AHAD PON, 2 JULI 2017
HALAMAN 13
E K O N O M I
HOBI AQUASCAPE HASILKAN
RP 20 JUTA PER MINGGU Pria berusia 32 tahun ini, memulai usaha aquascape dengan membuka toko bersama kedua rekannya di tahun 2010 bernama Aquajaya. Wendy yang saat itu gemar sekali dengan ikan hias mulai mempelajari seni menata aquarium, lantaran dirinya merasa aquarium yang dimilikinya selama ini tidak sebagus seperti yang dilihatnya di foto. “Akhirnya cari tahu. Harus ada tanamannya tempat dia sembunyi, untuk oksigen. Lalu tanaman apa saja yang bisa ditanam di air tawar. Kita cari tahu sampai ketemu konsep aquascape ini di tahun 2008,” ungkapnya dikutip dari detikFinance.com. Kemudian Wendy mulai belajar konsep tersebut bersama rekanrekan lain yang juga menyukai aquascape. Hingga akhirnya pada 2009-2010 konsep tersebut mulai banyak dikenal di Indonesia. Peluang tersebut lantas dimanfaatkannya untuk membuka usaha
aquarium ikan hias. Namun tidak hanya toko ikan hias biasa, Wendy lebih mengkhususkan usahanya ke konsep aquascape. “Aquascape itu sebenarnya seni menanam tanaman air tawar di dalam aquarium. Kaya kita bertanam saja tapi di air tawar, namanya aquascape. Secara global aquascape adalah seni menata aquarium baik air tawar maupun air laut,” jelasnya. Dengan modal awal sekitar Rp 50 juta, Wendy bersama Dody dan Ewin membangun toko Aquajaya. Usaha tersebut lalu dikembangkan secara bersama-sama hingga seperti sekarang ini, di mana omzet per minggunya mampu mencapai Rp 20-40 juta. Di toko miliknya, aquascape dengan ukuran aquarium 30x30 cm dijual dengan harga Rp 400 ribu. Harga yang dibanderol tergantung dari ukuran aquarium hingga desain yang ditampilkan. Sebab menurut Wendy, dalam
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
Bermula dari kesenangannya terhadap ikan, Wendy Kurniawan akhirnya menekuni seni menata aquarium atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah aquascape.
Aquascape karya Wendy.
membuat aquascape yang dihargai tinggi adalah nilai estetikanya. Bahkan tak jarang aquascape bisa dijual dengan harga lebih dari Rp 10 juta. “Harga variatif. Aquarium yang kita set sudah jadi 30 cm, Rp 800 ribu. Ini bisa dikatakan mahal di jasa mendesain. Karena aquascape bukan hanya dinilai dari isi harga tanamannya, tapi jasa desainnya. Kalau kita modal desain sendiri mungkin bisa setengahnya,” tutur Wendy. Dari tahun ke tahun Wendy merasa animo masyarakat terhadap seni aquascape ini semakin meningkat. Hal tersebut ditun-
jukkan dengan maraknya bisnis aquascape di sejumlah wilayah khususnya kota-kota besar serta promosi yang dilakukan di sosial media. Segmentasi pasarnya pun beragam, dari mahasiswa hingga pekerja kantoran. Bahkan tak jarang ada pelajar SMP ataupun SMA hingga usia lanjut ikut menyukai aquascape. “Alhamdulilah dari 2010 sampai sekarang animonya meningkat terus. Kebanyakan yang dateng ke sini, orang-orang kuliahan dan kantoran. cuma di komunitas juga kita nemuin anak-anak SMP, SMA atau
malah udah umur 50an,” terangnya. Ke depan, dirinya berencana untuk terus melanjutkan produksi komponen-komponen yang berkaitan dengan aquascape, seperti pasir, pupuk, dan media tanam, secara mandiri dengan brand Aquareset. Begitupun alat-alat lain yang diperlukan untuk membuat aquascape seperti filter dan lampu, yang hingga kini masih impor. “Nah kita Aquajaya sudah mulai impor sendiri. Biasanya ngambil dari distributor. Namanya sudah enggak lewat distributor pastikan lebih murah. Sudah kita coba beberapa bulan ini sih. Cuma kalau
dalam kuantitas yang ribuan lumayan selisihnya,” tukasnya. Dengan begitu, dirinya berharap usahanya tersebut bisa terus berkembang dan dapet menginspirasi anak muda lainnya untuk membuka usaha baik yang sejenis maupun usaha lainnya. “Zaman sekarang orang sudah gampang banget mau buka usaha. Kita tinggal modal sedikit, promote online, promo terus lama-lama juga akan besar. Jangan takut gagal saja. Kalau gagal, jangan nyerah, usaha terus. Namanya usaha pasti ada untung kadang buntung,” tegasnya. (*/win)
Pengamen Rintis
Radja Cendol Omzet Rp 50 Juta per Hari
Setiap hari secara rata-rata, Radja Cendol pusat bisa mendistribusikan sekitar 10.000 cup ke seluruh Indonesia. Pendapatan per hari diasumsikan Rp 5.000 per cup. Ini artinya per hari Danu bisa mencatatkan omzet per hari Rp 50 juta dan per bulan efektif 25 hari Rp 1,25 miliar. Jika bulan Ramadan, permintaan cendol bisa meningkat 30% setiap harinya. Menurut dia karena cendol sudah jadi primadona untuk takjil karena rasanya yang manis dan menyegarkan. Menurut dia, meskipun cendol dari pinggiran, Radja Cendol berupaya untuk membuat minuman ini memiliki nilai lebih dan tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
“Kami ingin cendol bisa terus bersaing dengan minuman dari luar negeri, kami ingin cendol bisa naik kelas dan kami akan gencar mengkampanyekan itu,” ujarnya, dikutip dari detik.com. k Juni 2014, merupakan tonggak sejarah Danu, dia mendirikan outlet pertama di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Modal awal yang digunakan untuk membangun kerajaan cendol ini adalah Rp 5-6 juta. Dia mengaku mendapatkan dana tersebut dari hasil mengamen dan menjadi supir temannya. “Memang dulu untuk modal awal saya mengamen di Blok M, karena memang berasal dari keluarga bangkrut jadi fight saja untuk bertahan hidup, terus saya juga pernah jadi supir teman dan dibayar Rp 1,5 juta, itu untuk cicil bikin gerobak,” kenang dia. Setelah modal awal terkumpul, Danu membuat rombong dan menggunakan tenda. Hal ini dilakukan agar tidak menghilangkan
Danu menunjukkan lapak cendolnya. Produk cendol karya Danu.
unsur tradisionalnya. Peluncuran hari pertama, Danu menjual cendol sebanyak 200 cup cendol. Sebenarnya, yang terjual benar-benar itu adalah 40 cup. Sisanya sebagai strategi
pemasaran, dia menggunakan buy 1 get 2 untuk menarik pasar, dan promosi itu efektif. Pertama kali launching, dia mendokumentasikan keramaian outletnya. “Dulu kan jamannya black-
berry messenger (BBM), saya langsung broadcast kalau ada peluang usaha terbaru yang bikin heboh, bikin macet dan pokoknya akan terkenal, besoknya, ada 3 orang dari Fatmawati, Bogor dan Banten yang langsung join franchise, itu yang bikin langsung balik modal,” ujarnya. Insting bisnis Danu memang sudah terasah, sebelum mengorbitkan Radja Cendol ini, dia sudah memikirkan usaha yang ia rintis saat itu akan diarahkan ke mana. Jadi saat launching dia sudah menyiapkan ‘alat perang’ seperti proposal franchise, formulir dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menjadi mitra. (*/win)
FOTO-FOTO: ISTIMEWA
Radja Cendol (Randol) kini sukses mengantarkan cendol sebagai minuman tradisional yang naik kelas. Pendiri Radja Cendol, Danu Sofwan menjelaskan, saat ini permintaan cendol terus meningkat.