4 minute read

GRESIK-LAMONGAN Dipicu Utang, Pemuda Bawean Dicelurit

Gresik, Memorandum

Persoalan utang berujung pertengkaran. Peristiwa itu dialami Muhammad Nazri Rizki (21), warga Desa Kepuh Legundi, Tambak, Pulau Bawean. Gegara cekcok masalah utang, dia menjadi korban pembacokan. Bahkan harus mendapat 14 jahitan akibat sabetan celurit.

Advertisement

Informasi yang dihimpun, peristiwa itu bermula ketika korban yang berada di rumah didatangi Adit Putra Utama (25), terduga pelaku penganiayaan bersama ayahnya. Kedatangan Adit untuk meminta motor yang dibawa ayah korban. Korban dan pelaku pun terlibat cekcok hingga saling dorong. Akibat saling dorong, korban jatuh tersungkur. Nah, saat itulah Adit mengeluarkan celurit dan keris. Celurit itu lalu disabetkan hingga mengenai kaki dan betis korban. Sementara keris terjatuh dan belum sempat digunakan. Beruntung, nyawa Rizki masih selamat. Beberapa warga yang melihat percekcokan langsung melerai. Korban dan pelaku dipisah. Kejadian tersebut lantas dilaporkan ke Polsek Tambak.

Usut punya usut, cekcok itu bermula saat ayah korban Salihen (52) berutang kepada Sadiq, ayah Adit. Salihen mengklaim persoalan utang itu sudah lunas. Namun, ayah pelaku dituding tak mengembalikan motor Salihen yang menjadi jaminan. Karena tidak dikembalikan, anak korban mengambil motor milik ayah pelaku. Itu dianggap sebagai upaya menukar motor yang tak dikembalikan. Sebagai informasi, motor korban yang menjadi jaminan utang bermerek Honda Vario. Sedangkan motor ayah pelaku

Ayah Pembunuh Anak Kandung

Jalani Tes Kejiwaan

Gresik, Memorandum

Satreskrim Polres Gresik terus memperdalam proses penyidikan kasus pembunuhan AZ (9), bocah perempuan yang dilakukan ayah kandungnya di Desa Putatlor, Kecamatan Menganti. Kemarin, polisi melakukan tes kejiwaan terhadap tersangka Muhammad Qo’dad Af’alul Kirom (29).

Tes kejiwaan itu berlangsung di ruang Unit Tipidum

Satreskrim Polres Gresik. Kasatreskrim Iptu Aldhino Prima Wirdhan menyampaikan, tes kejiwaan dilakukan tim ahli.

“Tes ini untuk mengetahui kondisi kejiwaan tersangka, apakah melakukan perbuatan sadis itu dengan sadar. Nanti hasilnya akan kami sampaikan,” ujarnya, Selasa (2/5).

Hasil tes tersebut diperkirakan keluar dalam kurun waktu sepekan ke depan. Kendati demikian, pihaknya secara maraton terus melakukan proses penyidikan dan pemberkasan. Sehingga nanti kasusnya akan segera dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Gresik.

Polisi juga sudah melayangkan surat pemanggilan terhadap DL (27), ibu korban untuk dimintai keterangan sebagai saksi. “Hari ini kami kirim surat panggilan kepada ibu korban dalam rangka pemeriksaan sebagai saksi. Untuk jadwal pemeriksaannya, akan kami kabari lebih lanjut,” imbuhnya. Sebelumnya, polisi menjerat tersangka dengan pasal pembunuhan berencana, ancaman maksimal hukuman mati. “Kita kenakan Pasal 340 KUHP, tersangka sudah merencanakan pembunuhan kepada anaknya. Dibuktikan dengan jejak digital bahwa tersangka pernah browsing cara membunuh,” tegas Wakapolres Gresik Kompol Erika

Purwana Putra.

Sementara itu, tersangka membuat pengakuan yang mengejutkan. Sudah ditetapkan sebagai tersangka, Afan mengaku tidak menyesali perbuatannya menghabisi anak kandung dengan 24 tusukan pisau dapur. Katanya, itu dilakukan agar sang putri tenang dan masuk surga. Tentu hal itu sangan mengangetkan

Betapa tidak, perbuatan sadis menghujani tubuh anak sendiri dengan pisau tak membuatnya merasa bersalah. Bahkan, ia tampak tenang ketika diamankan pihak kepolisian.

“Nggak (tidak menyesal, red).

Biar anak saya tenang dan masuk surga. Dia kan masih kecil, kalau meninggal masuk surga,” katanya tanpa penyesalan.

Tersangka pun bercerita terkait motifnya menghabisi nyawa anak kandungnya dengan biadab. Korban yang masih duduk di bangku kelas

2 SD disebut kerap mendapat bullyan dari teman-teman sebaya. Sebab, memiliki orang tua dengan latar belakang yang buruk. Khususnya sang ibu yang memilih menjadi pemandu lagu rumah karaoke. (and/har/epe) bermerek Yamaha N-Max. Salihen bercerita, sebenarnya yang berutang temannya Baladi. “Saya sebagai perantara, saat itu disepakati utang senilai Rp 15 juta, dengan membayar setiap bulan Rp 1,1 juta beserta bunga kepada ayah pelaku, Sadiq,” kata Salihen, kemarin. Selama utang itu, sertifikat tanah milik Baladi juga menjadi jaminan. Diperkirakan, perjalanan utang sudah sampai 6 bulan. Baladi juga telah membayar utang kepada Sadiq sebesar Rp 6,6 juta. Namun dalam perjalanan waktu, Sadiq ini meminta kepada Baladi agar utang cepat dilunasi tanpa mencicil. “Karena Baladi tak bisa membayar langsung, motor Vario saya beserta surat BPKB diambil Sadiq ayah pelaku sebagai jaminan. Artinya ada dua jaminan, sertifikat tanah milik Baladi dan motor saya,” terangnya. Singkat cerita, utang Baladi ke Sadiq sudah terbayar lunas.

Sertifikat tanah dikembalikan. Namun yang membingungkan, Vario milik Salihen raib. Bahkan dari informasi yang didapatnya, motor itu diduga telah dijual ayah pelaku penganiayaan. “Akhirnya kami bawa motor milik Sadiq dua hari sebelum kejadian,” bebernya. Kanitreskrim Polsek Tambak Aipda Imam Subari mengatakan kasus penganiayaan tersebut segera dilimpahkan ke Satreskrim Polres Gresik. Pelaku masih berada di rumah karena masih tahap lidik. Namun, pelaku wajib lapor Polsek Tambak. “Kami amankan dua alat bukti sajam celurit dan keris,” jelasnya. Di sisi lain, dari hasil pemeriksaan visum korban di Puskesmas Tambak ada ada dua luka jahit, di telapak kaki kanan jari kaki 2 sampai 4, sekitar 14 jahitan dan betis kaki kanan. Kini, korban juga tidak melakukan aktivitas sekolah pelayaran untuk memulihkan luka yang diderita. (and/har/epe)

Adopsi Sistem Pesantren, Wacanakan Pemisahan Pelajar Putra dan Putri

Gresik, Memorandum Pemkab Gresik tengah menggodok wacana pemisahan pelajar putra dan putri dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di tingkat SD dan SMP. Pemerintah daerah tengah menyiapkan pilot project dan instrumen dalam penerapan rencana tersebut. Wacana ini mengadopsi tradisi yang ada di pondok pesantren.

Bupati Fandi Akhmad Yani mengatakan, pihaknya serius menggodok wacana pemisahan pelajar putra dan putri dalam KBM. “Tujuannya untuk mengantisipasi bullying kekerasan seksual dan lainnya. Saat ini masih perencanaan nanti akan ada pilot project-nya,” ujar bupati milenial tersebut dalam momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023, Selasa (2/5).

Rencana pemisahan pelajar itu utamanya untuk mendorong program sekolah ramah anak. Pihaknya mengacu pada sistem pendidikan di ponpes dan sejumlah sekolah di Kota Pudak yang telah terlebih dulu memberlakukannya. “Nanti akan diuji coba dulu, kalau efektif akan diteruskan. Jangan sampai malah menjadi bumerang,” tandasnya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Gresik S Hariyanto. Pihaknya saat ini masih dalam penyusunan instrumen sebelum uji coba penerapan di lapangan.

“Instrumennya kita susun dulu, indikator efektifitas, dan aspek pendukung lainnya. Nanti akan mulai diujicobakan saat tahun ajaran baru ini,” katanya.

Uji coba ini tidak menyeluruh. Pihaknya menjadikan SDN 6 Gresik dan SMPN 1 Gresik sebagai pilot project. Itu pun tidak di semua kelas. “Uji coba dilakukan pada kelas baru, yakni kelas 1 SD dan kelas VII SMP. Kita lakukan di sekolah yang memang memiliki minimal dua ruangan pada setiap kelas,” tegasnya.

Ini dilakukan agar tidak membebani pemerintah daerah dan mengganggu proses pembelajaran. “Artinya, tidak perlu ada penambahan ruang kelas dan guru pengajar yang akan membebani anggaran. Kita akan ujicobakan dulu, kalau efektif akan terus. Mohon doanya untuk mendorong sekolah ramah anak,” tutupnya. (and/har/epe)

This article is from: