Rudyatmo kepada wartawan, Kamis (21/11) menjelaskan, penataan PKL sudah menjadi kewajiban pemerintah. Untuk itu, jika ada PKL yang masih berjualan di tempat yang dilarang (jalan), kewajiban Pemkot ialah menertibkannya. “Menertibkan PKL itu wajib hukumnya, sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125/2012. Jika ada yang ditertibkan tetapi mengulanginya lagi, ya kita tertibkan lagi,” katanya.

Rudy menyinggung masih banyaknya pedagang yang memilih meninggalkan kiosnya dan kembali berjualan di jalan. Menurutnya, tidak seharusnya para pedagang yang sudah disediakan tempat justru menelantarkannya. “Saya yakin kok, kalau semua pedagang mau masuk ke dalam pasar, pasti para pembeli juga akan masuk pasar untuk membeli,” katanya. Terkait perilaku para pedagang ini, Rudy mengancam

akan menjatuhkan sanksi tegas sesuai dengan Perda yang berlaku. “Ya nanti kalau satu kali, dua kali, tiga kali mereka masih seperti itu ya akan kita tindak tegas sesuai dengan Perda, yakni tindak pidana ringan (Tipiring) dan melalui sidang,” katanya. Rudy pun meminta kepada para PKL untuk lebih tahu diri dan memikirkan warga lainnya. Kelakuan bandel mereka, menurut Rudy tidak hanya menjadi permasalahan

pemerintah melainkan juga mengganggu warga lainnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta Subagiyo mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pendekatan kepada para pedagang. “Untuk menata para pedagang memang harus dengan pendekatan, karena ini adalah mengubah perilaku dari PKL yang berjualan di jalan menjadi pedagang yang berjualan di pasar,” katanya. n Ari Purnomo

Walikota Wacanakan Pembangunan Museum Jenang

Joglosemar | Yuhan Perdana

DILUNCURKAN—Walikota Sirakarta, FX. Hadi Rudyatmo saat memberikan sambutannya pada acara peluncuran Yayasan Jenang Indonesia di Omah Sinten, Kamis (21/11). BANJARSARI—Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo (Rudy), mewacanakan pembangunan Museum Jenang. Hal itu demi melestarikan keunikan seni pengolahan

makanan tersebut, di seluruh Indonesia. Mantan Wakil Walikota di era Joko Widodo (Jokowi) ini mengatakan, keberadaan Museum Jenang ke depan harus

mampu menjadi pelengkap bangunan warisan budaya di masa lalu atau heritage yang ada di Kota Bengawan. “Kami ingin membangun sebuah museum yang mampu memamerkan keunikan pembuatan makanan jenang. Dan sekarang, kami mulai mengkaji hal tersebut,” terang Rudy, saat ditemui Joglosemar, seusai Deklarasi dan Peluncuran Yayasan Jenang Indonesia, di Omah Sinten, Kamis (21/11). Kajian proyek Museum Jenang, melibatkan para stakeholder terkait, termasuk pengelola Yayasan Jenang Indonesia. Mereka akan dilibatkan untuk merancang desain dan tata letak lokasi bangunan yang didirikan di salah satu wilayah di Solo. Apalagi, keberadaan jenang tergolong unik lantaran ada perbedaan pola pembuatan di setiap wilayah. “Di dalam bangunannya, bisa dituang-

kan gambaran bagaimana cara membuat jenang yang berasal dari Solo, Jepara maupun daerah lainnya,” kata Rudy. Sementara Slamet Raharjo, Pembina Yayasan Jenang Indonesia, menilai, konsep operasional Museum Jenang idealnya bisa berwujud tempat edukasi yang memuat tentang pengolahannya hingga penyajian makanan berbahan dasar jenang. “Selain itu, museumnya bisa dibangun di satu titik koridor budaya yakni Koridor Bhayangkara, Ngarsopuro, maupun Jenderal Sudirman (Jensud),” tutur Slamet. Nyaris Punah Terlebih lagi, tradisi pembuatan jenang sudah nyaris punah. Di antaranya pembuatan jenang katul, jenang pelok (isi mangga) dan jenang pongge (isi durian). Slamet berujar, masyarakat daerah kini tak lagi menyuguhkan

jenang sebagai makanan utama pada pagi hari. Hal itu, bisa terlihat dari setiap kegiatan di area pedesaan semakin jarang menyajikan jenang sebagai menu utama. Padahal, jenang memiliki beragam filosofi kehidupan seperti telaten dan sabar. YF Sukasno, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surakarta, meminta pembuatan Museum Jenang harus menonjolkan desain bangunan perpaduan indoor dan outdoor. Museum Jenang, kata Sukasno, bakal memiliki ciri khas yang menarik, karena bisa menampilkan visualisasi pembuatan, penyajian, hingga pelestarian jenang di Indonesia. “Jadi bisa menjadi pertama kali di Indonesia. Sebab, mayoritas yang ditampilkan berupa pengolahan jenang sehingga membutuhkan ruang yang cukup luas,” papar Sukasno. n Fariz Fardianto


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.