Terase Edisi 1 Th 2016

Page 1



T

Salam Redaksi

ak terasa waktu begitu berpihak pada kami sehingga dapat memberikan sesuatu yang berbeda berupa karya yang bisa saja dipandang unik. Karena kami mampu menerbitkan Majalah berukuran kecil, yang kemudian diberi nama Majalah Terase. Majalah Terase ini akan membuka wawasan tentang tiga hal yakni Pendidikan, Kebudayaan, dan Kepedulian Sosial. Tentunya kami menyadari bahwa ini merupakan edisi awal untuk mengenalkan kepada pembaca bahwa Jentera Semesta Kota Semarang juga mampu membuat majalah meski berukuran mini. Namun kami sangat meyakni bahwa ini adalah majalah yang memiliki keunikan dan karakter. Biarkan waktu yang akan menjawabnya bahwa, ketika buah karya berbentuk majalah mini yang bernama Terase biarkan ia mencari jalannya sendiri. Dan bahwa sesungguhnya setiap apa yang dituliskan akan membuka lembaran baru dalam sejarah. Kepada para pembaca kami ucapkan banyak terima kasih, semoga Majalah Terase ini dapat mewarnai kancah media sekarang ini yang diterpa dengan beragam media yang lebih cepak yakni dunia internet dan jejaring sosial DITERBITKAN OLEH Jentera Semesta PEMBIMBING Eko Tunas PIMPINAN REDAKSI Lukni Maulana TIM REDAKSI MH Rahmat, Melur Seruni, Muhadz Ali, Nur Hasan LAY OUT Jentera Media ALAMAT REDAKSI Banjardowo Rt 2/VI Genuk Semarang. Telp: 082226788830. Email: jenterasemesta@gmail.com. Web: www.jenterasemesta.or.id


BERFIKIR

Keterbatasan kemampuan manusia dengan cara berfikirnya, pada gilirannya membutuhkan kekuatan diluar dirinya yakni dengan cara bertuhan.

J

ika membuka Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Begitupun pengertian lain dari agama, bahwa agama berasal dari kata “a” yang artinya tidak, dan “gama” yang artinya rusak. Keyakinan bagi pemeluknya, jika ia mematuhi ajaran yang disampaikan maka tidak akan membuat pribadi dan masyarakat mengalami kerusakan. Dalam pandangan orang Jawa, agama merupakan busana atau istilahnya “ageman” yang bermakna pakaian, dan “aji” yang berarti raja atau mulia. Beragama yakni menjadikan dirinya menjadi orang yang

AGAMA ADALAH AKHLAK YANG BAIK 4

TERASE/Edisi 1 Th 2016


mulia dengan cara memperhatikan pakaian atau yang ada pada dirinya menjadi lebih bermakna. Sehingga agama menjadi suatu keyakinan pada dirinya, meyakini dengan sepenuh hati baik secara lisan maupun tindakan. Ada dua hal yang utama yakni lisan dan tindakan. Lisan dan tindakan merupakan laku kita dalam menjalani keagamaan yang kita yakini. Pertama, lisan adalah anda membenarkan dalam ucapan. Dan ucapan tersebut bernilaikan akhlak. Kedua, tindakan adalah anda menjalankan. Dan tindakan tersebut merupakan akhlak yang baik. Maka berbuatlah baik terutama di ruang keluarga dan lingkungan anda sendiri. Anda menjadi teladan yang baik bagi keluarga. Begitupun hidup bermasyarakat anda harus mampu menjadi teladan yang baik bagi lingkungan. Karena agama adalah akhlak yang baik. Akhlak yang baik berperilaku sesuai norma dan aturan keberagamaan dan kebermasyarakatan. Misalnya akhlak yang baik ialah ketika kita mengetahui ada orang yang kesusahan kita mampu membantu meringankannya.

TERASE/Edisi 1 Th 2016

5


Akhlak yang baik apabila anda menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya seorang nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Ia membawa kabar dan pesan atas nilai-nilai budi pekerti yang baik. Suatu kesialan dan tidak bahagianya kita, jika budi pekerti atau akhlak jita adalah perilaku yang tidak baik. Suatu ketika salah seorang sahabat datang ke hadapan Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah menjawab: “Budi pekerti yang baik.” Kemudian sahabat itu datang dari arah kanan dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah agama itu?” Rasulullah menjawab: “Budi pekerti yang baik.” Lalu sahabat itu datang dari arah kiri dan bertanya: “Apakah agama itu? Rasulullah menjawab: “Budi pekerti yang baik.” Selanjutnya sahabat tersebut datang dari arah belakang dan bertanya: “Apakah agama itu?” Lalu Rasulullah menoleh kepada sahabat tersebut dan bersabda: “Apakah kamu masih belum mengerti, agama itu ialah agar engkau tidak marah.” (Terase/01)

6

TERASE/Edisi 1 Th 2016


YANG UTAMA

MEDIA SOSIAL: Fasilitas Telikungan Selingkuh ersedianya aplikasi teknologi pada telepon selular kini menjadikan penggunaan media sosial merata di segala usia. Pemakai media sosial dari berbagai usia tersebut aktif di media sosial secara garis besar dengan motivasi yang hampir sama. Ingin mengenal dan dikenal lebih luas. Ingin menarik simpati orang. Ingin memberikan simpati. Ingin punya kenalan yang pinter. Ingin dapat kenalan yang cantik. Ingin dapat kenalan yang cakep. Motivasi-motivasi itu muncul dalam bentuk tindakan memberikan tanggapan, komentar, sapaan terbuka, dan sapaan tertutup dalam pesan tertutup. Kadang komentar dan sapaan terlihat berlebihan manakala seorang kawan perempuan yang cantik mengupdate tulisan. Apapun tulisan itu. Bermutu atau tidak bermutu. Sekedar sepatah dua patah kata keluhan saja

T

Oleh: MH Rahmat

TERASE/Edisi 1 Th 2016

7


sudah mengundang sangat banyak tanggapan suka, dan komentar. Rata-rata dari kawan lawan jenis. Tanggapan sok ber-empati, tanggapan menggoda, merayu, memuji, dan seterusnya. Bahkan komentar dan tanggapan tadi sering tidak mempedulikan peng-update tulisan sudah berpasangan atau belum berpasangan, sebab perkawanan di media sosial ada kawan yang benerbener kenal, ada pula kawan yang sebetulnya tidak pernah kenal, tidak pernah menjadi kawan atau relasi dalam kehidupan nyata. Komentar bagaimana saja tidak ada beban. Manusia baik dia sudah belum berpasangan atau sudah berpasangan memiliki sifat tertarik pada lawan jenis yang indah dipandang. Maka ketika wanita yang cantik atau pria yang tampan meng-upload fotonya, sontak ia mendapatkan banyak tanggapan suka dari kawan. Rayuan bermutu berhamburan. Menjembatani keperluan itu kini telepon selular melengkapi fasilitasnya dengan aplikasi semacam Beauty Plus, kamera 8

TERASE/Edisi 1 Th 2016


yang mampu menambah kecantikan, menutup bisul-bisul, memutihkan kulit dalam tempo kurang dari tujuh detik, tanpa harus repot-repot biaya kosmetik. Hasil jepretan yang lebih cantik dari aslinya menjadikan pengguna terutama wanita ketagihan terus menerus berfoto dan terus menerus mengupload. Makin tinggi jumlah penggemar makin bersemangat berpose selfie kemudian mengupload. Ada sebagian wanita yang sudah berpasangan menjadi lupa anak dan suami karena terlalu ketagihan berpose dan mengupload. Dari sekian ratus upload fotonya di album dan kronologi tidak terdapat foto bersama anak ataupun suami. Dia dihinggapi psikologi semacam vokalis band yang khawatir penggemarnya menjadi berkurang bila kelihatan telah memiliki pasangan. Fasilitas pesan tertutup (inbox) di media sosial memberi kesempatan menyampaikan maksud yang sifatnya privasi kepada kawan. Pesan tertutup ini memfasilitasi seorang yang aslinya penakut jika ia berbicara langsung bertatap muka tentang tujuan yang sifatnya khusus. Seorang yang pemalu menjadi punya keberanian mengungkapkan perasaan melalui pesan tertutup. Seringkali pula fasilitas ini dipakai untuk kejahatankejahatan asmara. Rayuan maut menggoda istri/ suami orang sampai dengan terjadi perselingkuhan yang berujung rumahtangga berantakan atau rumahtangga tetap utuh selingkuhan tetap jalan. TERASE/Edisi 1 Th 2016

9


BERADAB

Sastra Pertunjukan, Sebuah Konsep Oleh: Eko Tunas*

K

onsep Sastra Pertunjukan bisa dibedakan dengan Pertunjukan Sastra. Dalam Pertunjukan Sastra selama ini, karya sastra dibacakan sebagaimana baca puisi atau baca cerpen. Atau dimainkan dalam bentuk drama atau teater, dan di sini naskah drama hanya sebagai bahan pertunjukan. Pada baca puisi atau baca cerpen, karya sastra itu dengan sendirinya lebih dominan ketimbang aspek pertunjukannya. Sekali pun puisi atau cerpen itu dibacakan secara kreatif, tetap segi pertunjukannya hanya sebagai pendukung dari karya sastra yang ditampilkan. Lihat saja, baca puisi sejak gaya Rendra hingga Sutardji Calzoum Bahri. Atau, baca cerpen yang di tahun 1980-an dibintangi oleh Chairul Umam. Baca puisi gaya Rendra atau Sutardji, mau pun baca cerpen model Chairul Umam sampai pada saat ini belum mengalami perubahan. Sejak baca puisi diperkenalkan Rendra pada 1970an, kemudian marak dalam ajang lomba baca puisi, bahkan tampak adanya satu gaya. Sehingga seni baca puisi yang satu gaya itu, seakan menjadi model yang dianut oleh anak-anak muda. Di sini timbul pertanyaan, apakah dengan demikian kreativitas di bidang seni baca puisi bisa dijamin apresiasinya bagi masyarakat. Kembali 10 TERASE/Edisi 1 Th 2016


terpulang, bahwa teks puisi sebagai karya sastra itu sendiri, yang menguji tingkat interpretasi pembaca itu sendiri. Sehingga, perkara apresiasi dan interpretasi terhadap teks ini yang lebih utama, ketimbang citarasa seninya itu sendiri dalam bentuk seni baca puisi. Seni baca puisi yang telah menjadi model tunggal, dikuatirkan menjadi mekanis, menjadi perkara teknis semata. Kecuali, dalam kesempatan acara baca puisi yang dilakukan oleh penyairnya sendiri. Misalnya seperti yang dilakukan sejak Taufik Ismail, Hamid Jabbar, hingga Afrizal Malna. Toh perbedaan mereka lebih ada pada perkara karakter orangnya, dan teks puisi tetap menjadi faktor utama yang mesti tersampaikan ke publiknya. Konsep Pertama Berbeda dengan Pertunjukan Sastra, dalam Sastra Pertunjukan antara teks sastra dan teaterikal pertunjukan tampil seimbang. Kedua aspek itu sama kuat, di sisi kekuatan sastra maupun sisi kekuatan pertunjukannya. Konsep pertama inilah yang diusung oleh Elis Yusniawati (Jakarta), dalam pementasannya yang pertama di Kedai Kopi Sanutoke 8 Oktober 2013, dalam judul “Korban atau Kurban” Secara kebetulan dalam penampilannya itu, Elis pentas bareng dengan monolog oleh Cak Tohir (Surabaya) yang membawakan monolog “Mat Kasir” (dari lakon Monolog “Kasir Kita”, Arifin C Noer). Sehingga pada TERASE/Edisi 1 Th 2016 11


keduanya ada perbedaan mendasar antara monolog dan Sastra Pertunjukan. Pada monolog Cak Tohir jelas, bagaimana monolog adalah seni drama/teater dengan watak yang mesti dibawakan monogernya. Sehingga teks/ naskah lakonnya sekadar sebagai bahan. Bahkan di tangan Cak Tohir, naskah Arifin mengalami penyaduran bebas demi kepentingan Sastra Pertunjukan Elis Yusn permainan gaya Srimulatan. Pada penampilan Elis dengan teks karya sendiri, antara teks dan gerak pertunjukan tampil seimbang. Bagaimana pada gerak, Elis tampil sesuai basisnya sebagai penari balet. Lalu teksnya itu dipadukan dalam gerak tari baletnya itu, sehinga terasa betul dua kekuatan antara gerak tari dan teks itu tersampaikan secara harmonis. Kemudian pada penampilan kedua di Pelataram Sastra Kendal (26/10), Elis tampil dengan teks berdasarkan cerpen karya Taufiqurrahman (Kendal) “Seclurit Rembulam�. Di sini gerak tari balet Elis lebih diminimalkan, dan hasilnya tetap sama kuat antara teks cerpen dan gerak minimalisasi tari baletnya. Usai pentas konsep Sastra Pertunjukan ini didiskusikan. Bahkan 12 TERASE/Edisi 1 Th 2016


berlanjut, sejak itu muncul facebook berakun grup @ Sastra Pertunjukan Kendal.

Konsep Kedua Pada pentas ketiga Elis, konsep sastra pertunjukan makin mengerucut. Yakni di Kedai Keita’O Ungaran (6/11), saat Elis membawakan cerpen “Cermin” (Eko Tunas). Di sini minimalisasi tari balet Elis lebih diteateralkan, niawati, “Korban atau Kurban” dan pembawaan teks lebih dikuatkan dengan penggambaran watak dalam cerpen itu. Penggambaran watak di sini, tidak sebagaimana dalam watak yang dimainkan dalam monolog. Tapi watak lebih digambarkan secara gerak itu tadi, sehingga terbebas dari permainan watak selazimnya dalam drama/ teater. Kemudian dalam diskusi usai pentas, muncul konsep kedua Sastra Pertunjukan. Pertama, istilah pemain atau aktor dalam Sastra Pertunjukan, lebih disebut sebagai Presenter. Karena dalam Sastra Pertunjukan, sang seniman berkonsep dasar, bagaimana penampilannya bukan disaksikan tapi justru menyaksikan. Menyaksikan persoalannya dan persoalan masyarakat yang diwakili penonton. Jadi, bagi Presenter publik bukan semata TERASE/Edisi 1 Th 2016 13


penonton, tapi orang per-orang bagian dari masyarakat yang secara bersama sang Presenter menyaksikan persoalan yang ada di tengah masyarakat seumumnya. Kemudian terpulang kepada Presenternya, dalam setiap penampilannya dia mestilah mengolah diri sesuai dengan basisnya. Dalam hal ini secara kebetulan Elis berbasis penari balet, jadi kekuatan itu yang digunakan. Sehingga saat ia sebagai penyaksi, dia berada dalam subyek pengamatannya, dan tidak lari kemana-mana untuk menyaksikan persoalan masyarakat. Sebagaimana pemilik Kafe Keita’O, pasangan sastrawan Nirwondo El Naan dan Atiek Sadewo, bisa jadi mereka tampil berdasarkan basis mereka sebagai pengelola kafe. Dalam aktivitas keseharian menyedu kopi, ice cream, atau kuliner yang disajikan. Sehingga dalam Satra Pertunjukan, seorang Presenter tidak belajar teater kemana-mana, tapi melakukan penggalian dari kehidupan kesehariannya. Sebab bisa jadi dari ihwal inilah pada awalnya seni pertunjukan lahir. Ialah dari gerak manusia seharihari, dan dari teks-teks yang muncul dari kehidupan keseharian yang ada. Dari konsep inilah barangkali, apa yang disebut kreativitas lebih bisa membumi, mendarahdaging, dan tidak mengawang, tidak mengkhayal. * Eko Tunas; Sastrawan, Teaterawan, dan Saat ini menjadi Pembimbing Jentera Semesta 14 TERASE/Edisi 1 Th 2016


PENDIDIKAN

SEKOLAH ANAK USIA DINI Bagaimana Peran Keluarga?

U

ntuk memajukan kualitas sumber daya manusia, salah satunya yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik ditingkatan penitipan anak, kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Layanan PAUD sudah mulai menyebar diberbagai daerah dari kota hingga pedesaan. Bahkan pendidikan anak tersebut mulai terintegrasi yakni PAUD dan posyandu, PAUD dengan Taman Pendidikan Al quran (TPA) dan juga layanan yang lainnya berupa pemberdayaan pendidikan anak dan keluarg. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang bagus dalam meningkatkan pendidikan anak. Bahkan pemerintah sendiri telah berupaya mewujudkan kelayakan pendidikan anak sehingga selain program PAUD yang terintegrasi, pemerintah juga mengembangkan pendidikan keluarga (parenting). Bahkan peran pemerintah dalam mengucurkan dana baik untuk peningkatan sumber daya guru, alat pembelajaran APE (Alat Pembelajaran Edukatif) dan parenting perlu diacungi jempol. Tinggal bagaimana lembaga tersebut. . TERASE/Edisi 1 Th 2016 15


Peran B keluarga Marjinal

agaimana dengan anak para keluarga marjinal, yang dimaksud adalah para keluarga yang sepenuhnya berkerja hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarga?. Mereka bekerja dari pagi hingga sore hari dan hasil yang didapatkan hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga kaum marjinal, anaknya bisa jadi tidak dapat menikmati belajar pada usiannya. Jika menginginkan keberhasilan pola pendidikan yang baik bagi anak, antara program PAUD dan Parenting harus berjalan seimbang. Maka jika mengalami kegagalan salah satu akan terjadi miskomunikasi antara subyek yakni anak dengan obyek keluarga dan sekolah. Apa bila dicermati globalisasi telah mencengkram sisi-sisi apa yang dibutuhkan oleh anak. Dalam diri anak terdapat perasaan yang tidak dapat dipuaskan secara ruhaniah dan bahkan jasmaninya. Karena kasih-sayang mereka telah direngut oleh arus perubahan zaman. Kecenderungan material lebih menonjol, hal ini disebabkan anak dititipkan ke lembaga pendidikan dan para orang tua khusunya lebih memilih untuk berkarir dan mencari jalur ekonomi. Walaupun sebenarnya mereka mencari sesuap nasi itu untuk keberlangsungan di keluarga dan bahkan demi anak tercintanya. Peran pendidikan keluarga sangatlah penting, 16 TERASE/Edisi 1 Th 2016


kesuksesan seorang anak berada dalam asuhan orang tuanya dari lembaga pendidikan manapun. Setiap anak yang hidup di antara puluhan dan bahkan ratusan anak kecil lainnya tidak dapat mempelajari kemandirian secara utuh, walau di sekolah mengajarkan hal tersebut. Anak sedikit sekali memahami arti kepribadian dan kemandirian hidup. Kepribadian dan kemandirian merupakan paling urgen dalam pembentukan karakter anak. Seorang anak lebih muda diawasi oleh orang tuannya dari pada kerumunan anak-anak di lembaga pendidikan. Seperti satu ombak di antara ratusan ombak di lautan yang saling menghantam. Pengajaran akan lebih efektif jika menjadi tanggung jawab orang tua, khusunya para ibu. Seorang ibu harus memperhatikan pertumbuhan anak dan sifatsifatnya sehingga memudahkannya membimbing dan mengarahkan sang anak.Masyarakat modern telah salah besar ketika menggantikan pendidikan keluarga dengan pendidikan sekolah. Jika ingin memiliki anak yang mandiri dan berkepribadian, seorang orang tua harus memiliki hal tersebut sebagai konsekwensi logis dalam pengajaran anak. Maka ketika ia mampu memiliki kemandirian ekonomi dan kepribadian, waktunya akan sangat leluasa untuk anaknya. Memprogramkan kegiatan parenting (pendidikan keluarga) disetiap lembaga PAUD, hal ini menggacu betapa pentingnya peran pendidikan keluarga. Dalam hal TERASE/Edisi 1 Th 2016 17


ini, ibu maupun seorang ayah harus mampu mengetahui hak dasar anak dan tumbuh kembang anak. Jika menginginkan anak dapat berkembang dengan baik maka dalam mendidik anak arus sesuai dengan hak serta kebutuhannya seperti hak untuk kelangsungan hidup, hak tumbuh kembang, hak untuk partisipasi dan hak atas perlindungan. Pada masa anak-anak kebutuahan anak berpusat pada suatu kebebasan dan belajar sambil bermain. Keluarga modern adalah mereka yang mampu memusatkan perhatian pendidikan untuk buah hatinya. Setiap waktu luangnya untuk memberikan perhatian dan pengajaran kasih sayang kepada anak tercinta. Keluarga merupakan tulang punggung keberhasilan suatu pendidikan di negeri ini, mencetak sumber daya yang berkualitas. Peran pendidikan berpusat pada sosok seorang ayah, sedangkan pengajaran diemban kepada ibunya. Keluaraga yang berpendidikan dihuni sepasang suamiisteri, memberikan terbaik untuk anak. Hendaknya keutuhan dan harmonisasi keluarga harus di jaga serta menjaga nilai-nilai moralitas dan spiritualitas dalam membentuk keluarga sakinah, mawadah warahmah. Jangan biarkan lembaga pendidikan sepenuhnya mengambil peran pendidikan anak. Saatnyalah keluarga memfungsikan peran dan tanggung jawab dirinya dalam mencetak generasi yang unggul dalam kekuatan basis spiritual maupun intelektualnya. (Terase) 18 TERASE/Edisi 1 Th 2016


BERBAGI

KEG

AN L A AG

A

da ungkapan n a s i h a t kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Kalimat tersebut bukanlah akhir, namun bermakna memberikan semangat untuk meraih kesuksesan. Kegagalan merupakan kesengsaraan, jika hal tersebut tidak segera dibersihkan. Ada beberapa sebab kegagalan yang ada pada diri kita yakni: pertama, lemah; disebabkan lemahnya kemauan, dan nafsu dan pikiran yang cenderung menyuruh kepada kejahatan. Kedua, ragu-ragu; ia belum mampu menetapkan pilihan pada pendapat atau pilihannya. Setiap ingin melakukan hal yang positif selalu saja dibelenggunya. Ketiga, hina; ia menjadi hamba bagi hati dan pikirannya untuk mengikuti kehendak hati dan pikiran untuk melakukan hal yang tidak baik. Empat, takut; karena ia mengajak untuk selalu menjauhi setiap apa yang hendak dikerjakan. Perasaan ini mendorong pikiran dan jiwanya terguncang dan pada waktunya tidak memiliki keyakinan yang mantap. Kelima, hilangnya rasa malu; pada waktunya hati dan pikirannya diperintahkan untuk melakukan pelemahan diri sehingga mendorong dirinya melakukan apa adanya. Jika kegagalan adalah keberhasilan, saatnya diri ini menjadi bagian dari pembelajar untuk memiliki keyakinan dan kemantapan atas kedirian kita. (Terase) TERASE/Edisi 1 Th 2016 19


NYENTRIK

Laki-laki berambut gondrong berwarna merah keemasan, seperti nyala api yang membara siap membakar siapa saja. Pria nyentrik ini gemar menulis puisi dan membacakan karya puisinya dari kota ke kota.

ARTVELO SUGIARTO Hantu Laut, Sang Penyair Waktu

P

ria kelahiran di Ngawi,13 September 1959, saat ini tinggal di kota demak dan berwirausaha di Sayung Kab. Demak tepatnya di Pondok Raden

Fatah. Sedangkan aktifitas sastranya ke kota Semarang. Soal karya dari buah tangganya termuat di berbagai media cetak seperti majalah HAI, Aneka yes, Swadesi dll. Sedangkan buku antologi yang ia tulis bersama para penyair ternama seperti; Mendekap langit, Kitab Karmina Indonesia. Hidupnya banyak dihabiskan di lautan lepas, karena ia menjadi pelayar yang hebat. Tidak heran jika 20 TERASE/Edisi 1 Th 2016


teman-teman sesama penyair ia mendapatkan julukkan “Hantu laut.� Bukan karena sosoknya yang menakutkan, akan tetapi ketika membacakan puisi memakai jubah berwarna hitam sangat menakjubkan layaknya seperti hantu di kegelapan. Suaranya yang menggelegar seperti ingin menantang lautan. Kegiatan di dunia sastra, dunia yang pernah membesarkan namanya. Ia kembali kepada dunianya maka ketika di kota Semarang ia ikut aktif di Komunitas Kumandang Sastra (KUSAS). Selain di Kumandang Sasta ia juga turut aktif Komunitas Sastra Simpang 5 Semarang. Begitupun soal tulis menulis ia ikut terlibat di Redaksi di Buletin Kanal Semarang. Menurut Adek Alwi, Arvelo Sugiarto sudah terbilang TERASE/Edisi 1 Th 2016 21


lama aktif di dunia sastra pada era 1980an. Pada tahun itu ia aktif di kota Ngawi bersama penyair Hardho Sayoko SB. Bahkan namanya bukan dikenal dengan panggilan Artvelo Sugiarto, era itu ia dikenal dengan nama pena, “Gi’Bross.” Maka Adek Alwi sering memanggilnya dengan nama Giarto, sesuai nama aslinya yang bernama Sugiarto. Kini ia memakai nama tambahan di depan yakni Artvelo yang tersusun dari dua kata yakni “Art” yang berarti Seni dan “Velo” yang bermakna cinta jadi Artvelo memiliki makna Mencintai Kesenian. Tidak heran jika ia begitupun mencintai dunia itu, untuk kembali menaburkan bunga-bunga keindahan melalui sastra. Setelah lama bersastra dari umur dua puluh satu hingga tahun 2016 ini ia beranikan diri untuk membuat kumpulan puisi tunggalnya yang berjudul Waktu. Selama hampir 32 tahun ia baru berani menerbitkan buku tunggal. Tentu waktu 32 tahun bukanlah waktu yang cukup pendek untuk berproses. Sedangkan kita ketahui sekarang ini dengan mudahnya menerbitkan buku, orang-orang yang katanya sok aktif di sastra baru aktif berapa tahun aja langsung berani menerbitkan buku. Melalui bukunya yang berjudul “Waktu” merupakan sebuah proses untuk menjadi lebih baik. Terus berkarya dan tetap teguh menghadapi segala halang rintang. Karena Waktu Begitu Sempit Menuju Isya’. (Terase) 22 TERASE/Edisi 1 Th 2016


BER-USAHA

LUKMAN WIBOWO

AKTIVIS SANDAL

Kampanyekan Produk Asli Indonesia PROLINDO GRUP Orang yang menganggap Kota Semarang sebagai kota yang pasif dan tidak apresiatif, menurutnya adalah orang yang sinis. Ibarat untuk memperoleh SIM Komplek Semarang adalah medan ujiannya. Pada koleganya yang seniman Yogya, ia pernah berseloroh, “kalau sampeyan manggung di Yogya, lalu di keploki itu lumrah, tapi kalau manggung disini terus di keploki penonton, semua jempol saya untuk sampeyan.�

A

rtinya di Semarang memang sulit untuk mendapatkan apresiasi. Hal itu bukan hanya terjadi dalam kesenian, melainkan juga pada hal bisnis, politk, pendidikan dan berbagai bidang lainnya. Seorang marketing barang misalnya, produknya bisa saja laris manis di Surabaya, Bandung, Makasar Yogya atau Jakarta, namun tidak di Semarang. Namun bagi Lukman, panggilan akrabnya. Pemilik nama lengkap Lukman Wibowo, pria kelahiran Jakarta, TERASE/Edisi 1 Th 2016 23


16 Juli 1980. Mengulas Kota Semarang memang terlihat pasif, akan tetapi sesungguhnya tantangannya disitu. “Hanya orang-orang hebatlah yang bisa menaklukan kota Semarang,� tandasnya. Ia selalu bersemangat menghadapi Semarang dalam wadah aktifitas keorganisasian dan tantangan dalam menjalankan bisnis. Tidak heran jika usaha jualan sandal dan sepatu ini semakin berkembang. Tentu hal ini memerlukan konsistensi dan perjuangan serta keikhlasan untuk saling berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Mengawali jualan sandal sejak tanggal 1 Januari 2010, tepat saat berlakunya pasar bebas. Ia menjual dari satu tempat ke tempat lain, dari lapak depan pabrik hingga pasar. Dengan ketulusan dan keuletan ia jalani dengan sepenuh hati. Seiring perkembangan kegigihannya dalam membangun usaha, kini ia sudah memiliki lebih dari lima outlet sepatu dan sandal yang dinamai PROLINDO yang memiliki arti Produk Asli Indonesia ini telah tersebar di Semarang. Beristrikan Isti Faiyah, ia jalani usaha sandalnya dengan istiqamah dan memulyakan para karyawannya. Sebagai wirausahawan yang sibuk, tidak menumpukkan kebiasaan lamanya untuk selalu menyempatkan melakukan aktivitas seperti berwacana, berdiksusi, dan olah raga otak. Tradisi berintelektualnya ini tidak bisa lepas. Hal ini tidak terlepas pada saat ia menjadi mahasiswa ikut terlibat dalam menumbangkan orde baru 24 TERASE/Edisi 1 Th 2016


dan turut serta mengawal proses reformasi. Akan tetapi dirinya tidak menyukai dunia politik praktis dan lebih senang menjadi rakyat jelata. Falsafanya yang ia pegang, “Jika engkau berkumpul dengan orang-orang pintar, engkau tidak boleh terlihat bodoh. Jika engkau berkumpul dengan orang-orang bodoh, engkau tidak boleh terlihat pintar. Jika engkau berkumpul dengan orang-orang kaya, engkau tidak boleh terlihat miskin, jika engkau berkumpul dengan orangorang miskin, engkau tidak boleh terlhat kaya dst.� Bagi yang tertarik berbisnis sandal dan sepatu bisa menghubungi Prolindo Grup karena di sini menawarkan penjualan grosir dan eceran. Dapat dihubungi di Jl. Mulawarman II Banyumanik Kota Semarang, Telp/Sms: 081542489101. (Terase) TERASE/Edisi 1 Th 2016 25


BERITA

Asah Kepekaan Anak Melalui Dongeng

M

etode pendidikan klasik bercerita dengan teknik mendongeng dinilai masih efektif untuk menanamkan nilai-nilai dan mengasah kepekaan dalam menangkap

sebuah proses pembelajaran. Kali ini Badan Wakaf Nusantara dan Jentera Semesta, mengisi bulan Ramadan dengan menggelar kegiatan ‘Dongeng Sahabat Semesta’ di Mushala AlUkhuwah Perum Wates Permai Ngaliyan, Kota Semarang. Sejumalah anak-anak Taman pendidikan Al-Quran dibuat berbunga-bunga menyimak cerita Dongeng. “Anak-anak sangat antusias mendengarkan kisah dongeng, Selasa (28/6). Agus Munif ketua Badan Wakaf Nusantara mengatakan metode bercerita dengan teknik mendongeng merupakan metode pendidikan klasik yang cukup efektif untuk diterapkan. Terlebih untuk mengisi kegiatan di bulan ramadan. Sebab, dunia anak-anak sangat dengan dengan dunia bermain. Sedangkan di era digital seperti saat ini, anak-anak dalam kondisi mudah terkontaminasi lingkungan karena banyaknya produk permainan game yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama Islam. “Keaktifan anak-anak dengan merespon dengan sejumlah pertanyaan terkait isi cerita tersebut membuktikan ini terjadi proses belajar secara aktif,” terang Agus. (Mughis/RS)

26 TERASE/Edisi 1 Th 2016


Membuka Wawasan Melalui

PESANTREN tEKNOLOGI

A

ktifis Remaja Masjid Imaduddin (Asjamadin) Meteseh

yang didukung Photography Ponsel Indonesia, Sekolah Menulis Peneleh, Prolindo, Taman Baca Masjid Imaduddin, dan Toko Buku Bookaji, menyelenggarakan peantren teknologi Jum’at (10/6) Pada sesi hari kedua pesantren teknologi membuka pengajaran tentang Posel Photography yang diikuti para remaja, anak-anak, hingga para aktifis dan guru. Materi Ponsel Photography dengan penyaji Teguh Nugroho. Acara digelar di Masjid Imaduddin Dinar Elok Meteseh Kota Semarang. Teguh Nugroho berbagi cerita tentang cara dan trik mendapatkan gambar dengan kamera ponsel. Peserta juga diberikan kesempatan mencoba memotret obyek kecil dengan lensa makro. “Banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari memotret ini bahwa untuk mendapatkan foto kita harus memperhatikan moment atau waktu. Waktu begitu berharga karena tidak bisa diulang dengan kejadian yang sama,” ujarnya “Oleh karena itu selama diberikan kesempatan hidup, kita manfaatkan waktu untuk beribadah kepada-Nya,” lanjutnya.

TERASE/Edisi 1 Th 2016 27


JAGONGAN

SEKOLAH MENULIS PENELEH

Transformasi Sekolan Menulis Semarang

A

“Menulis buku itu hanya butuh kemauan. Kemauan selalu naik dan turun, makanya harus selalu dipupuk.� (Estu Pitarto)

da beragam komunitas tumbuh subur di kota Semarang, salah satunya komunitas yang menghidupi dunia kepenulisan. Sebagaimana penuturan Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis merupakan kerja keabadian. Salah satunya adalah Sekolah Menulis Semarang yang merupakan transformasi Sekolah Menulis Semarang yang dulunya didirikan oleh Lukman Wibowo pada tahun 2008. Tepat pada hari Sabtu, 3 Maret 2016 bertempat di Aula Pondok Pesantren Al-Baariq Banyumanik resmi didirikannya Sekolah Menulis Peneleh atas dorongan 28 TERASE/Edisi 1 Th 2016


Yayasan Peneleh. Hadir dalam peresmian Sekolah Menulis Semarang Azwar Muhammad perwakilan Yayasan Rumah Peneleh. Sedangkan Rumah Peneleh sendiri merupakan gerakan yang menampung para pegiat untuk melakukan perubahan yang lebih baik diberagam sektor baik sektor ekonomi, politik, pendidikan, maupun kebudayaan. Nama Peneleh merujuk pada rumah HOS. Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Surabaya. Menurut Lukman Wibowo selaku pendiri Sekolah Menulis Peneleh bahwa hadirnya sekolah menulis sebagai upaya menghidupkan kembali sekolah menulis semarang yang pernah ia dirikan. Juga merupakan sarana kembali membudayakan kegiatan literasi di wilayah kota Semarang. Sekolah Menulis Peneleh digawangi para pelaku penulis muda di Kota Semarang, seperti Estu Pitarto seorang guru yang memiliki kemampuan menulis dan teknologi serta sudah menerbitkan beberapa buku. Beragam kegiatan sudah pernah dilaksanakan seperti membuat kegiatan training jurnalistik untuk para mahasiswa bekerja sama dengan Lembaga Pers Mahasiswa Islam Cabang Semarang. Pesantren teknologi memberikan pencerahan jurnalistik media untuk para remaja dan pengurus takmir masjid. Dan bahkan beragam kajian dibidang literasi dan media. Begitupun juga memberikan pelatihan membuat majalah digital menyesuaikan era sekarang yang lebih mengedepankan kecepatan teknologi informasi. TERASE/Edisi 1 Th 2016 29


BERBUDAYA

Falsafah Wayang

PUNAKAWAN

S

unan Kalijaga dipandang sebagai tokoh yang menghasilkan kreasi baru yaitu dengan adanya wayang kulit dengan segala seperangkat gamelannya. Wayang kulit ini merupakan pengembangan baru dari wayang beber yang memang sudah ada sejak zaman Erlangga. Diantara wayang ciptaan Sunan Kalijaga beserta Sunan Bonang dan Sunan Giri adalah wayang Punakawan pandawa yang terdiri dari semar, petruk, gareng dan bagong. Hasil kreasi tersebut tentunya memiliki falsafah nilai, adapun falsafah dari arti nama keempat punakawan pandawa itu adalah sebagai berikut: Semar Berasal dari bahasa Arab Ismar yang artinya paku berfungsi sebagai pengokoh yang goyah. Ibarat ajaran 30 TERASE/Edisi 1 Th 2016


agama Islam yang didakwahkan para walisongo diseluruh kerajaan Majapahit, yang pada waktu itu sedang dalam pergolakan dengan awal didirikannya kerajaa Demak oleh Raden Patah. Hal senada sesuai dengan hadist Al Islami Ismaraddunya yang berarti Islam adalah pengokoh (paku pengokoh) keselamatan dunia. Gareng Dari bahasa Arab Naal Qariin oleh orang jawa menjadi naala gareng yang berarti memperoleh banyak teman, dan tugas konsepsional para walisongo sebagai juru dakwah (da’i) ialah untuk memperoleh sebanyakbanyaknya kawan untuk kembali kejalan tuhan dengan sikap arif dan harapan yang baik. Petruk Berasal dari bahasa Arab Fatruk oleh pengucapan lidah jawa menjadi petruk. Kata tersebut merupakan kata pangkal kalimat pendek dari sebuah wejangan tasawuf tinggi yang berbunyi. Fat-ruk kulla man siwallahi, yang artinya tinggalkan apapun selain Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi watak pribadi para wali danmuballigh pendidikan pada waktu itu. Bagong Dari bahasa Arab Baghaa oleh orang jawa menjadi bagong yang berarti berontak, yaitu berontak terhadap kebatilan atau kemungkaran kesalahan. TERASE/Edisi 1 Th 2016 31


Dlamversi lain berasal dari kata baqa’ (arab) yang berarti kekal. Menurut versi lain lagi bagongberasal dari kata Bahar (arab) yang berarti bumbu. Betapa gayengnya ki dalang mementaskan tokoh bagong sebagai bumbu penyedap lakon. Dia dikenal sebagai punakawan yang kritis, blokosuto, dan tidak segan-segan mengkritik dan menyindir keadaan yang dipandang tidak pas. Ditinjau dari makna serta isi dari seni wayang, jelas bahwa punakawan adalah bentuk atau lambang atau visualisasi dari ide masyarakat jawa. Masyarakat gemar wayang menyadari bahwa manusia sebetulnya memerlukan pamomong dalam perjalanaan hidup. Dalam berdakwah dengan media wayang Sunan Kalijaga terkenal sebagai dalang dengan sebutan/julukan Ki Dalang Sang Kancara Purwa.

32 TERASE/Edisi 1 Th 2016


BERIKLAN

TERASE/Edisi 1 Th 2016 33


BERCANDA

REPUBLIK BINATANG

PEMIMPIN GAGAL Gagal memenuhi janji kampanye politik, di negara Jepang para pemimpinnya berani mengundurkan diri dari jabatannya. ”Hebat ya...pemimpin Jepang, tidak penuhi janji politik mengundurkan diri dari jabatanya,” komentar Tikus ”Karena rasa malu tertanam pada pemimpin dan warga Jepang,” sahut Mak Jah ”Kalo di Indonesia pemimpinnya tidak punya rasa malu dong.” ”Rasa malu, kemaluan aja jangan-jangan tidak punya,” jawab Mak Jah ”Buktinya apa,” tanya Tikus ”Pemimpin yang gagal, mencalonkan diri lagi dan bahkan menjabat lagi, ” jawab Mak Jah.

34 TERASE/Edisi 1 Th 2016


MELEPAS JABATAN Calon pemimpin seringnya dari kalangan pengusaha dan pejabat. Saatnya petani, buruh cangkul, atau Mak Ijah si pedagang warung kopi. “Gitu ya, Mak Ipah,” Kancil mengerutu. “Iya... Bagaimana bisa orang kecil mencalonkan diri menjadi pemimpin. Modalnya butuh banyak. Dari dana kampanye, balioho, sponsor, reklame, tim sukses dan apa lagi buat money politik”, Jawab Mak Ijah. “Betul itu, Mak,” Sahut Tikus. “Kadang dari para calon pemimpin, mereka masih menjabat alias rangkap jabatan. Gimana coba,” Kancil ikut komentar. “Mereka ya harus melepas jabatannya,” jawab Tikus. “Kalo masih menjabat Pegawai Negeri Sipil (PNS),” tanya Mak Ijah. “Ya...harus melepas status PNSnya,” kok repot sih. “Lha...Ketua Partai,” tanya Kancil “Melepas Ketuannya dong.” ”Kalo dia pengusaha Baju,” Mak ijah menyambung kembali. ”Melepas Bajunya.” ”Kalo pengusaha celana.” ”Maka ia harus melepas celananya.” Terjadilah sahut menyahut antara Kancil, Tikus dan Mak Ijah. Suasana warung kopi semakin rame, serame kampanye partai politik. ”Kalo dia berasal dari pengusaha celana dalam,” tanya Kancil ”Melepas Celana Dalamnya,” jawab Tikus

TERASE/Edisi 1 Th 2016 35


BERSASTRA

Oleh: Elly Fitriyanasari

CATATAN MBAK SITI

36 TERASE/Edisi 1 Th 2016

M

ataku menatap televisi namun tidak dengan pikiranku. Aku masih merasakan sakit dan lemas. Bukan hanya fisikku, tetapi batinku. Sinetron “Muslimah” masih terpampang, anak-anak sedang belajar. Nurul putri sulungku kini telah kelas tiga SMP, dia anak yang rajin dan pendiam. Rohmat, putera ke duaku kini kelas lima SD, dia anak yang gesit dan periang. Aah, Tuhan begitu baik memberikanku buah hati yang penurut. “Kamu sakit, Bu?” Suara di sampingku sedikit mengagetkanku. “Ndak apa-apa kok, Pak. Cuma agak capek” Kulempar senyum ke suamiku.


“Sebaiknya kalau kerja ndak usah dipaksakan, kalau kuatnya sehari kerja di dua tempat ya dua tempat saja. Nggak usah di tiga tempat” Suamiku menasehati “Ndak apa-apa kok, Pak. Insya Allah masih kuat” kupermanis senyumankuSuamiku orang yang paling perhatian. Sehari-hari dia melayani reparasi barangbarang elektronik di rumah. Kehidupan kami memang sangat pas-pasan. Hanya cukup untuk keperluan harian yang seadanya, bahkan sering ngebon di warung mbak Minah hanya untuk beli sembako. Karena itulah kuputuskan untuk bekerja, sebagai pembantu rumah tangga. Suamiku sangat keberatan saat aku mengajukan keinginanku untuk bekerja. “Ndak usah sajalah, Bu” “Kenapa ndak boleh, Pak?” “Apa Ibu ndak malu? Jadi pembantu itu bukan cuma capek, tapi harus kuat hati” “Ndak apa-apa, Pak. Kebutuhan kita semakin banyak. Apa-apa sekarang mahal. Apalagi untuk sekolah anak-anak kita. Kalau hanya dari penghasilan Bapak, ya mana mungkin cukup” “Tapi, Bu...” “Tolonglah, Pak. Izinkan Ibu untuk bekerja. Lha ibu ndak punya keterampilan apa-apa, bisanya ya cuma jadi pembantu. Yang penting halal, Pak” “Ya, sudah. Tapi jangan dipaksakan ya” “Jangan khawatir, Pak” Kuberikan senyuman untuk suamiku. Dia TERASE/Edisi 1 Th 2016 37


memelukku haru. Sampai saat ini sudah dua tahun berjalan. Aku bekerja sebagai pembantu di sebuah komplek perumahan mewah di dekat kampungku. Tugasku setiap hari selayaknya pembantu pada umumnya, menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika dan lainnya. Namun aku tidak tinggal menginap, tetapi pulang saat pekerjaanku telah selesai. Sampai sekarang ada lima keluarga yang membutuhkan jasaku. Rata-rata majikanku orang yang baik. Sampai saat ini aku belum pernah bermasalah dengan mereka. Setiap hari aku mampu membatu di tiga tempat. Aku dibayar berdasarkan kedatanganku. Dan alhamdulillah kebutuhan kehidupan keluarga kami agak membaik. Tapi ada seorang majikan laki-lakiku yang berbeda. Namanya pak Tomi, umurnya kira-kira kepala empat. Istrinya, bu Siska, beliau yang sangat baik. Dadaku terasa sesak saat mengingat kejadian sore tadi. Saat aku sedang menyeterika pakaian di dalam salah satu kamar di lantai bawah. Pak Tomi tiba-tiba masuk ke kamar tempatku menyeterika, pintunya memang terbuka. Semula dia menyapaku ramah. “Mbak Siti rajin, ya” “Biasa saja, Pak. Sudah kewajiban” Jawabku sopan “Mbak Siti sekarang umur berapa?” “Tigapuluh tiga, Pak” “Ooh, masih muda ya. Anaknya berapa?” “Dua, Pak” 38 TERASE/Edisi 1 Th 2016


“Kelas berapa?” “Sulung kelas tiga SMP, yang nomer dua kelas lima SD, Pak” “Sudah besar-besar ya” Kuberikan senyuman saja. Sampai di sini Pak Tomi masih terkesan ramah dan perhatian. “Nggak pingin nambah anak, mbak?” “Ndak, Pak. Dua saja sudah repot” “Mbak Siti kan masih muda, segar, badannya bagus, pasti suaminya seneng, ya” Aku merasa tak nyaman mulai dari pembicaraan ini. Tak kujawab pertanyaannya, hanya kulempar senyum saja. “Beda dengan istriku, payah, mbak. Perempuan kalau sudah habis operasi caesar itu nggak bisa asyik di tempat tidur” Tak kutanggapi lagi pernyataannya, pernyataan yang tak sepantasnya dilontarkan padaku. “Kalau Mbak Siti mungkin hebat saat di ranjang ya, hehehe” Aku mulai risih dengan pembicaraan ini. Apalagi tatapan mata pak Tomi seolah menelanjangiku. Mataku mencari-cari Bu Siska, tetapi tak menemukannya. Mungkin dia masih di kamarnya. “Hmmm...saya jadi iri sama suamimu, Mbak” “Saya pingin juga merasakan “permainan ranjang” bareng mbak Siti” Aku tersentak kaget. Pernyataannya sudah ngawur TERASE/Edisi 1 Th 2016 39


ngelantur. Aku sudah muak dan merasa dilecehkan. “Maaf, Pak!” Sergahku agar pak Tomi tak melanjutkan pembicaraan. “Mbak Siti semakin menarik kalau melotot begitu, menggairahkan!” Aku sudah tak sanggup lagi bertahan di dalam kamar itu. Kalau diteruskan, aku akan dilecehkan bukan hanya secara lisan tetapi lebih. Lakilaki ini benar-benar tak menghargai perempuan apalagi yang berjilbab sepertiku. Aku memang pembantu, tetapi tetap punya harga diri. Pakaian seterikaan belum tuntas kuselesaikan. Setengah berlari aku menghambur ke luar kamar. Segera kuambil sapu untuk menyapu ruang tamu, syukurlah kutemukan bu Siska di ruang keluarga. Badanku menggigil, bibirku bergetar. Belum pernah seumur hidupku aku dilecehkan macam ini. Pak Tomi tak berani mendekatiku lantaran aku selalu berada di dekat bu Siska. Kemudian dia masuk ke kamarnya di lantai atas. Segera kutuntaskan pekerjaanku dan pamit pulang kepada bu Siska. “Maaf bu, lantai atas tidak saya bersihkan, saya agak sakit” Aku tak berbohong, badanku memang terasa 40 TERASE/Edisi 1 Th 2016


lemas. Terlebih perasaanku. “Ooh, iya gak papa, mbak Siti. Ini sekalian gaji yang kemarin” Sambil memberikan amplop berisi gajiku bulan lalu. “Terimakasih, Bu. Saya pamit” “Iya, Mbak. Hati-hati ya” Segera kukayuh sepedaku untuk pulang. Badanku terasa lunglai, bibirku pun masih bergetar. Air mataku mengucur sepanjang jalan. Pernyataan pak Tomi masih terngiang menyakitkan. Dan hari ini kuputuskan terakhir kalinya aku bekerja di rumah itu. “Mau tak pijitin, Bu?” Suara suamiku membuyarkan lamunanku. Aah, suamiku yang sederhana dan perhatian. Sengaja kusimpan kisah hari ini sendiri. Aku tak mau melukai hatinya. Saat dia mengetahui hal yang menimpaku hari ini, pasti tak diizinkannya aku bekerja di rumah pak Tomi bahkan di rumah yang lain. Padahal penghasilanku sangat membantu kelangsungan kehidupan keluargaku. Aku bangun dalam sepertiga malamku, kuambil air wudlu. Kutumpahkan seluruh kesahku hanya kepadaNya. Kupinta perlindungan dari segala fitnah dan perbuatan keji. TERASE/Edisi 1 Th 2016 41


BERMUHASABAH

Pengajian

B

"SAMPAH"

angsa Indonesia patut bersyukur melihat masyarakatnya gemar mengikuti pengajian hingga larut malam bahkan sampai pagi. Tidak ada bangsa di dunia ini yang bisa bertahan dan kuat membuka mata, kecuali bangsa Indonesia. Berjamaah menggambarkan suatu kebudayaan. Hal ini memiliki ciri dan keunikan tersendiri yakni lingkaran jamaah. Seperti jamaah yang bersarung, berpakaian putih-putih maupun ala kadarnya. Para jamaah bisa bertahan sampai pagi mendengarkan ceramah para kiai. Artinya sangat jelas, seharusnya selain para jamaah bisa membuka mata tentu bisa membuka hati. Ironisnya mereka hanya bisa membuka mata, tanpa bisa membuka hati. Ketika para jamaah mendapatkan siraman ruhani seharusnya melekat pada diri, namun justru hanya sampai di mata saja. Bangsa ini memiliki nilai kesalehan pribadi yang hebat. Namun dalam hal kesalehan sosial inilah yang menjadikan ilmu hanya sampai pada mata tidak tertanam pada hati. Setelah keluar dari arena jamaah; sampah berserakan. Mereka berfikir bahwa ilmu sudah tertanam dalam hati, persoalan sampah hanya sebatas lahiriah yang nampak dan dapat seketika dibersihkan oleh pihak penyelenggara atau panitia. Sesungguhnya ilmu yang katanya tertanam dalam hati, hanya sebatas mata. 42 TERASE/Edisi 1 Th 2016




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.