Memorandum Edisi 15 April 2018

Page 2

AHAD KLIWON, 15 APRIL 2018

HALAMAN 2 INFORMASI MATA UANG

PRAKIRAAN CUACA SURABAYA

GRESIK

SIDOARJO

HUJAN SEDANG Suhu 25 - 33°C

HUJAN SEDANG Suhu 25 - 32°C

HUJAN SEDANG Suhu 25 - 32°C

MOJOKERTO

LAMONGAN

HUJAN PETIR Suhu 25 - 33°C

HUJAN PETIR Suhu 21- 30°C

HUJAN SEDANG Suhu 25 - 32°C

O

P

I

N

I

K

ekerasan di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) bukan menjadi rahasia lagi. Sehingga siapa yang kuat itu yang berkuasa. Entah itu kekuatan fisik atau pun secara materi. Bahkan jalan kematian harus dipilih untuk terlepas dari hukuman di dunia ini. Dalam dua pekan ini di Jawa Timur ada dua kejadian yang menimpa warga binaan yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri menggunakan sarung. Apakah mereka benar-benar bunuh diri atau OLEH: ARIS SETYOADJI karena penyebab lainnya, itu lah sisa pertanyaannya. Dua kejadian itu yakni di Lapas Klas II A Sidoarjo, napi narkoba Siswandoko (38), ditemukan tewas di selnya, dan diduga bunuh diri, Rabu (21/2). Pria tinggal di Perumahan Tanggulangin Asri Sejahtera III, Desa Grabagan, Kecamatan Tulangan, ini posisi tubuhnya tergantung, dengan leher terikat sobekan sarung. Tidak ada satu saksi pun dalam kejadian ini, karena napi tersebut tinggal di ruang isolasi, karena sebelumnya ‘katanya’ melakukan pelanggaran. Dugaan kuat karena Siswandoko depresi, tapi yang perlu diketahui bila itu bukan hari pertama dirinya dijebloskan di balik jeruji besi, karena sebelumnya dia juga menjalani hukuman penjara ketika masih di tangan polisi. Begitu juga yang menimpa seorang narapidana yang tersandung kasus narkoba, Oktariayuda Pratama (27), warga Gresik. Napi pindahan dari Lapas Medaeng, Surabaya, ini ditemukan meregang nyawa di ruang selnya, di Lapas Kelas IIA, Pamekasan, Rabu (4/4) pagi.

FOTO: ISTIMEWA

Komisaris Utama: Mangestuti Agil Komisaris: Juniarno D Purwanto Direktur: Choirul Shodiq Wakil Direktur: Ahmad Bajuri Pemimpin Perusahaan: Yoyok Khayatullah Konsultan Hukum: Noer Fattah Syafi’i

KURS BELI 13,684.00 10,621.52 2,175.59 1,743.21 10,425.90 3,525.90

Milih… Ya Satu M

elihat dan mencermati Debat Publik Pilgub Jawa Timur pertama pada Senin 10 April lalu, di Gedung Dyandra Convention Center, Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, belum terlihat keistimewaan yang diharapkan untuk perbaikan provinsi terbesar kedua di Negara ini. Kedua pasangan calon masing-masing menyuguhkan penampilan dan materi yang notabene tidak beda dengan kenyataan yang ada selama ini. Baik pasangan nomer satu Khofifah Indarparanwansa-Emil Dardak maupun pasangan nomer dua Saifullah YusufPuti Guntur Soekarno sama saja, hanya bicara itu itu saja. Tentang kemiskinan, tentang pendidikan, tentang infrastruktur, tentang kesehatan, dan lain-lain yang berujung pada tujuan kesejahteraan. Tapi mereka kurang meyakinkan untuk dipilih. Atau dipilih salah satu di antara pasangan tersebut. Sehingga, visi dan misi yang ditawarkan kedua pasangan itu tersampaikan begitu saja seperti angin, yang berhembus tanpa bekas. Terbukti, tiga atau empat hari setelah debat berlangsung, masyarakat tidak lagi membicarakan debat itu. Apalagi isi materi debat. Warga Jawa Timur yang beragam dan heterogen terlihat cuek saja. Pasif saja. Bahkan kalangan akademisi tak menggebugebu menanggapi dan mengkritisinya.

OLEH: ARIEF SOSIAWAN Semua berlalu begitu saja. Parahnya, kalangan partai politik yang secara resmi sebagai ‘pemain’ dalam pesta demokrasi lima tahunan itu juga terlihat tenang. Tidak grusa-grusu. Tidak terlihat emosional, dan fanatisme kepartaiannya tidak seperti kalau mereka bertarung dalam pemilihan anggota dewan. Padahal, derajat pemilihan gubenur lebih tinggi dibanding dengan pemilihan senator daerah alias anggota dewan provinsi. Kelihatannya mereka hanya ingin memberi semangat saja kepada calon-calonnya. Bahasa gampangnya,

memberi dukungan tapi si calon harus berjuang sendiri dan bertarung sendirian. Begitu juga kalangan media, tidak seperti biasa dalam memberitakan kejadian kejadian politik terutama dalam persaingan antarcalon. Tahun ini tampak beda dan tidak sebesar seperti pemilihan gubernur sebelumsebelumnya. Kodisi demikian tentu menjadi catatan penting dalam sejarah perpolitikan di Jawa Timur. Karena masyarakat Jawa Timur kini terlihat lebih pinter dan lebih bisa berpikir untuk kepentingan apa, kepentingan pihak mana, dan kepentingan siapa dari pernyataan, program, kerja kerja calon gubernur dan calon wakil gubernur selama ini, yang kini bertarung dan berdebat untuk berebut simpati warga Jawa Timur. Pakar politik Universitas Airlangga Hari Fitrianto yang juga bagian dari masyarakat Jawa timur menyampaikan, warga Jawa Timur harus memahami mana kampanye dan mana slogan, dan mana program yang benar-benar bisa dilakukan oleh calon gubernur dan calon wakil gubernur jika kelak terpilih. Dosen FISIP Universitas Airlangga ini juga menegaskan, siapa pun calon gubernur dan calon wakil gubernur terpilih akan berat menjalankan tugas dan fungsinya. Karena program gubernur

akan selalu gradual dengan pemerintah pusat. Namun apa pun alasannya, jelek atau baik, menurut pendapat umum yang namanya pemilihan, apalagi pemilihan kepala daerah setingkat provinsi yang memilih seorang gubernur dan seorang wakil gubernur, warga Jawa Timur wajib ikut menyukseskan. Wajib mendukung sepenuhnya dengan cara memilih alias tidak golput kendati dalam debat pertama kemarin tidak cukup memuaskan hasilnya. Dan tentu saja, memilih itu ya harus satu. Karena kalau memilih dua, salah. Suara anda tidak akan sah. Tidak akan diakui. Sehingga pilihan anda mubazir, seperti dikatakan seorang kawan yang berprofesi sebagai wartawan beberapa waktu lalu sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas. “Milih itu ya satu, jangan dua. Kalau dua, suaramu tidak sah,” ujarnya. Nah, sepakat dengan pernyataan itu, sebagai warga yang baik dan bermartabat tentu menghendaki yang terbaiklah yang harus memimpin Jawa Timur, meski yang terbaik itu mungkin terjelek dari yang ada. Jadi, jangan sampai salah. Milih ya satu, jangan dua. Karena jika anda memilih dua, bisa merugikan provinsi Jawa Timur. Penulis adalah wartawan SKH Memorandum

Wapres dari Jatim

P

Dari hasil olah tempat kejadian perkara, muncul dugaan bila napi ini stres karena pihak keluarga tidak pernah menjenguknya. Memang lebih mudah menyimpulkan dengan kata depresi, karena penyelidikan akan berhenti, dan kasusnya tidak berkepanjangan. Tidak lama ini juga terjadi perkelahian antarnapi di Lapas Jember. Akibatnya, seorang napi harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka tusuk. Dua napi yang terlibat perkelahian adalah Wahyudi dan Edi Purnomo. Wahyudi merupakan napi kasus narkoba. Sedangkan Edi Purnomo napi kasus perlindungan anak. Perkelahian itu, dipicu masalah utang piutang. Wahyudi disebut selama ini memiliki utang ke sejumlah napi. Selain itu, Wahyudi oleh para napi juga dinilai sombong. Bagaimana bisa alat-alat berbahaya itu bisa di tangan napi, bisakah dibilang bila keamanan di lapas ini sangat lemah? Dengan jumlah penghuni lapas yang sudah melebihi kapasitas dan tidak sebanding dengan sipir yang bertugas, tentu saja perkelahian antarpenghuni lapas sangat rawan terjadi. Pengawasan yang lemah ini juga digunakan kesempatan para napi narkoba untuk tetap mengendalikan bisnisnya dari dalam lapas. Seperti halnya kapasitas Rutan kelas I Surabaya, Medaeng, Waru, Sidoarjo, sudah overload hingga empat kali lipat. Dari kapasitas 500 orang, saat ini jumlah napi sekitar 2 ribu orang. Bahkan sekitar 60 persen adalah terjerat kasus narkoba, sedangkan sisanya kasus pidana lainnya. Untuk itulah pemerintah harus segera mencari solusi, jangan memandang mereka hanya dengan sebelah mata. Karena tujuan seseorang menjalani hukuman kurungan ini agar tidak mengulangi perbuatannya, dan bisa kembali diterima masyarakat. Bukan malah sebaliknya para napi ini ketika keluar lapas, mereka semakin liar dan brutal. Penulis adalah wartawan SKH Memorandum

KURS JUAL 13,822.00 10,734.17 2,197.53 1,760.81 10,532.65 3,564.21

ESAI KOTA

CATATAN KRIMINAL

Dunia Keras Dalam Lapas

NILAI 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

emilihan Presiden masih kurang setahun lebih dari sekarang, namun suhu politik mulai memanas. Berbagai media tak mau ketinggalan menayangkan nama-nama tokoh yang bakal maju dalam pemilihan presiden periode mendatang. Para petinggi partai terus bermanuver. Ada yang masih menimang-nimang bakal menjagokan kader sebagai calon presiden, tetapi juga ada yang cukup menyiapkan kadernya sebagai calon wakil presiden. Mendampingi Joko Widodo (Jokowi) yang sudah resmi dicalonkan oleh partai pengusungnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Juga didukung oleh partai koalisi. Diketahui, Jokowi yang sibuk dengan pembangunan infrastruktur untuk percepatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah, sudah berkali-kali meresmikan tol yang kelar pembangunannya. Jalan tol yang sambung menyambung dari barat sampai ke timur ini, diharapkan mengurangi kemacetan/transportasi darat, dan menekan angka kecelakaan lalu lintas. Selain itu, Jokowi juga disibukkan berbagai kegiatan berbasis rakyat. Tampaknya moment (pertemuan Jokowi dengan masyarakat di daerahdaerah, red) ini direspon oleh PDI-P. Secara tegas, dalam Rakernas III PDIP di Denpasar, Bali, 23 Februari lalu, partai berlambang kepala banteng bermoncong putih dipimpin Megawati Sukarno Putri, mengusung kembali Jokowi sebagai calon presiden dalam pilpres 2019. Jokowi yang sangat sibuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang bermunculan secara bergantian, dengan senyum khasnya mengatakan sudah ada calon wakilnya. Karena Jokowi tak menyebut nama, maka

OLEH: SUPRIADI beberapa parpol koalisi saling mengunggulkan kehebatan kadernya yang pantas mendampinginya untuk memimpin negara ini. PDI-P bukanlah partai pertama yang mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden periode mendatang. Tetapi berada di urutan ke-8. NasDem lah yang menjadi partai pertama mencalonkan mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo ini. Pencalonan ini disampaikan langsung Ketua Umum NasDem Surya Paloh saat deklarasi dukungan Ridwan Kamil menjadi kandidat Gubernur Jawa Barat, Maret tahun lalu. Beberapa bulan kemudian diulang lagi dalam pidato politiknya saat membuka Rakernas IV NasDem. Setelah NasDem, dukungan parpol kepada Jokowi terus mengalir. Yakni dideklarasikan oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Hanura, Perindo, dan Partai Keadilan dan Persatuan

Indonesia (PKPI). Disisi lain, partai Gerindra masih terus merayu agar Prabowo Subiyanto bersedia menjadi calon presiden dalam pilpres nanti. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, kepada wartawan pada Maret lalu di Senayan, Jakarta, mengatakan partainya akan mencalonkan kembali Prabowo sebagai capres. Ini merupakan aspirasi yang berasal dari seluruh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra, katanya. Beberapa partai lagi bahkan sudah terang-terangan memasang balihobaliho untuk memperkenalkan nama kadernya yang akan diusung sebagai calon presiden, maupun presiden. Kegiatan seperti ini di negara demokrasi sah-sah saja. Tapi seharusnya juga dipikirkan secara matang, tentang resiko yang bakal diterima tokoh yang fotonya terpampang di mana-mana itu. Nama-nama yang muncul sebagai capres dan cawapres di media massa, selain Jokowi adalah Prabowo Subiyanto, Gatot Nurmantyo, Romarhumuziy, Muhaimin Iskandar, Budi Gunawan, Mahfud MD, Oesman Sapta Odang, TGH Muhammad Zainul Majdi, Agus Hari Murti, Sri Mulyani, Puan Maharani dan masih banyak lagi yang akan terus bermunculan. Pemasangan spanduk, banner, atau baliho-baliho berukuran besar, memang efektif untuk memperkenalkan wajah kader/calon yang bakal diusung. Tetapi masyarakat kita sudah pinter. Tak gampang menerima rayuan gombal yang terucap saat kampanye. Tidak mau memilih karena ganteng atau busananya yang necis. Pendek kata, masyarakat sudah mengerti bagaimana sepak terjang kader-kader partai sejak bertahun

tahun. Masyarakat mencatat apa saja yang dilakukan selama ini, sekaligus mengetahui partai yang terkotori oknum paling banyak korupsi. Ini semua diketahui masyarakata/penduduk negeri melalui media cetak, online maupun televisi yang bisa dipercaya sebagai sumber informasi yang benar. Masyarakat telah menyetempel merah pada oknum yang diseret lembaga penegakan hukum seperti KPK, Kejaksaan dan Kepolisan. Ulah mereka yang menggerogoti uang negara itu, mendorong masyarakat juga menyetempel merah partai tempat kader bernaung. Itu sebabnya, dalam pilpres mendatang masyarakat akan memilih berdasarkan personal atau sosok yang dicalonkan. Bukan hanya karena partai pengusungnya. Jokowi yang kini sudah diusung partainya maju capres, tinggal menunggu siapa yang layak sebagai calon wakilnya. Karena salah memilih wakil, maka bisa mempengaruhi calon pemilih. Namun sebesar apa berkurangnya kepercayaan pemilih, itu masih tergantung siapa lawan dalam pilpres mendatang. Nah, untuk mencarikan siapa yang pantas menjadi wakil Jokowi kelak? Seorang pelaku spiritual di Surabaya melakukan perenungan di Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Tepatnya di petilasan Raja Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang pernah menyatukan Nusantara. Di petilasan ini, ia mendapatkan petunjuk saat melakukan ritual, bahwa yang pantas menjadi wakil Jokowi adalah tokoh yang selama ini dikenal baik, bijaksana, pinter, berasal dari Jawa Timur. Benarkah? Kita tunggu saja, pilpres masih cukup lama. Penulis adalah wartawan SKH Memorandum

Pemimpin Redaksi: Arief Sosiawan. Redaktur Pelaksana: Sujatmiko. Redaktur Senior: Ahmad Syaiku. Redaktur: Baud Effendi, Samuel Ru’ung, Muchlis Darmawan, Syaifuddin, Noor Arief, Triyoko, Aris Setyoadji, Rahmat Hidayat, Ferry Ardi Setiawan, Novi Triawan. Staf Redaksi Surabaya: Oskario Udayana. Sidoarjo: Budi Joko Santoso. Gresik-Tuban-Bojonegoro: Supardi Hardy. Mojokerto: Muhammad Anwar. Pasuruan: Maskur. Probolinggo: Nur Wahyudi. Jember: Edi Winarko. Lumajang: Munjari Triono, Blitar: Prawoto Sadewo. Tulungagung: Ahmad Rifai. Madura: Noor Arief. Blora Raya: Ari Suyono. Manajer Umum dan HRD: Ahmad Nurzaman. Manajer Iklan: Ahmad Syaiku. Kepala Pra Cetak: Irfan H. Ali. Alamat Perusahaan: Jl. Karah Agung 45. Fax Mutasi/Pemasaran: 031-8275390; Telp Hotline: 031-8275391. Redaksi: 031-827590, 031-8273759. Sirkulasi/ Iklan: 031-8276072. Harga Langgnan: Rp. 75.000,- Harga Eceran: Rp. 3.500,-/eks. Harga Iklan Pas: Rp. 19.000,-/baris, Harga Iklan Sosial: Rp. 15.000,-/mm kolom. Spot Warna: Rp. 25.000,-/ mm kolom. Full Color (FC): Rp. 32.000,-/mm kolom. Harga Iklan Kreatif: BW Rp. 26.000,-/mm kolom. Kreatif Spot Warna: Rp. 30.000,-/mm kolom. Kreatif Color: Rp. 36.000,-/mm kolom. DICETAK OLEH: PT. Temprina Media Grafika, Jl. Sumengko KM 30-31 Wringinanom, Gresik; Didirikan oleh: H. Agil H. Ali, Penerbit: PT. Memorandum Sejahtera, SIUPP: No. 098/SK/Menpen SIUPP/A6/1986. (Jawa Pos Group), Wartawan MEMORANDUM selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima/meminta apa pun dari narasumber.

ILUSTRASI: ISTIMEWA

BANGKALAN

USD AUD CNY HKD SGD MYR

MATA UANG (Dolar Amerika) (Dolar Australia) (Yuan China) (Dolar Hongkong) (Dolar Singapura) (Ringgit Malaysia)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.