AHAD PON, 15 OKTOBER 2017
HALAMAN 15
K U L I N E R
Pengunjung menikmati mi Jogja Putrojoyo.
KANGEN JOGJA,
Menu mi godok.
NIKMATILAH
BAKMI PUTROJOYO Warga Surabaya yang kangen dengan kuliner Jogja, tak perlu jauh-jauh pergi ke kota gudeg. Di Surabaya banyak warung yang menyediakan makanan khas Jogjakarta. Salah satunya, tempat ini, yang, memperdengarkan musik pengiring makan dan ornamen seperti meja dan kursi, ikonik dengan Yogya. Beberapa bingkai foto menempel di bagian lorong warung, yang menghubungkan bagian depan dan warung bernama Bakmi Jogja Putrojoyo ini. Papan nama bercat hijau sebagai latar tulisan merah. Lokasinya di Jalan Kutisari Selatan, sebelah timur UK Petra. Bakmi Putrojoyo mulai buka pukul 16.00 hingga 23.00 WIB. Sehari-hari warung bakmi milik Agung ini dipadati pembeli dari beragam profesi dan usia. “Rasanya hampir sama dengan yang di Yogya,” kata Agus Ariyanto, yang tiga kali seminggu mampir di warung ini. Mi godhog alam Bakmi Putrojoyo mampu mengobati rasa kerinduan akan kampung halaman. Karyawan swasta ini merasakan aroma kaldu
ayam dari kuah mi godhog itu. Sebuah aroma yang khas sekali. Tak terlalu tajam dan warna kuah yang natural. Berbeda dengan warna kaldu yang diberi bumbu siap saji. Berkat kuah khas itu, Agus Ariyanto langsung mengajak teman-temannya saat berkunjung untuk kedua kalinya. Penuturan sama telontar dari Firdian. “Mi-nya enak, kuahnya enak, jadi obat rindu ketika kangen dengan rumah saya di Jogja,” tuturnya Firdian yang menemukan Bakmi Putrojoyo di suatu malam saat kelaparan. Di bagian belakang, Kepala Juru Masak Suparsi menceritakan proses pengolahan bakmi khas di warungnya. Dia cekatan meramu semua
Suasana depot dengan ornamen khas Jogja. bumbu yang sudah disiapkan dari rumah. Bumbu sudah dalam bentuk halus. Suparsi menumis bumbu itu di penggorengan yang berisi minyak hingga tercium harum. Tak menunggu lama, air kaldu dari ayam kampung langsung di-
masukan sampai mendidih, disusul telur, potongan sayur dan terakhir mi. Wajan kemudian ditutup kurang lebih 1 menit, atau tidak sampai air kaldu habis. Lalu dipindah ke piring. “Proses membuatnya terbilang tidak lama, hanya lima menit, sudah siap
santap,” tutur Suparsi. Warna kekuningan terlihat dominan dari mi godhog. Warna itu berasal dari kuah dan mi telurnya. Kuahnya sedikit keruh karena tercampur telur mata sapi yang digoreng secara orat-arit. Tambahan irisan ayam kampung. Rasa kuahnya gurih, ditambah telur yang dioratarit tadi semakin kuat gurihnya. Bagi anda yang tak terlalu suka rasa gurih tak perlu khawatir, karena ada pendamping berupa cabe rawit hijau dan acar. Kuah yang kaya rasa
gurih ini berasal dari kaki ayam kampung betina. Kakinya tak sembarangan pula, harus yang berwarna kuning. “Supaya ada rasa manis, tidak melulu gurih, dan ayam harus pernah bertelur,” tukas Agung, si empunya warung. Karena jika sudah pernah bertelur kaya akan lemak, ketika direbus. Pembuatan kaldu tak lama. Jika semua bahan sudah terpenuhi, tinggal merebusnya selama lima menit hingga lemak keluar bercampur air yang mendidih. (*/sr)
Kotokan Pe Andalan Depot Prasmanan Bu Mus Menikmati kuliner paling nyaman adalah ketika masakan itu terasa cocok dan menggugah selera. Selanjutnya kekhasan rasa dan harga juga menjadi pilihan untuk mampir ke tempat kuliner tersebut. Kekhasan rasa yang menggugah selera inilah yang ingin disajikan oleh Hj Mistin, pemilik depot prasmanan Bu Mus yang ada di Jalan Pacar Keling, Surabaya. Aneka menu kuliner khas Surabaya ada di tempatnya. “Ada sekitar 20 menu setiap hari yang disajikan secara prasmanan,” jelas Aziz Yanuar Rizky, putra Hj Mistin yang akrab di panggil Bu Mus. Menu itu mulai dari sayursayuran khas Surabaya seperti lodeh manisa, tewel, sayur pare, tumis kangkung, sambal goreng tahu tempe, aneka brengkes, aneka olahan ayam, seperti ayam goreng, kare ayam, ayam goreng kremes hingga menu favorit seperti mangut atau kotokan iwak pe dan nasi kuning. Aneka menu ini kata Rizki setiap hari ada mulai pagi pukul 07.00 hingga pukul 21.00 WIB. Khusus untuk menu nasi kuning biasanya pada hari tertentu saja. Selain itu, di tempatnya juga disediakan menu gorengan seperti dadar jagung,
ote-ote, tahu tempe, bergedel, dan sebagainya. Di depot ini kata Rizky, pengunjung bisa sesukanya mengambil porsi makanan sendiri. “Setelah mengambil makanan nanti baru dihitung,” katanya. Untuk kekhasan rasa ini, kata Rizky dia berani mengunggulkan dan diadu dengan depot lainnya. “Kekhasan rasa ini sudah menjadi ikon kami, semua menu yang memasak langsung orangtua kami Bu Mus,” tegasnya. Meski begitu Rizky tetap menerima saran dari para pelangganya, masukan dari pelanggan depot Bu Mus ini menjadi sangat berarti untuk perkembangan depot prasmanan Bu Mus ke depannya. Dua pelanggan wanita terlihat sedikit bingung ketika menu kotokan iwak pe tidak terlihat ditempatnya, tapi tidak
Menu iwak pe.
pengunjung. Dan sebagian besar mereka yang datang adalah pelanggan setia menu khas depot Bu Mus salah satunya adalah kotokan iwak pe. “Kalau makan di sini seringkali cari iwak pe ini,” kata Reni, yang sudah siap dengan seporsi nasi dan kotokan iwak pe. Kekhasan rasa kotokan iwak pe yang sedikit Aneka masakan yang disajikan pedas dengan iwak pe di depot Bu Mus yang sudah tidak berbau amis menjadi salah satu lama seorang pegawai depot pertimbangan Reni untuk keluar sambil membawa satu baskom kotokan iwak pe mere- tidak melewatkan makan siang di tempat ini. ka pun terlihat sumringah. Kotokan iwak pe kata Siang itu memang tempat Rizky memang selalu dicari makan Bu Mus cukup ramai
Lokasi depot prasmanan Bu Mus.
para pelanggannya, karena itu menu ini harus ada setiap hari. Pemilihan dan kebersihan iwak pe menjadi syarat utama untuk menu ini. Iwak pe yang akan diolah kata Rizky hatus dalam kondisj yang benar benar segar. Agar tidak berbau amis, saat mencucinya harus benar benar bersih dan diberi campuran jeruk pecel untuk menghilanhkan bau amis. Untuk bumbunya memang
dibuat secara khusus dengan memperbanyak rempah rempah yang dibiarkan menyerap ke daging dan tulang muda ikan pe. Iwak pe ini banyak di suka karena tekstur dagingnya yang unik. Ada dua lapisan daging iwak pe yang kerap disuka penikmat kuliner pada bagian dalam ada daging putih dan bagian luar berupa lapisan kulit dan lemak dengan tekstur yang renyah.
Paduan daging iwak pe inilah yang membuat lezat dan renyah ketika disantap saat masih hangat. Untuk memasaknya diberi santan dan rempah yang menjadikan kotokan iwak pe ini memiliki xita rasa tersendiri yang unik. Selain itu sebagaimana ikan laut secara umum, kandungan gizi iwak pe juga kaya akan vitamin dan zat zat berguna lainnya yang diperlukan untuk tubuh. (*/sr)