AHAD PON, 2 JULI 2017
HALAMAN 16
Jovita pemilik ketoprak Mbah Mbleh.
K U L I N E R
NIKMATNYA
KETOPRAK
Suasana kedai ketoprak Mbah Mbleh.
FOTO-FOTO: MEMORANDUM/TRI KARYONO
Ketoprak khas Betawi racikan Jovita
MBAH MBLEH Ketika mendengar nama ketoprak, ada dua definisi yang akan ditangkap. Kalau di Pulau Jawa umumnya atau Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya, ketoprak dikenal sebagai salah satu kesenian khas. Tetapi, lain hal itu jika terjadi di Jakarta, khususnya masyarakat Betawi, mengenal Ketoprak sebagai kuliner khasnya. Ketoprak merupakan bahan makanan yang menggunakan bumbu kacang sebagai sausnya, lalu dicampurkan dengan ketupat atau lontong, mihun, tauge dan tahu goreng. Dari penyajiannya, Ketoprak memang agak mirip-mirip dengan berbagai hidangan populer lainnya yang menggunakan bumbu utama kacang goreng yang diulek. Seperti Gado-Gado, Lotek maupun
Pecel. Bagi anda yang gemar kuliner khas Jakarta ini tidak perlu jauh-jauh harus ke Ibukota, karena di sentra kuliner PKL Jambangan, Surabaya, sudah ada yang menawarkan masakan Ketoprak. Namanya Ketoprak Mbah Mbleh dan pemiliknya adalah Jovita. Di sini anda bisa merasakan nikmatnya makanan Ketoprak khas Betawi yang diracik sendiri oleh Jovita bersama
keluarga. Kepada Memorandum, Jovita mengaku mulai membuka Kedai Ketoprak Mbah Mbleh ini sejak pertengahan Maret 2017 lalu. Jam bukanya mulai pukul 09.00 - 22.00 WIB. Selain pelanggan bisa langsung datang ke sana, Jovita juga melayani pembelian lewat online. “Namanya unik, supaya mudah diingat dan terakhir bikin ketagihan,” terang
Jovita saat ditanya kenapa memilih nama Ketoprak Mbah Mbleh. Jovita menambahkan, makanan Ketoprak adalah kuliner yang lagi booming di dunia sinetron, sementara di Surabaya masih sulit untuk menemukan kuliner yang menyediakan ketoprak. “Banyak orang penasaran untuk mencoba ketoprak, ingin tahu seperti apa sih ketoprak itu?,” ujar Jovita
sambil meracik Ketoprak. Darmawan, salah satu pelanggan setia asal Pagesangan, mengaku cocok dengan bumbunya sehingga dia sering mampir guna menikmati masakan khas Betawi ini. “Setidaknya seminggu dua kali saya mampir ke sini (sentra kuliner Jambangan),” papar Darmawan yang datang bersama teman sekantornya. “Rasanya enak dan gurih,
saya suka makanan ketoprak ini karena di tempat saya tidak ada,” kata Yono warga Rungkut salah satu pelanggan Ketoprak Mbah Mbleh. Rasanya yang enak dan didukung oleh citarasa yang manis membuat Ketoprak mengandung nilai gizi, dan mudah disukai serta cocok dihidangkan untuk anak kecil maupun orang dewasa. Untuk menyantapnya pun bisa dilakukan kapan saja,
Ketoprak bisa dijadikan menu sarapan pagi maupun makan malam Anda. “Alasan utama membuka ketoprak Mbah Mbleh ini, setelah resign dari staff di perusahaan BUMD, serius menangani bisnis kuliner, di samping hobby memasak,” pungkas Jovita. Bagaimana anda tertarik? Silahkan datang ke Sentra Kuliner PKL Jambangan. Selamat menikmati. (yon)
Tahu Tek Pak Ali, Kuliner yang Melegenda Gunting ukuran besar di tangan Sunar, salah satu karyawan di tahu tek Pak Ali tak hentihenti mencincang lontong, gorengan tahu, gorengan kentang rebus, dan telur dadar. Dentingan mata gunting beradu terdengar berirama, ”tek, tek, tek, tek, tek,” begitu cepatnya gunting Sunar mencincang, nyaris seperti mesin jahit. Konon, dari bunyi khas itulah yang membuat menu yang diracik Sunar dinamai ”tahu tek”. Tangan Sunar cepat menaruh cincangan gorengan tahu, kentang, dan telur dadar itu ke piring. Secobek ulekan petis kental, cabai, dan aneka bumbu disiramkan ke piring itu. Panasnya cincangan tahu, kentang, dan telur dadar itu menguapkan aroma cabai dari petis yang kini membalur sekujur piring sajian menu tahu tek itu. Sementara sajian lain—bahkan kuliner khas Madura yang cenderung lebih kuat menghadirkan rasa petis ikannya—menjadikan petis ”sekadar” penyedap rasa, tahu tek benar-benar membanjiri seluruh hidangannya dengan petis kental. Dan, untuk urusan rasa, petis racikan sang pemilik warung Tahu Telor Pak Ali
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
Pelanggan menikmati tahu tek Pak Ali.
Tahu tek Pak Ali.
yang berlokasi di Jalan Dinoyo, Surabaya, memang boleh diadu. Pelanggan seperti Zainuddin (37) masih nekat mencocol sisa petis di piringnya dengan kerupuk, menikmati lembut dan gurihnya petis racikannya. ”Saya datang jauh-jauh memang karena petisnya yang khas. Pada-
hal, penjual tahu tek yang melintas di depan rumah juga banyak, tapi namanya selera kan tak kenal jarak,” kata Zainuddin tertawa. Sepiring tahu tek adalah ”arena” bersilangnya beragam budaya kuliner yang padu menggoyang lidah. Petis, begitu lekat dengan budaya bersantap
orang Madura, juga budaya santap orang Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya. Di Nusantara, petis ada di mana-mana, tetapi tak banyak menu Nusantara yang membanjiri sepiring hidangan dengan petis sebagaimana sajian tahu tek, rujak cingur, atau tahu telor.
Edi Setiawan menyebutkan sulit meraba asal-usul petis yang memengaruhi cita rasa Madura dan Surabaya. Apalagi, menentukan siapa memengaruhi siapa. ”Orang Madura lekat dengan petis ikan. Sementara, orang Surabaya, Gresik, dan orang Sidoarjo akrab dengan petis udang. Sebenarnya beragam petis selalu mudah ditemukan di wilayah Nusantara yang menjadi kantong permukiman peranakan Tionghoa. Cirebon menjadi contohnya. Bedanya, Madura dan Surabaya lebih kerap menjadikannya penyedap utama santap besar mereka,” kata Edi yang juga dikenal sebagai budayawan Madura itu. Di Malang, penulis lebih sering menyebutnya tahu lontong atau tahu telur (cuma saya yang sering bilang tahu tek). Kalau tahu lontong isinya cuma tahu dan lontong, kalau tahu telur isinya tahu yang
digoreng bersama telur dan lontong atau nasi, jangan lupa kerupuknya. Warung tahu lontong langganan saya ada di daerah
Lonceng. Kalau di Malang, bumbunya terasa sekali kacangnya, terus ditaburi seledri. Kalau di Surabaya, isinya lebih banyak macamnya. Ada tahu yang digoreng dengan telur, tahu goreng biasa, lontong, kentang goreng, dan kerupuk. Di Surabaya, tahu tek Pak Ali di Kawasan Jalan Dinoyo sudah melegeda rasanya. Bumbunya kental, terasa sekali petis udangnya (pasti pakai petis yang bagus). Kerupuknya juga enak, terasa udangnya. Kalau bahanbahan lain, saya rasa tidak jauh beda dengan lainnya. Tapi kalau dari bumbunya, wah, bumbu tahu tek Pak Ali yang terbaik. Walaupun porsinya banyak, pasti saya habiskan. Bumbu yang tersisa di piring saya bersihkan pakai kerupuk.
“Pokoknya piring selalu bersih nggak bersisa hehehe...,” tambah salah satu pelanggan tahu tek Pak Ali, Wiyono. Di salah satu dinding warung, Pak Ali memasang berbagai kliping koran yang pernah meliput tentang warung miliknya. Begitu juga dengan foto-foto artis yang pernah berkunjung ke sana. Ada banyak foto Pak Ali bersama artis tapi saya tidak mengenali semuanya. Artis yang saya familiar dengan wajahnya adalah Daniel Mananta dan Cathy Sharon. Banyaknya liputan dan banyaknya artis yang berkunjung menunjukkan kalau bukan saya saja yang menganggap tahu tek Pak Ali ini lezat. Kalau orang sekarang bilang “rasanya nendang”. Kalau anda tertarik, silahkan mencoba. (*/sr)