AIRPORT JUNE 2022: LESSON LEARNED

Page 37

MEMIJAK BUMI MEMIJAK BUMI MEMIJAK BUMI MENATAP DUNIA MENATAP DUNIA MENATAP DUNIA JUNI 2 0 2 2

EDI T O R IAL EDI T O R IAL

PujisyukurkamipanjatkankepadaTuhanYangMahaEsa, karenaataskarunia-Nya,INKAdapatmenerbitkanedisibaru Airport yangberjudul“LessonsLearned:COVID-19Economic Saga,ThrowbacksandTransitionstowardsthe‘'NewNormal'”. Pertama, ucapan terima kasih kami tujukan kepada DepartemenIlmuHubunganInternasionalFISIPOLUGMatas dukungannyadalampenerbitanmajalahAirport.Selanjutnya, terimakasihkamisampaikankepadaKorpsMahasiswaHI UGMkarenatelahmemberikesempatanbagimahasiswaHI UGM untuk menyalurkan kecintaan pada topik-topik hubunganinternasionaldanbakatdalammenulis.Taklupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua kontributor yang telah berkontribusi dalam proses penyusunanmajalahAirportedisiJuni2022ini.

Padaedisiini,kamimemilihtopik“LessonsLearned:COVID-19EconomicSaga,Throwbacks andTransitionstowardsthe‘'NewNormal'”mengingatkeadaanglobaldalamaspekekonomi, sosial,danpolitikyangsudahmulaimemasukititikterangdarikemelutpandemiCOVID-19.Di tengahkeadaanduniayangmulaipulihdarikrisispandemi,kaliini Airport akanmenyajikan pembacadenganrubrik-rubrikmenarikyangmembahasfenomenayangterjadiselamakrisis pandemiCOVID-19,antaralainadalah inequality aksesibilitasvaksinantaranegara global northdanglobalsouth,realitaekonomipolitikterkaitpengadopsiankebijakanproteksionisme, kemunduran demokrasi di berbagai negara serta implikasinya, respons organisasi internasionaldalammenanganipandemi,danlain-lain.Topik-topiktersebutakandikupas untukmenunjukkanpartisipasiberbagaiaktordilingkupnasional,regional,maupunglobal kalamenyongsongpemulihankondisidarikrisis,sertaevaluasidaridinamika-dinamikaaktor tersebut.

Dengandemikian,majalah Airport edisiJuni2022diharapkandapatberperanmenjadi saranaedukasibagipembacamengenaiisu-isuhubunganinternasionallewatkontenyang disajikandalammajalahini.Kamimenyadaribahwamajalah Airport edisiJuni2022masih jauhdarikatasempurna.Makadariitu,kritikdansarandaripembacaakansangat bermanfaatbagikamiuntukmeningkatkankualitasmajalahAirportdipenerbitanselanjutnya. Akhirkata,kamimengucapkansalamdanselamatmembaca!

PemimpinRedaksi:GembongHanung,RachmaniaUtamiTsalasaPutri,danJessicaDevyAyuningtyas

Layouter:NathaniaEzraMarulamManurung

TimRedaksi: IreneJihanChatarina,OktavianusBimaSaputra,M.RayhanKurniaRahman,SayyidAl Murtadho,FransiscaOctavianiPanjaitan,GembongHanung,JessicaDevy,RachmaniaUtami,Yulida NurainiSantoso,M.Sc.,MarshaPhoebe,YuliaEsti,GraciaAyni,RizkyDemas,AudreyAvathari,Hanna TrishantiTamba,FarrelRakha,SatriaAdya, MarioAdenBayu,IndiraFikriAmalia,&RifkaAnnisaHakim

PenanggungJawab:FransiscaOctavianiPanjaitan

DAF T A R ISI DAF T A R ISI

HIGHLIGHT FOCUS # 1 PUISI FOCUS # 2 FOCUS # 3 INSIGHT AIRPORTPEDIA OPINI RESENSI BUKU RESENSI FILM SUBMISI SENI TOKOH REKOMENDASI REFLEKSI REFERENSI TEKA - TEKI SILANG TIM REDAKSI 4 8 11 12 15 16 21 22 24 26 28 29 30 33 35 37 39

Menjelangtigatahunpascadiketahuinyakasuspertamadi Wuhan,Cina,pandemiCovid-19telahmemberikanbanyakpelajaran tentang lemahnya jaringan arsitektur kesehatan global yang kita miliki. Perbedaan akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai, tidak meratanya distribusi vaksin, hingga terhambatnya proses produksi akibat Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) menjadi sedikitpotonganceritadarigambaranbesartentangketimpangan dalam masa ini. Hingga saat ini, masih terdapat perbedaan kemampuan yang cukup kontras dalam upaya negara-negara di kawasan global north dan global south dalam membangun herd immunity masyarakatnya. Berdasarkan penjelasan yang tertera dalamUNNews(2022),negaraberpendapatanmenengahkebawah baru mampu memberikan vaksin kepada 13% masyarakatnya dari total populasi. Angka tersebut jauh berbeda apabila kita melihat vaccinationratedinegaraberpendapatanmenengahkeatasyang rata-rata sudah mencapai 70% dari total populasi. Dalam menganalisis permasalahan ini, penulis melihat bahwasanya prevalensi “Vaccine Nationalism” di berbagai negara maju di kawasan global north dapat menjadi penyebab tak terwujudnya premis “No one is safe until everyone is safe.” Lalu, apa korelasi langsung antara “Vaccine Nationalism” dengan instabilitas arsitekturkesehatanglobal?

Untuk menjelaskannya, tulisan ini akan disusun sebagai berikut.Pertama,tulisaniniakanmembahasmengenaimaknadari vaccine nationalism dan mengapa terdapat negara yang menganutnya. Selanjutnya, akan ada pengulasan mengenai pengaruh dari pemahaman tersebut terhadap ketimpangan arsitektur kesehatan global antara global north dan global south. Sesudahitu,akandijelaskanlangkah-langkahapasajayangtelah dilakukanberbagaipihakuntukdapatmereduksiketimpanganyang ada. Di akhir, tulisan akan ditutup dengan rangkuman terhadap poin-poin penting dari apa yang telah diuraikan pada bagianbagiansebelumnya.

A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T
IRENE JIHAN CHATARINA & OKTAVIANUS BIMA SAPUTRA

Bollyky & Bown (2020)

memandang bahwasanya

“vaccine nationalism” dapat

dilihat sebagai pendekatan

negara untuk mendahulukan akses vaksin terhadap warga

negaranya di tengah

kelangkaan yang ada di dunia; “negara saya yang pertama”.

Tindakan ini dilakukan dengan

membayar lebih para produsen

vaksin guna mendahulukan

pesanan negara tertentu

dengan jumlah yang sudah

disesuaikan dengan populasinya. Sebagai bukti, AstraZenecasebagaisalahsatu produsen vaksin dunia, menjanjikan 611 juta dosis

vaksin kepada negara yang

berpendapatan menengah ke atas dan hanya 291 juta dosis kepada negara yang

berpendapatan menengah ke bawah(Kretchmer,2021).Kasus yang sama pun turut terjadi pada produsen layaknya Pfizer danModerna.

Dalam paradigma realis, adanya paham vaccine

nationalisminidapatdimengerti sebagai suatu hal yang sudah

selayaknya terjadi dikarenakan

sifat negara yang pasti akan mengedepankan kepentingan nasionalnya terlebih dahulu.

Para pemimpin negara terlihat dengan nyata memprioritaskan kesehatan dan keamanan

masyarakat negaranya sendiri daripada memperlambat

penyebaran Covid-19 di tempat

lain atau membantu melindungi perawatan kesehatan di negara yang lebih rentan (Bollyky & Bown, 2020). Padahal, jika kita urai,permasalahanpandemitak akan selesai apabila para aktor tidak bahu-membahu untuk salingmembantu.

Tragediinitentunyaberkelindan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu negara baik dalam bidang politik, ekonomi, ataupunsosialdanbudaya.

Akan tetapi, munculnya paham vaccine nationalism ini dapat menjadi pemicu munculnya ketimpangan yang sangat merugikan negara berpendapatan menengah ke bawah. Apabila dilihat secara sekilas, sudah dapat dipetakan negara mana saja yang

terdampak dari adanya ketimpangan tersebut, yaitu negara-negara yang berada di kawasan global south seperti negara-negara di kawasan

AfrikadanPapuaNugini.Menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah, sulit baginya untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pesta ekonomivaksinyangdiramaikan oleh negara-negara “kaya” dari wilayah global north seperti Amerika, Inggris, dan lain sebagainya. Tanpa adanya koordinasi atau kerja sama global, ketimpangan vaksin ini akan diperburuk dengan

timbulnya tawar-menawar vaksin sehingga harga vaksin serta bahan bakunya akan mengalami kenaikan (Bollyky & Bown, 2020). Jika hal tersebut

terjadi, maka negara-negara dari wilayah global south dapat merasakan kesusahan dan keputusasaan dalam menangani pandemiCovid-19.

A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T

Takberhentipadakenaikan

harga dan kelangkaan

komoditasvaksin,dalamjangka

panjang, ketidakadilan ini juga

dapat berkontribusi pada

lambatnya pemulihan ekonomi global yang kini

mengedepankan

interdependensi. Sebagaimana

dijelaskan dalam situs resmi

Kementerian Keuangan Republik

Indonesia (2021), pemulihan

ekonomi pasca pandemi

berkaitan erat dengan

pembukaan kembali sektorsektor penghasil pendapatan dan pemberian stimulus yang

masif bagi sektor terdampak

dari pemerintah. Premis tersebut menjadi problematik

mengingat adanya kesenjangan distribusi vaksin yang

menghambat kesiapan

masyarakat untuk kembali bekerja secara offline. Secara langsung,isuinidapatmenekan pendapatan negara dan berdampak pada proyeksi pertumbuhan ekonomi tahunan.

Sebagaibuktinyata,padatahun lalu, World Bank mencatatkan pertumbuhanekonomiIndonesia sebesar3.6%ditengahpeliknya penanganan pandemi. Angka tersebut terlihat timpang

apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat yang mencapai 6.9% pada tahun yang sama.

Ketimpangan tentu terlihat apabiladatainidikomparasikan

dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018. Menurut Bank

Indonesia (2018), pada tahun 2018 Indonesia mencatatkan pertumbuhansebesar5.17%.

Disisilain,menurutWirayani (2018) AS mencatatkan pertumbuhansebesar3.1%meski terjebak pada masa resesi dan perang dagang. Dalam menanggapi ketimpangan akses terhadap vaksin, para aktor di lingkup internasional seperti GAVI, CEPI, dan WHO telah mendirikan COVAX sebagai upaya untuk mengatasi disparitas yang ada. Menurut laporan Morrison, dkk. (2020), COVAX bertindak sebagai marketplace di mana negara global north dan global south bisamendapataksesyangsama terhadap stok vaksin dan berbagaifasilitaskesehatan.

Lebihlanjut,Morrisondkk.(2020) turut menggarisbawahi eksistensi AMC (Advanced Market Commitment) yang bekerja untuk mengamankan stok vaksin bagi 92 negara berpendapatan menengah ke bawah.Namun,eksistensiCOVAX ini tak serta-merta menghilangkan tragedi vaccine nationalism dan ketimpangan yangdihasilkannya.

A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T

MenurutHorner(2021),per15September2021,COVAXbarumampu mendistribusikan280.5jutadosiskeseluruhdunia.Jumlahitutentu terhitung kecil apabila dibandingkan dengan jumlah rata-rata penduduk di negara global south. Tak hanya itu, sebagian besar dosistersebutturutdiberikankepadanegaraglobalnorthlayaknya Inggris yang pada nyatanya telah memulai pemberian vaksin boosterdanimunisasianakdisaatyangbersamaandenganAfrika yangmasyarakatnyamasihkesulitanmencarivaksindosispertama.

Maka dari itu, dapat

dinyatakan bahwa sampai saat ini, langkah disrupsi yang dilakukan oleh

berbagai pihak guna

mengurangi ketimpangan

akibat vaccine nationalism masih minim dan kurang efektif. Kendati berbagai

aktor seperti WHO telah memberikan beragam peringatan terhadap hal atau paham tersebut, masih terdapat banyak negara yang mengabaikannya dan melanjutkan aksinya dalam rangka memenuhi keinginan dan kepentingan negaranya yang dapat dianggap sebagai suatu hal yang egois.

Melihatdampaknyayangdestruktif, tragedivaccinenationalismagaknya telah memberikan kita petunjuk dalam memperbaiki celah dalam arsitektur kesehatan global. Selain pemerataan kesiapan fasilitas kesehatan, para aktor yang ada dalam berbagai bagian juga harus membangun solidaritas untuk saling membantu dan berpegang teguh pada premis “No one is safe until everyoneissafe.”Pandemibukanlah artileri yang mampu dikendalikan dan mengenal batas yurisdiksi negara. Sifatnya yang mampu melewati batas-batas negara membutuhkan sikap proaktif tidak hanya dari pemerintah melainkan juga masyarakat untuk saling bekerja sama dan mengurangi ketamakannyamasing-masing.

A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - H I G H L I G H T

We have been living in a world with Covid-19 pandemic for almosttwoyears.Notingthatglobalhealthisapublicgood,there isasignificanturgetohandlethepandemic.Oneofthewaysisto distribute vaccines equally around the world. However, inequality still persists as a result of unequal power relations between the NorthandtheSouth.RetrievedfromTheNewYorkTimes,morethan 68% of the population in the United States, Canada, and Europe havebeenfullyvaccinated.Ontheotherhand,vaccinationinboth the Middle East and Africa is still under 55%, thus reflecting the disproportionate number of the world’s vaccination rates. Hence, this article would seek to explain why this inequality occurs and why vaccine scarcity is mostly found in developing countries by synthesizing two arguments: 1) unequal power relations among countries around the world, and 2) the reluctance of pharmaceuticalcompaniestorevokeitspatent.

First,theunequalpowerrelationsbetweentheNorthandthe Southinvaccinationcouldbetracedbackbyscrutinizingactions taken by the former, that is gatekeeping vaccines for its population. In the global North, Covid-19 vaccines have been successfullydevelopedinunderayearthroughmassivefundingfor research and development for both technologies and vaccines (Paremoer, 2021). Meanwhile, in the global South, the efforts to develop vaccines are still not sufficient enough in fulfilling the population’sneeds.Hence,itisimpliedthattheglobalSouthdoes nothavesufficientoradvancedtechnologiesfordevelopingitsown vaccines. The articulated narrative then arrived at the same conclusion: it is too complicated to transfer newly developed technologiestotheglobalSouth,astheyarelackingexpertsand technologiststooperateit.Forexample,theEUarguedthatdosesharingismoreefficientthantechnologytransfer.

Furthermore, the existence of ‘vaccine apartheid’ exacerbates the ongoingunequalpowerrelations.Vaccine apartheidshowshowvaccinedistribution is not equal, and therefore, produces a gap between developed and developing countries in terms of handling the pandemic. In June 2021, more than two billion doses had been distributed globally, with 85% administered in highincomecountries(Paremorer,2021).

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 1 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 1

Economic resources, including the ability to purchase the vaccines, worsen the ongoing unequal vaccine distribution. High-income countries have more access to pharmaceutical companies to receive vaccinesearliertosecurethevaccinesfor theircitizens.Onthecontrary,low-income countries could not afford to buy, as well as to fund RnD for vaccine development. This indicates how the current economic disparity affects the unequal distribution of vaccines which leads to the different abilitytosurvive.

Thesecondreasonforvaccinescarcity indevelopingcountriesistherejectionby Global North and pharmaceutical companies to waive vaccine patents. Intellectual property rights (IPRs), including vaccines, are guaranteed by WTO’s TRIPS (Trade-Related Intellectual Property Rights). This agreement allows a creatortopreventothersfromutilizingthe creation without the creator’s permission and gain an economic advantage by requiringotherstopaytousethecreation (WTO, n.d.). However, during a global pandemic with millions of deaths, TRIPS hasbecomeastumblingblockforCovid19 vaccination efforts since TRIPS limits access to Covid-19 vaccine research and technologies for rapid local production. Consequently, India and South Africa called for a TRIPS waiver to prevent, contain, and treat Covid-19 in October 2020(WTO,2021).Sincethen,theproposal has been supported by the WHO, the US president, and over 100 countries, includingChinaandRussia(Hunteretal., 2022).

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 1 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 1
ILLUSTRATION BY ECONOMIST INTELLIGENCE UNIT ( 2021 )

Nevertheless, the proposal was blocked by the TRIPS council and WTO ministerial council (PH Movement, n.d.). Until now, the ideastillfacedstrongoppositionfromGlobalNorth,especiallythe EUandseveralEuropeancountries,andpharmaceuticalcompanies. The EU argues that the TRIPS waiver will not increase vaccine production due to a lack of manufacturing capabilities. This reasoning is proven incorrect since countries such as India and Bangladeshhavethenecessaryequipmentintheirfactorybutare constrainedbyvaccineIPRs(HRW,2021).TheEUalsobelievesthat the COVAX scheme that allocates vaccines for low-income countriesismoreeffectivethantheTRIPSwaiver.Thisargumentis alsountruebecauseCOVAXonlyaimstocover20percentofworld vaccine demands (HRW, 2021). In addition, the companies also refusedtotransfertheirvaccinemanufacturingtechnologythrough WHO-initiated Covid-19 Technology Access Pool (Amnesty International, 2022). These actions were driven by a for-profit tendency that the companies have pursued even before the pandemic. This fact is ironic, to say the least, because the company'ssuccessindevelopingmRNACovid-19vaccinesisbased onyearsofpublic-fundedresearch(NolenandStolberg,2021).

Positive trends have been seeninAstraZeneca’swillingness to share knowledge and technology with 20 supply partners worldwide (Amnesty International, 2021). However, this is not enough. Global North and pharmaceutical companies must act now to support equal vaccine distribution. Failure to do so will create a devastating impactontheworld.

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 1 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 1

millionsofstarsacrossthenightsky illuminatingthecreviceswithinourhearts wehumbleourselvesbeforesuchelegance andgrantthemnamesinasilentwhisper

wenamethingswedon'tunderstand hopingthatwewon'tbeleftinthedark prayingwe’llgrowdaringenoughtoembrace wishingwecancometolovethem

YOUR PARAGRAPH TEXT

weonceheldordinaryforgranted thoughtforeverwasinourhands buttheuniverseshrank,enclosingonus we’releftcoveringourmouthsuntiloutofbreath thusthebreakofdawnisuponoureyes aftermonthsofdrowninginapitch-blacksea butthecloserwearetothathorizon wemustask,isitthesameshore?

soagainwe’releftintheunknown uncertaintyawaitsbeyondthatskyline thistimewehoped,weprayed,wewished wenamedthisournewfamiliarity andlearntocallithome

A I R P O R T 2 0 2 2 - P U I S I " M E A N I N G S , B E G I N N I N G S " A I R P O R T 2 0 2 2 - P U I S I " M E A N I N G S , B E G I N N I N G S "
INDIRA FIKRI AMALIA

Itwasasswiftasthewindblowstothenexthill,themomentsbefore thepandemic.Onedayweweresimple-minded,sittingatourdesks laughingoverthejokeswesaidinbetweenthestudybreaks,andthe next,wehada2-weekbreakthatprolongeditselftotwoyears.

Thenarrativeaboveissomethingthatmanystudentsfeltwhen thepandemicfirststartedandthesuddenchangeswithinlearning thathadtooccur.Schoolswerecloseddown-mostlikelyalongside thecheersofstudentsthinkingthiswasafunshortholiday-and educationwashaltedandthenshiftedtobeingsomewhatremote. While it seemed like online learning was simply a shift in the medium used in the process of learning, the effects and repercussionsitshowedweremuchmoresignificant,especiallyto thosewhoarelessprivilegedinthesituation.

The narrative above is something that many students felt when the pandemic first startedandthesuddenchanges within learning that had to occur.Schoolswerecloseddown - most likely alongside the cheers of students thinking this was a fun short holiday - and education was halted and then shifted to being somewhat remote. While it seemed like online learning was simply a shift in the medium used in the process of learning, the effects and repercussions it showed were much more significant, especiallytothosewhoareless privilegedinthesituation.

Access to education has already been a long-standing issue within society, where those within the low socio-economic class havefacedissueswithopportunitiesandbarriersthatvaryheavily. And yet, the entry of COVID-19 has further expanded upon this educationgap,inwhichaccesstotheinternet,technology,ornew mediumsandmethodsoflearningweremuchlessaccessiblewithin marginalized communities (Currie, 2009). Access to a stable connection or even equipment to support this alternative type of learningmaystillbeheavilyunavailable.Mostmayhaveheardor experiencedabruptdisconnectionduringaZoommeeting;however, theproblemsmarginalizedgroupsfacearemuchmorecomplicated (UNICEF, 2021). For example, they do not even have access to the zoom app in the first place or have any access to the internet connection.

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 2 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 2
FRANSISCA OCTAVIANI PANJAITAN

UNICEF(2021)identifiesa significant problem within our educational system in which there seems to be muchmorefocusoncreating equality rather than education equity. The current education trajectory focuses on creating a onesize-fits-all solution instead of understanding socioeconomic and cultural differences that may affect learning for every student. Different communities need differentapproachesdespite being under the same educational system. Hence, there’scriticismtowardsthe Indonesian Government becausetheyaimtocreatea more technology-based education system, despite the current inequality of accessthatpersists.

Inthefaceofthepandemic,thestudentswhopursueeducation toescapefromtheconstraintsoftheirstatusarenowfacedwitha barrier that further disadvantages them. That is an ever-present difference in online learning experiences, reflecting on a more significant issue. While remote learning may prove a minor inconveniencetoone,itmaybecostingachild’sdreaminanother. The time lost to both internet and online access inadequacy may prove damaging to the future of our generation’s socio-economic gap.Asthepandemiccontinuesandhitsotheraspectsoflife,those in a more disadvantaged situation may face layers of problems, including a decrease in family income and lack of access to healthcare,whichworsensthesituation.Sightsofchildrenworking instead of leisurely enjoying the process of learning are more commonduetothepandemic.Inasense,itisalmostasifachain reaction has occurred among those less fortunate (Hanushek & Woessmann,2020).

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 2 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 2

Whileallthathasbeensaidwithin this discourse is relatively common knowledgetomostpeople,actionsthat prove effective in counteracting the issues have yet to occur. Ensuring equality in education and attempts to create equality through programs have been done in various ways - such as Kemendikbud’s attempt to pursue nonformal education - yet in its implementation,theefforttobuildsuch educationsystemfaceddifficultiesdue to its inherent rigidness i.e heavily strict in its practices. Suppose this is whatismeantby“theneedforequityto counter this situation” or in Layman’s terms,theneedtoassesseverycaseon its own to cater to and facilitate the learningprocessitaims.

Solving the tip of the iceberg of the issue concerning the disparitiesreliesonwhetherornotwearewillingtolookpastour tendenciesandaskthepeople—inthiscase,thestudents—aboutthe education process they truly need. On the verge of high walls seekingtotearthedreamsofthesechildren,simplytearingdown the socio-economic borders would not do, instead, understanding whatneedstobechangedforthewallsnottoriseagainmayprove tobetheonlywaytoliftthepandemiccurseontheyouthswhoare lessfortunate.

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 2 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 2

"Penyebaran virus COVID-19 agaknya menuntut negara-negara untuk saling bahu-membahu dengan negara sekawasan, salah satunya adalah dengan memanfaatkan keberadaan organisasi regional untuk memfasilitasi kerja sama tersebut. Uni Eropa, sebagai salah satu entitas supranasional terbesar, diharapkan dapat memberikan respons mitigasi pandemi yang tepat waktu, tepat sasaran, dan terkoordinasi dengan baik. Harapan tersebut bukanlah tanpa alasan mengingat tingginya tingkat kelembagaan yang dimiliki oleh Uni Eropa (Nugrahani, et al., 2021)—karena hakikatnyayangmemegangotoritaslebihtinggidaripadanegaranegara anggota yang dinaungi. Akan tetapi, realitanya, beberapa pakarkesehatanpublikmenyatakanbahwaUniEropagagaldalam memberikan respons kolaboratif yang efektif dalam menangani krisis pada periode awal karena adanya hambatan birokrasi yang menyebabkan fragmentasi dalam implementasi kebijakan secara domestik di negara-negara anggota (Gontariuk, et al., 2021.)

Terlebih lagi, kinerja Uni Eropa yang kurang optimal juga terlihat dalam miskalkulasi pendistribusian vaksin ke negara–negara anggota, sehingga menyebabkan penyebaran vaksin yang lambat dan tidak merata. Pemesanan vaksin dalam jumlah banyak yang terlambat, penurunan suplai vaksin, dan lamanya proses persetujuan dari pihak-pihak yang mengatur distribusi obat di Eropa menjadi beberapa faktor yang menyebabkan kekacauan distribusi vaksin COVID-19 di bawah otorisasi Uni Eropa (Henley, 2021.)Artikeliniakanmenguraiargumenkamimengenaikegagalan UniEropadalammelakukanmitigasiwabahdanmelakukaneksekusi penyebaranvaksinCOVID-19."

PadaMaret2021,enamnegara Uni Eropa melayangkan surat kepada European Commission mengenai bagaimana vaksin tidak terdistribusi secara merata di antara negara-negara di Uni Eropa. Keenam negara tersebut ialah Austria, Kroasia, Ceko, Bulgaria, Slovenia, dan Latvia. Mereka sepakat bahwa ketidakmerataan ini disebabkan oleh sistem di dalam Uni Eropa yangmelanggengkandisparitasdi antara negara anggota (Amaro, 2021). Selain itu, kritik juga ditujukan oleh kelembagaan European Centre for Disease ControlandPrevention(ECDC).

Menurut pejabat publik dari Belgia, kepemimpinan ECDC selama pandemi dikendalai olehketidaksiapandilevelUni Eropa terhadap risiko krisis kesehatan. Kritik-kritik tersebutkemudianmengamini pendapat Gros (2022) bahwasanya problematika yang dihadapi oleh Uni Eropa adalahkompleksitasdidalam proses decision-making yang berimplikasi pada munculnya berbagai kegagalan di level implementasi, termasuk ECDC di dalam melakukan mitigasi pandemiCovid-19.

A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 3 A I R P O R T 2 0 2 2 - F O C U S # 3
GEMBONG HANUNG, JESSICA DEVY AYUNINGTYAS, & RACHMANIA UTAMI TSALASA PUTRI

Arusperjalananmanusiayangsalahsatunya termanifestasididalamaktivitaspariwisatatelah lama menjadi diskursus penting dalam hubungan internasional. Lebih dari dua dekade yang lalu, Prof. Dr. Mohtar Mas’oed telah mencoba untuk menelaah fenomena pariwisata dalam lanskap ekonomi-politik.

“...industri wisata bukan persoalan yang bisa dipandang secara hitam putih. Banyak nuansa yang harus dipertimbangkan.”

Prof.Dr.MohtarMas’oeddalambukuEkonomi-PolitikInternasional danPembangunan

Apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Mohtar Mas’oed tersebut nyatanya dapat kita lihat relevansinya dengan kondisi pariwisata globalsaatini,utamanyapadaperiodepandemiCovid-19.Menurut laporan dari UNWTO (World Tourism Organization), tahun 2020 merupakan tahun terburuk dalam sejarah bagi pariwisata global. Angka-angka statistik menunjukkan berbagai penurunan yang sangat drastis, mulai dari potensi pendapatan, jumlah kunjungan, hingga lapangan pekerjaan. Fenomena ini pun lagi-lagi mampu memperjelas adanya ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik di dalamsektorpariwisata.Lalu,bagaimanalanskapekonomi-politik internasionalmelihatfenomenaini?

Untuk menjawabnya, AIRPORT mengadakan sesi wawancara khusus denganMbakYulidaNurainiSantoso,M.Sc.,salahsatudosenmata kuliahEkonomiPolitikPariwisatadalamHubunganInternasional.

Pertama-tama, seperti apa Mbak Yulida melihat fenomena pariwisata di tengah pandemi Covid-19? Aspek ekonomi-politik apa yang paling mencolok?

"Sebagai salah satu sektor yang terhantam paling keras oleh pandemi Covid-19 dan kebijakan pemerintah yang mengikuti, industri pariwisata dipaksa untuk mencari strategi baru dalam waktu yang cepat. Penekanannya di sini ada pada kata ‘cepat’. Bagibanyaknegaraberkembang,industripariwisatanyadirancang untuk menerima wisatawan mancanegara sehingga penutupan batas antar negara dan opsi mobilisasi berdampak secara langsung pada mata pencaharian banyak orang. Industri pariwisatanyadipaksauntukhibernasi."

A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T
BERSAMA YULIDA NURAINI SANTOSO, M.SC. 1.

"Menurut Mowfurth dan Munt (2008), terpuruknya industri pariwisatasebuahnegaraadalahcontohriilglobalisasi.Salahsatu karakteristik globalisasi adalah pembangunan yang tidak merata dantidakadil.Iayangmemilikimodaldankapasitas,akansemakin maju. Sementara yang kalah, dipaksa untuk bersaing dengan mengikutitren/strukturglobalyangada.Akibatnya,adadisparitas dannegara-negaratertentulebihrentandaripadayanglain.Dalam kurun waktu yang lama, negara rentan akan semakin rentan daripada sebelumnya. Dalam perspektif umum, yang masuk dalam kategori ini adalah negara berkembang karena ia sangat mengandalkanindustriyangkesuksesannyajugabergantungpada faktor eksternal i.e. jumlah wisatawan, wisatawan asing, inbound tourists."

"Menurutsaya,pandanganinimenarik.Tetapidampakglobalisasi kinitidakdikotomissepertidulu(i.e.maju-mundur,kalah-menang). MarikitalihatIndonesiasebagaicontoh.Indonesiaadalahcontoh negarayangdigambarkandiatas.Iadikategorikansebagainegara berkembangdanjugamengandalkanindustripariwisatanyasebagai sumberdevisa.Lebihlagi,industripariwisatanyabanyakditujukan untuk wisatawan asing, sehingga pandemi Covid-19 memaksa kegiatan pariwisata untuk berhenti total. Menariknya, Indonesia dengan cepat dapat menangkap tren baru yang sekaligus mengubahdiskursuspariwisata.Newtourismataupariwisatabaru adalahfasebarudalamdiskusimengenaiwisatadunia.Iamelihat ‘ke dalam’ untuk menemukan nilai dari kegiatan wisata. Sebagai ilustrasi,berwisatadengantinggaldengansebuahkomunitasdalam rangka menerapkan wisata berkelanjutan, berwisata dengan menetap (staycation) alih-alih berwisata dengan banyak kota tujuan,memilihwisatavirtualsebagaigantidarimendatangilokasi wisata di luar negeri. Sayang, tren ini terlambat ditangkap oleh pemerintahsehinggapengembangandanpendampingannyamasih ditahapyangsangatawalhinggakini."

"Kembali ke argumentasi globalisasi, dalam pandangan saya keterpurukan akibat pandemi justru memaksa negara-negara yang rentan untuk kreatif dalam waktu yang singkat dan peka dalam melihat peluang yang ada dengan sumber daya yang dimiliki. Ada push factor yang tinggi untuk tetap bertahan di saat sulit. Saya kira akan menarik untuk melihat apakah push factor yang sama berlaku untuk negara maju yang juga berkembang dari industri pariwisatanya. Tentu saja, hal ini bergantung pada model pemerintahannya. Sebuah penelitian menemukan bahwa negara dengan sistem pemerintahan sosial demokrasi cenderung lebih mudah berkembang sistem pemerintahannya dibandingkan negara yang demokratis."

A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T

2. Ketimpangan ekonomi, sosial, serta politik terkadang sering kali dilupakan ketika kita membicarakan pariwisata. Agaknya ketimpangan ini makin terlihat jelas saat sektor pariwisata menjadi yang paling terdampak akibat pandemi. Menurut Mbak Yulida, siapakah aktor yang paling dirugikan dan siapakah yang memiliki kuasa (power) terbesar untuk mampu memperbaiki kondisi ini?

"Pariwisata sedang perlahanlahan mencari wajah yang baru. Dariindustriyangsecaradominan fokus pada unsur komersialnya sebagai ‘industri’ yang mencari untung dengan memanfaatkan destinasiataupotensiyangada,ia berubah menjadi pariwisata yang fokus pada nilai-nilai yang lebih intrinsik. Artinya, bagaimana pariwisata tersebut berjalan sangatbergantungpadanilaiyang ingin diperkenalkan, dan sebagai konsekuensi biasanya diarahkan pada konsumen tertentu yang memiliki kesamaan minat dan ketertarikan. Sebagai contoh, wisata(preservasi)alambiasanya akan membuat wisatawan berinteraksi dengan alam secara intensif,destinasinyadikelolaoleh komunitas setempat, dan mendatangkan keuntungan yang digunakan untuk memberdayakan komunitas tersebut agar lebih maju.Contohlainnya,wisatayang mengadopsiteknologi.

Teknologi digunakan untuk menembus jarak dan batas. Perjalanan ke luar negeri dan penerbanganyangpanjangtidak lagi relevan karena dapat diakses dengan penggabungan virtual reality dan pariwisata. Implikasinya pada wisatawan jelas, wisata menjadi lebih mudah. Bagi pelaku usaha, technological advancement ini memaksa mereka untuk lebih kreatif dalam memberikan opsi wisata dan harus selalu memantautren.Perubahanyang seperti ini membuat pelaku dalam industri pariwisata harus mengeksplorasiperanyanglebih luas. Misalnya, agen wisata kini perlu melihat cara untuk bersaing agar dapat dijangkau oleh lebih banyak orang dengan mempertimbangkan fakta bahwa tren virtual tourism banyak diminati wisatawan karena hasslefree."

"Dalamkonteksnewtourismini,menurutsayakekuatanutamaada padakomunitasyangmengelolanya.Adapergeserandaripelakuusaha yang mengelola pariwisata secara komersial dengan tujuan mendapatkan keuntungan semata. Komunitas pengelola memiliki tantangan untuk mempertahankan nilai destinasi wisatanya, di atas keuntungan.Dalamusahanyauntukmemajukandirimakakomunitasini perlu menerapkan good governance dengan akuntabilitas, arah, efektivitas, dan supervisi yang jelas. Semakin kredibel komunitas ini, semakinbesarpotensinyauntukberkelanjutan."

A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T

"Tentu tren dan industri pariwisata belum sepenuhnya bertransisisepertiyangsayagambarkandiatas.Yangkitarasakan di titik ini adalah transisi tahap awal. Banyak adaptasi yang sedang berjalan sehingga masih banyak hal yang belum bisa dilihat secara jelas. Misalnya, bagaimana new normal nantinya akan mengubah wajah industri pariwisata dunia? Apakah model usaha yang mengikuti nilai keberlanjutan menguntungkan dalam jangkapanjang?Olehkarenaitu,selainkomunitaspengelolaperlu membekali diri dengan manajemen yang baik, tugas pemerintah adalahuntukmendampingihinggakomunitasdapatberdikaridan membina usahanya sendiri. Dalam konteks new tourism tugas pemerintahyangpalingutamaadalahuntukmemberikanruangdan stimulasiuntukmemajukanindustripariwisatayangadaptifdengan perkembangandankebutuhan."

3. residensi Indonesia untuk G20 menjadi momentum penting dalam upaya menggerakkan kembali sektor pariwisata global. Salah satu yang telah dilakukan adalah melalui “The 1st Tourism Working Group 2022” yang telah menghasilkan Bali Guidelines. Digitalisasi, ekonomi kreatif, dan investasi dianggap menjadi kunci penting bagi pemulihan pariwisata global. Bagaimana Mbak Yulida melihat momentum ini? Apakah G20 nantinya mampu menghasilkan output yang inklusif bagi komunitas lokal? Mengingat mereka juga memiliki peranan yang signifikan bagi industri pariwisata.

"Dalampandangansaya,momentumG20adalahmurnisebuah momentum semata. Ia belum bisa dijadikan tolok ukur untuk melihat progres, terutama dalam melihat Bali Package dan turunannya karena sifatnya adalah pedoman. Namun demikian, yangdapatkitacermatiadalah (a) siapa saja yang yang terlibat di dalam proses penyusunan pedoman ini, dan (b) proses komunikasi yang berlangsung di dalam penyusunannya (i.e. topdown, evidence-based approach, etc.). Selama penyusunan guidelines tersebut tidak melibatkan komunitas resipien secara langsung maka dampaknya akan kecil juga untuk komunitas yang dirancang sebagai resipien dari kebijakan tersebut. Sebagai ilustrasi,jikakitamenjahitsebuahbajuuntukoranglainyangtidak hadir dalam proses pengambilan ukuran, maka selalu ada kemungkinan baju tersebut tidak pas. Sama halnya dengan penyusunan dokumen dengan nilai strategis seperti ini. Selain keterlibatan, cara berkomunikasi juga sangat menentukan efektivitas sebuah kebijakan. Dengan model komunikasi dalam penyusunan kebijakan yang bersifat top-bottom, maka keluaran tidak akan bisa menangkap kebutuhan riil yang ada dalam kehidupannyata.Adakemungkinanakanjarakantarapemahaman kognitifpemerintahdanrealitabagimasyarakatyangmenjalankan kesehariannya."

"Hal ini juga berlaku dalam menganalisis keluaran prioritas Indonesia saat memegang posisi ketua ASEAN tahun depan (2023). Oleh karena itu, menurut saya pertanyaan ini baru bisa kita tilik kembali dan jawab setelah kepemimpinanIndonesiadiG20berakhir,karena ujianyangsebenarnyaadapadasaatmomentum ketua sudah tidak ada dan keluaran tersebut tetapharusdijalankan."

A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T

"Saya sepakat sepenuhnya dengan Prof Mohtar Mas’oed mengenai perlunya memahami pariwisata sebagai industri yang kompleksdansalingberkaitansatusamalain.Sebagaiorangyang mempelajaripariwisatadarisudutpandangekonomipolitik,maka pentingbagikitauntukselalucermatakankebijakanyangdiambil pemerintah di sektor ini. Di masa kini, keputusan pemerintah adalahsebabatauakibatdarifenomenaglobalyanglebihbesar. Sehingga keputusan yang diambil pemerintah pasti memiliki dampak secara sosial-ekonomi di tingkat nasional dan akar. Sebagaiorangyangmempelajariilmusosialdanpolitik,sayakira tugas kita yang paling berdampak adalah untuk mengawal kebijakan yang berpotensi mematikan daya saing komunitaskomunitas kecil yang merupakan bibit new/smart tourism. Salah satucarayangmudahadalahdenganmenulistentanghaltersebut dalambentukopini,membentuksebuahpenelitiandst."

"Sebuah refleksi yang berkenaan dengan pembangunan pariwisata, khususnya di Indonesia, adalah realita bahwa kebudayaan Indonesia yang ‘katanya’ mendunia, masih belum ditranslasikanmenjadisebuahkekuatansoftdiplomacy.Kitamasih dibelakangnegara-negarasepertiKoreaSelatandanJepangyang menyentuh pelosok dunia dengan hallyu wave dan japanese rock atau anime-nya. Jika pun ada, kekuatan budaya Indonesia yang paling mendekati popularitas ini direpresentasikan oleh Indomie yang besar di daratan Afrika dan Asia. Tugas pemerintah yang selanjutnya adalah untuk mentranslasikan kekuatan “wayang”, “keris”, dan “Indomie” Indonesia menjadi sesuatu yang bernilai lebihstrategis."

4. Terakhir, menyambung argumen Prof. Dr. Mohtar Mas’oed di atas, nuansa-nuansa apa saja yang menurut Mbak Yulida penting untuk diperhatikan di dalam membicarakan ekonomi-politik pariwisata saat ini? Apa yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi aktor-aktor yang terlibat guna menciptakan iklim pariwisata yang lebih kondusif dan inklusif pada periode pascapandemi? ***

Semoga hasil w a w ancara AIRPORT dengan Mbak Y u lida mamp u menjadi insigh t bagi para pembaca dalam memahami pari w isa t a global sebagai seb u ah fenomena y ang t idak dapa t dilepaskan dari lanskap ekonomi - poli t ik in t ernasional

A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T A I R P O R T 2 0 2 2 - I N S I G H T

Inthebeginning,INKA’sIRCCT team reached out to fellow friends from Scanity who were also in the process of formulating their webinar, Diskusjon. It started with the idea of collaborating both webinars into a joint webinar encompassing a broad topic that would bring forth different perspectivesregardingachosen issue. When stumbling upon the climatechangediscourse,itwas likefindingaredstringthatcan connect both webinars into an interestingoutput.

However, INKA’s IRRCT team also wanted to bring something new to the table. In relation to Sweden’s climate diplomacy, we delved into exploring a region thatservesasoneoftheearth’s most crucial biomes; the Artic. Thisinternationalregionishome to the renowned Arctic Council, which is an organization that maintains artic affairs. Sweden being an artic state completely sealed the deal for us to invite Mr.SandiSaputra,thefounderof thePolarInstituteIndonesia.Mr. Saputra delivered an exciting presentation about the Arctic Council’s role in maintaining arctic climate policies and the connection between Indonesia and the Artic as climatesensitiveregionsthatexperience the effects of global warming firsthand.

IThe issue of climate change has long been discussed and mainstreamed, but we were lookingforwaysinwhichwecan createawebinarthatisoriginal, authentic,andcontributetothe discourseinnewways.Theeveramazing Scanity team managed toinvitetheSwedishEmbassyin Jakarta as a speaker, noting Sweden’s ground-breaking efforts in spearheading climate diplomacy. The embassy was representedbyMr.GustavDahlin astheDeputyHeadofMissionat the Embassy of Sweden in Jakarta. Mr. Dahlin delivered an excellent presentation on Sweden’s climate efforts domestically and internationally by highlighting the spirit of pioneeringthepossible.. N K A

A I R P O R T 2 0 2 2 - A I R P O R T P E D I A A I R P O R T 2 0 2 2 - A I R P O R T P E D I A
IT STARTED WITH REACHING OUT FOR A COLLABORATION, AND IT ENDED IN A SATISFYING SUCCESS.

Theexistenceofanti-vaxxershas always been controversial. I believe thateveryonehastheirliberties,and yes, they may choose whether to be vaccinated or not. However, we acknowledge that vaccine has become an essential part of the world'seffortsinceweneedtobuild herd immunity to deal with the pandemicandnewnormal.

YULIA ESTI YULIA ESTI

Inmyopinion,whattheanti-vaxxerdoingseemsincompatible with what the world has been struggling with. Yes, people can choose what they want, but if we have access to the vaccine, obviouslyit'sbettertobevaccinated—atleasttoprotectourselves and the people around us. I think the main reason for the emergence of anti-vaxxers is the lack of understanding and information about the vaccine itself. A lot of hoaxes also play a part in this case. Whatever our opinion is, let's take care of our safetyandhealth,solet'sgetvaccinated!

A I R P O R T 2 0 2 2 - O P I N I A I R P O R T 2 0 2 2 - O P I N I

GRACIA AYNI GRACIA AYNI

Eksistensikelompokanti-vaxxerdapat dikatakan sebagai fenomena menarik sekaligus miris menimbang bagaimana pandemi telah berimplikasi negatif bagi hampirsemuaaspekkehidupanmanusia. Penolakan mereka terhadap kebijakan vaksinasi berpotensi menghambat program pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19. Menurut saya, hal ini menunjukkan urgensi intensifikasi kualitaspendidikandansosialisasivaksin sehinggamisinformasidapatdihindari.

Selainitu,menurutsaya,terdapatfaktorlainyangmenghalangi eradikasigerakananti-vaksin,yaknikonseppsikologisosialbernama confirmation bias, dimana individu bertendensi mencari informasi pendukung kepercayaan pribadi dan mengabaikan data kontradiktif (Nickerson,1998).Situasiinimengakibatkan,terlepasdarisosialisasi tentang vaksinasi oleh pemerintah, akademisi, maupun profesional, informasi tersebut tak mencapai telinga atau mata dari kelompok anti-vaksin. Confirmation bias pun didukung oleh algoritma media sosial yang cenderung menunjukkan postingan, gambar, dan infografis berdasarkan preferensi pengguna (Germani & BillerAndorno, 2021). Jadi, ketika pengguna mencari informasi seputar anti-vaksin, maka artikel yang diperlihatkan oleh mesin pencarian atau laman media sosial hanya memperlihatkan informasi yang sesuaidenganpemikiranmereka.

In my opinion, the existence of antivaxxersisaviolationofhumanrights.Itisa fact that COVID-19 poses health risks that endangers all of humanity. Human rights allowustodowhateverwewantaslongas it doesn't harm other people. Not receiving vaccines and even consistently promoting vaccine refusal without a valid basis directlyamplifiestheriskofvirusexposure. Thisactionendangersthehealthofothers. Therefore,thepresenceofanti-vaxxerscan besaidasaviolationofhumanrights.

RIZKY DEMAS RIZKY DEMAS

One argument that explains the existence of anti-vaxxers is the human tendency toward confirmation bias, namely a tendency to supportthebeliefsthathavebeeninstilledinthemselvesandavoid information that provides alternative explanations. This is exacerbatedbythehumantendencytoliveinourownbubbles,which is when we only spend time with groups whose thoughts align with ours. If our group and environment are not receptive to new ideas, thenitisobviouslydifficulttochangeourbeliefsandconsequently leadtoasenseofself-righteousness.

A I R P O R T 2 0 2 2 - O P I N I A I R P O R T 2 0 2 2 - O P I N I

Book title: The Handmaid’s Tale

Writer: Margaret Atwood

Total page: 311

Year published: 1985

Publisher: McClelland and Stewart

ISBN: 0-7710-0813-9

In light of the recent havoc wrecking the planet — from an ongoing pandemic to the threat of WorldWar3—thefutureofthisworld became a frequent topic of discussion and ponder to many, prophesying a nuclear war and AI invasion among others as a disastrous end to our civilization. MargaretAtwoodofferedhertakeon this in the feminist dystopian fiction novel: The Handmaid’s Tale — speculating a future of patriarchal totalitarian rule and its subjugation ofwomenandtheirindividuality.

The United States of America is now Gilead, a tyrannical dictatorship led by a “Puritanical” regime, enforcing an austere socialstructureandrestrictionstoallofitscitizens,particularlyto women. Offred, being one of only a few fertile women left, is a Handmaid whose only purpose is to give birth to children of the Commanders. In a world where she’s a mere ‘two-legged womb’, whereherrealidentityisbrandedforbidden,andwhereeverymove is watched by ‘The Eyes’, she has to fight to maintain her sanity, femininity,andindividuality.

Thenewrealityseemshopeless-thatisuntilOffreddiscoversan underground resistance group against the Gilead regime, Mayday. Through the codeword ‘May Day’, spying at and collecting information from the elites, and whispers of gossip among the members of the group, Mayday silently rebels and seeks to overthrow the regime. As their freedom to read, write, and act is stripped, language became the only weapon women have against oppression. In the midst of a bleak reality, the existence of the Mayday resistance gives a sense of solidarity and an opportunity forcooperation;itbroughtpeacetoOffredandshinesalighttothe possibilityofchangeforthebetter.

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I B U K U A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I B U K U

Dubbedaspeculativefictionratherthanascience-fictionnovel, alloftheoccurrencesintheHandmaid’sTaleareinspiredbyreal historical events, conjuring a harrowing realization that a future similar to Gilead is very much possible. In Atwoord’s own words, ‘There’s nothing in the book that hasn’t already happened.” For instance,Gilead’schildbirthandanti-abortionlawareinspiredby 1967 Romania’s Decree 770 that enforced restrictions on abortion and contraception, monthly pregnancy monitoring was mandatory, and procedures were tightly observed by special police; the Handmaids’ assigned name ‘Offred’, ‘Ofwarren’ to signify the possession of their Commanders echoes how African slaves would begivenEnglishnamesandtheirmaster’slastname;lastly,public executionsinthebookaresaidtobeinspiredbytheSalemWitch Trials.

Though it was published in 1985, parallels can still be drawn towards the current international political happenings - especially to the Taliban’s occupation in Afghanistan. LiketheHandmaidswiththeir‘wings’, women in Afghanistan are told to wear a face veil; and like the Handmaid's who walk doubled, women in Afghanistan can’t travel freely.TheHandmaid’sTaleistrulya mustreadthatwarnsusofwhatthe futureholdsforhumanityifwedon’t learnfromourmistakesinthepast.

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I B U K U A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I B U K U
(ThisarticlewasfirstpublishedbyINKA’sIRDeeper)
(ThisarticlewasfirstpublishedbyINKA’sIRDeeper) (ThisarticlewasfirstpublishedbyINKA’sIRDeeper)

If Indonesian cinema is to be described in one word, “diverse” immediately comes to mind. From beloved Young Adult romances to blockbusterhorrorfilms–Indonesian cinema has seen a recent rise in internationalrecognition,andWregas Banuteja’s Photocopier/Penyalin Cahaya (2021) is one that has skyrocketed.Photocopier’smasterful storytelling and originality serve as a landmark in Indonesian cinema, but the shocking sexual assault allegations of one of its writersserveasareminderthatartisrarelyapurereflectionofits creators.

Making its premiere at the Busan International Film Festival, Photocopierfollowsauniversitytheatercompany,specificallyone ofitsmembers,Sur(playedbySheninaCinnamon).Surisahardworking scholarship student, under strict and conservative parentage,workinginthetheatercompanyasthewebsitedesigner to boost her repertoire for her scholarship. The theater company putsonaspectacularshow,andtocelebrate,theyholdaparty.Sur reluctantly goes and enjoys herself, but what she did not expect was for inappropriate photos of her to surface the next day. Alongsideherfriend,Amin(playedbyChiccoKurniawan),whoworks at the nearby campus photocopier, they investigate the incident, but end up uncovering an even darker and more shocking web of eventsintheprocess.

Backdroppedagainstamoodyanddark Jakarta, with elements of traditional Indonesian culture laced throughout, Photocopier makes you realize just how close these themes are. The brilliant thing aboutPhotocopierisitsnuancedexploration ofsexualassault.Itdoesn’tsimplyadvocate against it, but asks deeper questions, such as:inwhatwayscanyoubecomplacent?In what ways are the perpetrators protected? To what degree can you trust those you believeareinnocent?Whatjustificationsdo the perpetrators use for themselves? What darklengthscansomeonegotointhename of“inspiration”?

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I F I L M A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I F I L M

Afterfinishingthismovie,itisonlynaturaltoconsideritasan overwhelmingly positive triumph – its message against sexual assault strong and inspiring. Thus, to discover that one of its creators was committing the very crime the film is against was beyond heartbreaking as a viewer. Henricus Pria, one of the (now uncredited)writers,wasfoundtohavecommittedsexualassaultin the past. Suddenly, every emotion felt for this film turned on its head.Iusedtothinktheworstthingonecouldfeelforamovieis disappointment,butturnsout,thatfeelingbetrayedisfarworse.As aviewer,youareleftwithachoicetomake–doyoustilllovethe film,ordoyounowdespiseit?

Perhaps you are able to do both. Perhapsforsomeofyou,separatingthe artfromitsartistisahealthychoiceto make considering art is very rarely a purereflectionofitscreators,andmore soanideal.Perhapsforothers,artand artists are too closely intertwined, and thus cannot be separated. There are a million arguments for each case and there is no definitive answer. But with caseslikePhotocopier,choosingwhatto do becomes exponentially harder consideringitsmaterial.Moviesarenot medicine–theyaresimplystories.They can be brilliant, triumphant, and even life-changing, but they can also serve ascruelremindersthatwearenotasfar alongaswethinkweare.Photocopieris an enigma – one of well-deserved admiration, but also one of important questioning.

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I F I L M A I R P O R T 2 0 2 2 - R E S E N S I F I L M
HENRICUS PRIA HENRICUS PRIA the alledged sexual abuser who works as photocopier's scripwriter
A I R P O R T 2 0 2 2 - S U B M I S I S E N I A I R P O R T 2 0 2 2 - S U B M I S I S E N I
ART BY RIFKA ANNISA HAKIM

Pada tahun 2014, pasukan ISIS menyerbu desa kecil bernama Kocho di Irak. Sekitar 10.000 minoritasYazidididesaitudibantai dan ribuan perempuan diculik, termasuk pelajar berumur 19 tahun yang bernama Nadia Murad. Nadia menghabiskan sisa tahun itu diperdagangkan sebagai budak. (Clooney, 2017). Selama menjadi budak, Nadia mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik sehingga ia memutuskan untuk kabur, ia berhasil kabur berkat kelalaian penjaganya(Collard,2018).

Sekarang, Nadia dijuluki “Pengungsi Irak Paling Terkenal” oleh media massa di barat (Collard, 2018). Julukan ini bukan tanpa dasar – sejak ia kabur, ia tidak pernah lagi mau dibungkam dan dikendalikan.NadiaMuradtelahberbicaradiPBB,bertemuPresiden Amerika Serikat (Morin, 2019) dan Paus Fransiskus (Mares, 2018), diangkat sebagai Goodwill Ambassador di UNODC, dan bahkan memenangkan penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2018 (Budgen, 2018). NGO yang ia bentuk, Nadia’s Initiative, telah membantu daerah utara Irak membangun kembali, sementara aktivisme nya terus berlanjut, memperjuangkan hak korban genosidadanrehabilitasikorbankonflik.

FARREL RAKHA ARYASATYA – 479943
NADIA NADIA MURAD MURAD

Tempo Institute (https://tempoinstitute.com/)

Ada banyak banget kelas-kelas yang ditawarkansamaTempoInstitute,misalnya ada kelas jurnalistik, pengembangan diri, komunikasi, sampai bisnis. Nah, temanteman pembaca AIRPORT bisa ikut kelas daringdariTempoInstitutesesuaidengan kebutuhanmasing-masing.Adakelasyang gratis dan ada juga yang berbayar–semuanyabakaladasertifikatnyakok.

2. Kompas Institute(https://institute.kompas.id/)

Hampirmiripsamasebelumnya, Kompas Institute juga menawarkan kelas-kelas seputar jurnalistik, pengiklanan, penelitian, komunikasi, sampai kelas visual dan fotografi. PembacaAIRPORTyangberminatbisa memilih kelas yang diinginkan dan setelah menyelesaikan kelas bakal akan ada sertifikatnya juga. Kebanyakankelasyangadaberbayar sih,tapiworthitbangetkok!!!

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E K O M E N D A S I A I R P O R T 2 0 2 2 - R E K O M E N D A S I
1.

Foreign Policy Playlist

1. (https://shows.acast.com/612d51c9c6e18e00145085c9/episodes)

“Each week here at Foreign Policy, we interview one person for an intimate, narrative-driven conversation about something timely and important in the world. Our guests are people who have participated directly in events, either as protagonists or eyewitnesses. We get them to tell a story about their experience, not just offer their analysis. That approach is driven by the feeling here at Foreign Policy that to understand our world to grasp the complexities and nuances of our time we need to get as close to the source as possible.”

2. Activism, Meet Impact (https://open.spotify.com/show/7KjTCGlC21rEOaP61UN0Ri? si=d735f73369dc484d)

“If you're passionate about people + planet, you're in the right place. Novel Hand is where activism meets impact. We believe that you can make an impact- in your career, in your relationships, and with your actions. We share sustainable and equitable solutions to humanitarian issues to help you do good. // On the full-length podcast, we talk with activists and leaders about how they create sustainable and equitable impact with new episodes every Wednesday morning.”

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E K O M E N D A S I A I R P O R T 2 0 2 2 - R E K O M E N D A S I

(https://www.youtube.com/c/JamesKerLindsay/featured)

(https://www.youtube.com/channel/UCwnKziETDbHJtx78nIkfYug/jo in)

Everwonderedwhatisgoingonin the global political realm? Or just questioningwhytheongoingconflict insomepartsoftheworldisstillleft unnoticed? Caspian Report will be the best visual resource for you to understandthoseglobalphenomena. There’sprobablynoother15minutes video that will give you a better explanation of geopolitics issues thantheCaspianReport.

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E K O M E N D A S I A I R P O R T 2 0 2 2 - R E K O M E N D A S I
in exploring international relations’ most serious and pressing issues around the
JoinProfJamesKer-Lindsay
globe, through the lens of history,politics,andlaw.
Prof James Ker-Lindsay 1. 2. Caspian Report Prof James Ker-Lindsay is a research associate at the London School of Economics and Oxford University and visiting professor attheUniversityofKent.HeholdsaPhDinInternationalConflict Analysisandhaspublishedoveradozenbooksonethnicconflicts, territorialdisputes,secessionanddefactostates.

Bolehjadidalamsejarahnya,perkuliahandiHIUGM(danbahkan di berbagai institusi pendidikan lainnya) tidak pernah dilakukan dalammodeldaringselamalebihdariduatahun.Modelyangjauh berbeda daripada sebelumnya ini mengharuskan staf dan mahasiswa untuk beradaptasi, termasuk dalam menjalin interaksi satu sama lainnya. Di lingkup DIHI, kehadiran KOMAHI UGM tentu sudah tidak perlu disangsikan lagi. Selain sebagai wadah aspirasi mahasiswa HI UGM, KOMAHI juga aktif berperan dalam mewadahi bakat dan minat anggotanya. Meskipun demikian, dalam situasi pandemiinikitaperluuntukmerefleksikankembalikehadirankorps mahasiswaini.SeberapajauhKOMAHIberperanbagimahasiswadan sepertiapatantangandanperubahanyangdihadapinya.

Kami telah memilih dua mahasiswa dari dua angkatan yang berbeda untuk memberikan opininya terkait dengan hal ini. Opini pertama disampaikan oleh Satria Adya Firhansyah (HI 2020 ) mengenai peran KOMAHI dalam merespons permasalahan yang akhir-akhiriniseringmunculdipermukaan,yaknikesehatanmental mahasiswa.Selanjutnya,MarioAdenBayu(HI2019)menyampaikan opininya terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamKOMAHIUGM.

Sejauh ini ekspektasi kamu terhadap KOMAHI seperti apa? Apakah sudah sesuai dengan apa yang kamu harapkan?

Sejauhiniakuberekspektasibahwatemanteman di KOMAHI periode ini adalah temantemanyangmemilikikemampuandankapabilitas yang sangat baik. Aku berekspektasi bahwa proker-prokerbisaberjalandenganbaikdanaku jugaberekspektasiuntukmenjadikanKOMAHIini rumah bagi teman-teman semua. Dari ekspektasi-ekspektasi ini ekspektasi pertama sejauh ini sudah terbukti, without a doubt

teman-teman di KOMAHI sangat sangat keren dansangatcapabledalammengerjakanapapun tugas mereka. Sejauh ini proker juga berjalan dengan baik dan mudah-mudahan akan seperti itusampaiakhirkepengurusan.Untukekspektasi terakhirakumerasamasihbisaditingkatkanlagi dan aku dan teman-teman yang lain akan berusaha untuk mewujudkan ekspektasi ini agar

teman-teman KOMAHI lebih dekat dan merasa belong di KOMAHI. Semoga harapan-harapan ini bisaterwujud.

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E F L E K S I A I R P O R T 2 0 2 2 - R E F L E K S I

Salah satu isu paling sering muncul di kalangan mahasiswa adalah mengenai kesehatan mental dan karena itu menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh KOMAHI sebagai himpunan mahasiswa. Kalau menurut Satria bagaiamana KOMAHI seharusnya mampu merespons isu ini?

Selama pandemi ini menurut Mario apa perubahan paling signifikan dari KOMAHI UGM? Selain itu secara kultural apa yang paling membuat KOMAHI UGM terlihat berbeda?

Sebagaibagiandalamkepengurusanperdanayangberdinamika secara penuh di tengah pandemi, saya merasa bahwa interaksi yang dilakukan sebagian besar teman-teman di KOMAHI UGM dan bagaimanaorganisasiinimenempatkandiri,padakontekstertentu, mengalami pergeseran guna menyesuaikan kondisi yang sangat dinamis. Interaksi internal dan eksternal turut kita perhatikan dengan mengadaptasi komunikasi jarak jauh, walaupun kerap kali relasi untuk membangun kedekatan interpersonal perlu kita diskusikan kembali tetapi cara ini juga dilakukan agar informasi menjadisemakininklusif.

Sementaraitu,padaberbagaidiskusimengenaikultur di KOMAHI UGM, saya rasa sebagian besar organisasi mahasiswa, pada derajat tertentu, telah dan sedang mengalami perubahan eksistensi yang signifikan. Hal tersebut dilatarbelakangi terutama karena semakin menginternalisasinya diskursus liberalisasi ekonomi di ranah perguruan tinggi, serta pandemi yang semakin mempercepathaltersebutterjadi.Olehkarenaitu,KOMAHI UGM perlu terus berupaya untuk menampakkan sisi ‘unik’ dari organisasi mahasiswa guna dapat menyaingi diskursustersebutyangdariwaktukewaktuakanmenjadi dominandengancaramengartikulasikanprogram-program yangmendukungkesejahteraanmahasiswa.

A I R P O R T 2 0 2 2 - R E F L E K S I A I R P O R T 2 0 2 2 - R E F L E K S I

REF E R E NSI REF E R E NSI

HIGHLIGHT HIGHLIGHT

BankIndonesia.(2018).LaporanPerekonomianIndonesia2018.

Bollyky,T.,&Bown,C.(2020).TheTragedyofVaccineNationalismOnlyCooperationCanEndthePandemic. https://www.wto.org/english/tratop_e/trips_e/techsymp_290621/bown_pres2.pdf

Horner,R.(2021,September17).Covaxmissesits2021deliverytarget–what’sgonewronginthefightagainst vaccine nationalism? The Conversation. https://theconversation.com/covax-misses-its-2021-delivery-targetwhats-gone-wrong-in-the-fight-against-vaccine-nationalism-167753

KementrianKeuanganRepublikIndonesia.(2021,July28).PemerataanPemulihanGlobalPerluTerusDidorong denganVaksinasi.Fiskal.kemenkeu.go.id.https://fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers-detil/311

Kretchmer,H.(2021,January6).Coronavirus:Whatisvaccinenationalism,howitaffectsus?WorldEconomic Forum.https://www.weforum.org/agenda/2021/01/what-is-vaccine-nationalism-coronavirus-its-affects-covid-19pandemic/

Morrison,J.S.,Carroll,A.,&Bliss,K.E.(2020).IsItPossibletoAvertChaosintheVaccineScramble?(pp.1–7). CenterforStrategicandInternationalStudies(CSIS).

TheWorldBank.(2021,December16).ProspekEkonomiIndonesia,Desember2021:CakrawalaHijau,MenujuNegara dengan Pertumbuhan Pesat dan Rendah Karbon. World Bank. https://www.worldbank.org/in/country/indonesia/publication/indonesia-economic-prospects-december-2021

UN News. (2022, March 10). UN rights chief leads call for global COVID-19 vaccine equity. UN News. https://news.un.org/en/story/2022/03/1113672

Wirayani, P. (2019). Pertumbuhan Ekonomi AS di 2018 Gagal Capai Target Trump. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20190301071144-17-58270/pertumbuhan-ekonomi-as-di-2018-gagalcapai-target-trump

FOCUS # 1 FOCUS # 1

AmnestyInternational.(2021).ADOUBLEDOSEOFINEQUALITYPHARMACOMPANIESANDTHECOVID-19VACCINES CRISIS.London:AmnestyInternationalLtd. AmnestyInternational.(2022).MONEYCALLSTHESHOTSPHARMA’SRESPONSETOTHECOVID-19VACCINESCRISIS. London:AmnestyInternationalLtd.

Holder, J. (2022). Tracking Coronavirus Vaccinations Around the World. Retrieved 13 April 2022, from https://www.nytimes.com/interactive/2021/world/covid-vaccinations-tracker.html HRW. (2021). Seven Reasons the EU is Wrong to Oppose the TRIPS Waiver. Retrieved 13 April 2022, from https://www.hrw.org/news/2021/06/03/seven-reasons-eu-wrong-oppose-trips-waiver Hunter,D.,etal.(2022).AddressingVaccineInequity—Covid-19VaccinesasaGlobalPublicGood.NewEngland JournalOfMedicine,386(12),1176-1179.doi:10.1056/nejme2202547 Nolen,S.,&Stolberg,S.(2021).PressureGrowsonU.S.CompaniestoShareCovidVaccineTechnology.Retrieved 13April2022,fromhttps://www.nytimes.com/2021/09/22/us/politics/covid-vaccine-moderna-global.html PHMovement.TheIndiaSouthAfricaWaiverProposal:documentsandcommentary-People'sHealthMovement. Retrieved13April2022,fromhttps://phmovement.org/the-india-south-africa-waiver-proposal/ WTO.(2021).WAIVERFROMCERTAINPROVISIONSOFTHETRIPSAGREEMENTFORTHEPREVENTION,CONTAINMENTAND TREATMENT OF COVID-19. Retrieved from https://docs.wto.org/dol2fe/Pages/SS/directdoc.aspx? filename=q:/IP/C/W669R1.pdf&Open=True

WTO. MODULE I INTRODUCTION TO THE TRIPS AGREEMENT. Retrieved 13 April 2022, from https://www.wto.org/english/tratop_e/trips_e/ta_docs_e/modules1_e.pdf

FOCUS # 2 FOCUS # 2

Currie,J.(2009).Healthy,Wealthy,andWise:SocioeconomicStatus,PoorHealthinChildhood,andHuman CapitalDevelopment.JournalofEconomicLiterature,47(1),87–122.http://www.jstor.org/stable/27647135

Hanushek, E., & Woessmann, L. (2020). The Economic Impacts of Learning Losses. OECD. Retrieved from https://www.oecd.org/education/The-economic-impacts-of-coronavirus-covid-19-learning-losses.pdf

NURSAMSU,S.,ADIWIJOYO,W.,&RAHMAWATI,A.(2021).EducationforAll?AssessingtheImpactofSocio-economic DisparityonLearningEngagementDuringtheCOVID-19PandemicinIndonesia.ERIADiscussionPaperSeries. Retrieved from https://www.eria.org/uploads/media/discussion-papers/ERIA-Research-on-COVID-19/Educationfor-All_Assessing-the-Impact-of-Socio-economic-Disparity-on-Learning-Engagement-During-the-COVID-19Pandemic-in-Indonesia.pdf

OECD | Equity in education: The key to a robust recovery. (2022). Retrieved 10 May 2022, from https://www.oecd.org/coronavirus/en/education-equity

Sikirit,D.(2020).TheChallengesofHomeLearningduringtheCOVID-19Pandemic.Retrieved10May2022,from https://www.unicef.org/indonesia/education-and-adolescents/coronavirus/stories/learning-home-during-covid19-pandemic

SocioeconomicImpactoftheCOVID-19PandemiconHouseholdsinIndonesia:ThreeRoundsofMonitoring Surveys. (2021). Retrieved from https://www.unicef.org/indonesia/media/13106/file/SocioEconomic%20Impact%20of%20COVID-19%20on%20Households%20in%20Indonesia.pdf

FOCUS # 3 FOCUS # 3

BBCNews.(2022).Covid:What’stheproblemwiththeEUvaccinerollout?.Diaksespada27Mei2022dari https://www.bbc.com/news/explainers-56286235

Gontariuk, M. et al. (2021). The European Union and Public Health Emergencies: Expert Opinions on the ManagementoftheFirstWaveoftheCOVID-19PandemicandSuggestionsforFutureEmergencies.Front.Public Health9(698995),1-10.doi:10.3389/fpubh.2021.698995

Gros,D.(6April2021).TheRootsoftheEU’sVaccineDebacle.ProjectSyndicate.Diaksespada27Mei2022dari https://www.project-syndicate.org/commentary/eu-covid19-vaccination-failure-by-daniel-gros-2021-04 Henley,J.(2021).EUleadersbegintofeelheatoverslowCovidvaccinerollout.Diaksespada23Meidari https://www.theguardian.com/world/2021/feb/03/eu-leaders-begin-feel-heat-slow-covid-vaccine-rollout Kingsland,J.(20Agustus2021).EUslowandinefficientinearlyCOVID-19response,saysreport.MedicalNews

Today. Diakses pada 23 Mei 2022 dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/eu-slow-inefficient-andhampered-by-bureaucracy-in-early-covid-19-response Nugrahani,H.S.D.etal.(2021).ASEANandtheEUinhandlingtheCOVID-19outbreak:Acomparativestudy between supranational organizations. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, 716, 1-7. doi: 10.1088/1755-1315/716/1/012073

Silvia,A.(21Maret2021).EuropeanUnioncountriesclashoverunequalvaccinedistribution.CNBC.Diaksespada 27 Mei 22 dari https://www.cnbc.com/2021/03/15/austria-other-eu-countries-complain-over-unequal-vaccinedistribution.html

OPINI OPINI

Nickerson, R. S. (1998). Confirmation bias: A ubiquitous phenomenon in many guises. Review of General Psychology,2(2),175–220.https://doi.org/10.1037/1089-2680.2.2.175

Germani,F.,&Biller-Andorno,N.(2021).Theanti-vaccinationinfodemiconsocialmedia:Abehavioralanalysis. PLOSONE,16(3),e0247642.https://doi.org/10.1371/journal.pone.0247642

TOKOH TOKOH

Budgen,M.(2018,November23).ThestoryofNadiaMurad,theNobelPeacePrizewinnerwhohadthecourageto tellherstory.RetrievedfromLifegate:https://www.lifegate.com/nadia-murad-nobel-peace-prize-2018

Clooney,A.(2017).Forewords.InN.Murad,&J.Krajeski,TheLastGirl:MyStoryofCaptivity,andMyFightagainst theIslamicState.NewYork:TimDugganBooks. Collard,R.(2018,July13).HeHelpedIraq’sMostFamousRefugeeEscapeISIS.NowHe’stheOneWhoNeedsHelp. RetrievedfromTime:https://time.com/longform/nadia-murad-isis-refugee-omar-jabar/ Mares,C.(2018,December20).PopeFrancisMeetsNadiaMuradasNobelPrizeWinnerAdvocatesforAfghan Women.RetrievedfromNationalCatholicRegister:https://www.ncregister.com/cna/pope-francis-meets-nadiamurad-as-nobel-prize-winner-advocates-for-afghan-women Morin,R.(2019,July19).IraqirefugeeNadiaMuradtoTrump:ISISkilledfamily.Trumpresponds:'Wherearethey now?'.RetrievedfromUSAToday:https://www.usatoday.com/story/news/politics/2019/07/19/nadia-murad-isiskilled-my-family-trump-asks-where-they-now/1783546001/

Across

3. Salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesiapadatanggal6Juli1967

4. Nama belakang Presiden Amerika Serikat yang mencanangkan empat belas butir prinsip atau the Fourteen Points pasca-Perang DuniaIuntukmencegahterjadinyaperangserupa

8.AUSTRALIA,UK,&US

9. Nama traktat intemasional yang disusun dengan tujuan menyepakati komitmen untuk mereduksi produksi zat yang berbahayabagiozon

DOWN

1.NamadepandariBapakEkopol-InternasionalIndonesia

2.NegarayangseringmenolakTimorLestemenjadianggotaASEAN

5.PemegangPresidensiG20sebelumIndonesia

6. Kebijakan luar negeri Jepang yang menandakan periode isolasi PolitikIsolasiJepang

7.NamarevolusiyangdilakukanolehsalahsatupartaidiUniSoviet di bawah Presiden Vladimir Lenin untuk menggulingkan pemerintahanAlexanderKerensky

FransiscaOctavianiPanjaitan GembongHanung JessicaDevyAyuningtyas RachmaniaUtamiTsalasaPutri

IreneJihanChatarina OktavianusBima Saputra

M.RayhanKurniaRahman, SayyidAlMurtadho, FransiscaOctaviani Panjaitan,Gembong Hanung,JessicaDevy Ayuningtyas,&Rachmania UtamiTsalasaPutri

MarshaPhoebe YuliaEsti GraciaAyni RizkyDemas

FarrelRakhaAryasatya GembongHanung, JessicaDevy Ayuningtyas,& RachmaniaUtami TsalasaPutri

YulidaNurainiSantoso, M.Sc.

AudreyAvathari HannaTrishantiTamba

SatriaAdyaFirhansyah MarioAdenBayu

IndiraFikriAmalia RifkaAnnisaHakim

NathaniaEzraMarulamManurung

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.