Dramakala 8

Page 4

4

Edisi 8 - April 2012 BERITA UTAMA

“MUSUH POLITIK” JUARA, “WONG ASU” DAN “REPORTOAR AIR” NOMINE. “Pelaksanaan dramakala Fest secara keseluruhan sudah bagus. Karena ada ruang alternatif untuk pertemuanpertemuan antara civitas akademik dengan non-akademik yang masuk ke dalam ruangan akademik itu.” Rizal Nasti, ketua Indraja (Ikatan Drama Jakarta Barat)

B

erkaitan dengan pernyataan Jose Rizal Manua, salah satu dewan juri dramakala fest 2012, bahwa drama pendek bukanlah memendekkan drama yang tidak pendek, maka pertunjukan Musuh Politik oleh Teater Pohon sebagai grup terbaik peraih dramakala Award dalam dramakala Fest 2012 tampak melakukan hal itu. Maka, pertunjukan berlangsung dengan tingkat ketegangan dramatis yang cenderung dipaksakan. Sehingga Sang Jenderal yang selalu tegang terus menerus memproyeksikan vokal dan stilisasi tubuh menjadi serak, tegas dan kaku, menjadi type karakter militer yang licik dan keji. Sementara otot dan urat tubuh seolah dipaksa berkontraksi, seakan bisa menjadi klimaks tiada tara kalau darah akan muncrat. Drama-sastra “Musuh Politik” seakan bergeser ke drama tubuh “Sang Jenderal”, membawa karakter itu pada keasingan bagi ruang dan peran lain, hingga waktu hampir menjadi batu. Stage Corner Community sebagai nominator Dramakala Award 2012 melakukan adaptasi dari cerita pendek WongAsu karya Seno Gumilar Aji Dharma, menjadi drama yang tidak berpijak pada konvensi kebanyakan. Tiga tudung serupa kukusan nasi yang dibalik, menjadi sumber cahaya seperti lampion membentuk konfigurasi tiga lingkaran semu di bawahnya. Peran ibu dan anak lelakinya yang bertingkah laku seperti anjing dan bekerja sebagai pemburu anjing, harus memendam dendam karena dianggap sebagai “wongasu” secara “wongasu” dengan sangat “wongasu”oleh masyarakat. Siapa yang mampu me”wongasu”kan dengan sukses selain “wongasu” itu sendiri ? Drama tiga puluh menit yang mengajak kita merenungkan kehidupan saat ini, masih memiliki beberapa kelemahan aksentuasi dramatik dari teknik artikulasi yang mampu diusahakan. Apakah itu disebabkan oleh keberpihakan penggalian dramatik yang menitik-beratkan pada psikologi pemeranan yang berlebihan? Walau pun begitu, bentuk-bentuk stilisasi tu-

buh dan suara yang dilahirkan (baca :ekspresif) sudah mendorong pembentukan karakter peran ke arah type yang koreografis cukup mampu menggelitik bawah sadar untuk merasakan “bulu kuduk berdiri” menyaksikan pertunjukan. Teater Gates dari Rangkasbitung sebagai nominator Dramakala Award 2012 menyajikan pertunjukan yang berjudul Reportoar Air. Drama yang merupakan karya eksplorasi filosofis

Pentas “Musuh Politik”

tentang air dari beberapa bentuk dan fungsinya dalam kehidupan ini, dimainkan oleh beberapa remaja dengan setting menutup lantai panggung dengan plastik untuk menampung air yang tumpah. Pertunjukan mengelola idiomidiom tradisi dan modern menjadi koreografi individual dan gruping yang menyusun kosa kata untuk sastra pertunjukan dari tubuh dan benda-benda, seperti daun pisang, tong dan peranperan dalam pendekatan type karakter yang memberi efek satir menjadi kritik sosial yang renyah dan kontemplasi puitik yang terkadang kehilangan sugesti dramatiknya. Bobot filosofis yang terkandung seolah tidak dipertimbangkan tubuh-tubuh muda yang beraksi untuk itu. Pertunjukan ditutup dengan tayangan ombak lautan pada slideproyektor, seolah ada susunan nilai bahwa, awalnya mengalir dari hulu. Pilar

dramakala Fest 2012 memiliki kecenderungan mendapat apresiasi yang baik, tapi belum berlandaskan sikap konseptual yang proporsional.

Satu jam persiapan untuk melakukan pertunjukan menjadi tidak mencukupi, mencipta lalulintas yang terburu-buru, tapi tidak memaksimalkan keadaan, dari gagasan dan konsep yang seha rusnya sudah dimiliki sampai penyusunan staf, pembagian tugas dan agenda kerjanya. Keadaan yang memotivasi sikap kreatif yang membiarkan seadanya atau berimprovisasi sekadar kegenitan kosmetik semata. Keadaan yang terbentuk dari pilar-pilar, yaitu: manajemen konseptual akademik yang mengelola tata tertib gedung dan pemanggungan, seolah menjadi polisi penjaga konstitusi, mengawasi dengan potensi yang cenderung menjadi pembatas yang memisahkan. Pilar lainnya adalah manajemen dari pengetahuan otodidak yang cenderung sensitif dan subyektif. Hal tersebut mengingatkan pada tayangan televisi, tentang iklan pembersih gigi, di mana ilmiah dan alamiah diperdebatkan, seperti sebuah kerinduan dapat berpadu atau berkeseimbangan. Uniknya, yang menjadi tokoh dalam iklan itu adalah anakanak. Seolah menjadi sindiran buat orang pintar dan orang dewasa. Hal itu mengingatkan kita pada kondisi saat ini. Dan kita, seperti berada di persimpangan, dimana jalan menuju kepintaran dan kedewasaan menjadi dua jalan yang berbeda. Subyektif, obyektif. Dimana posisi super-obyektif yang ditawarkan Stanislavsky dalam metode akting realismenya? Bukankah belajar teater adalah membaca pelajaran kehidupan itu berarti manfaatnya berguna untuk kehidupan? Apakah kegunaan itu sekadar penyematan status dan hasil material, yang mengibarkan bendera legitimasi idealisme identik dengan kemiskinan ? Komunikasi Menurut Rizal Nasti, ketua Indraja (Ikatan Drama Jakarta Barat), pelaksanaan Dramakala Fest secara keseluruhan sudah bagus. Karena ada ruang alternatif untuk pertemuan-pertemuan antara civitas akademik dengan nonakademik yang masuk ke dalam ruangan akademik itu (baca: lingkungan kampus The London School Of Public Relation). “Ini pertemuan luar biasa. Tapi untuk fasilitas pertemuan, panitia mesti memikirkan lagi secara matang. Panitia harus memikirkan tempat yang representatif sebagai pertemuan besar. Itu artinya, bukan lantas pindah tempat dari London School & Public Relation. Tapi bagaimana caranya pihak akademik bekerjasama dengan panitia

harus betul-betul memiliki kemampuan menyiapkan semua itu. Panitia harus berpikir keras bagaimana memfasilitasi pertemuan dari potensi sekolahan dengan yang bukan sekolahan. Jangan sampai tidak nyaman seperti penyelenggaraan dramakala fest kali ini, terutama bagi masyarakat umum yang menjadi penontonnya. Tapi, karena pelaksanaan yang perdana, maka bisa dimaklumi. Tempat yang sempit oleh gang-gang, dan padat orang lalu lalang. Lalu lintas ini jadi seperti pasar,” ujar Rizal Nasti di sekretariat Indraja komplek Gelanggang Remaja, Jakarta Barat. Sehubungan itu, Rizal meminta panitia agar bisa melanjutkan kegiatan seperti ini. Oleh karena itu, persiapan harus dilakukan jauh-jauh hari, sehing-

Pentas “Wong Asu”

ga bisa mengatasi semua masukanmasukan penonton maupun peserta dari penyelenggaraan yang sudah dilaksanakan. “Drama pendek dan monolog itu sub-tema, yang penting sistem rekruitmen peserta pun harus diperbaiki. Panitia harus ketemu langsung dan cek kondisi grup. Pelaksanaan kurasi kali ini tidak akurat, sehingga ada grup yang tidak bisa ikut akibat pengecekan yang tidak maksimal. Jadi, penjelasan akan pelaksanaan harus ditekankan pada tema yang mempertemukan dua sikap yang berbeda. Padahal The London School Of Public Relation khusus mengelola komunikasi. Bukankah sudah seharusnya mampu berkomunikasi secara baik pada calon peserta. Kenapa kostum panitia dan peserta harus berbeda? Antara wajah-wajah yang berpakaian rapih dengan wajah-wajah meratap. Jadi harus digagas pertemuan besar yang lebih siap. Panitia tidak boleh gagap ketika berhadapan dengan peserta yang urakan dari nonakademik, karena ini adalah realitas,“ tukasnya.* (ded, her).


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.