AMBISI DJANUR DI LAMONGAN

Page 8

INILAH GRUP : INILAH KORAN ď ŹPORTAL NEWS : WWW. INILAH.COM, WWW. INILAHKORAN.COM, WWW.YANGMUDA.COM, WWW. JAKARTAPRESS.COM ď ŹMAJALAH INILAH REVIEW

KAMIS 2 MEI 2013

okus Inilah

>8

Karikatur

Libur 1 Mei untuk Siapa SEMARAK, peringatan Hari Buruh di berbagai kota di Tanah Air kemarin. Ratusan ribu orang berdemonstrasi untuk menyuarakan aspirasi mereka. Seperti yang sudah-sudah, yang mereka tuntut adalah penghapusan praktik sistem kerja kontrak atau outsourcing, pelaksanaan upah minimum dan menolak pemotongan gaji untuk iuran jaminan sosial. Mereka juga menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Namun, yang kemarin mereka dapatkan bukan yang mereka tuntut. Di depan sekitar 1.000 pekerja sebuah perusahaan yang dikunjunginya di Surabaya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional mulai tahun depan. Dengan demikian, kata SBY, dari sepuluh negara ASEAN, tinggal Brunei Darussalam yang belum menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Apakah kita harus bilang wow gitu dengan menjadikan May Day sebagai hari libur nasional? Barangkali kita perlu ruwatan nasional untuk memastikan bahwa ada kaitan yang erat antara libur kerja dengan ikhtiar memperbaiki nasib buruh. Yang langsung terlintas di benak kita begitu mendengar kata buruh adalah kucuran keringat, wajah-wajah loyo karena sarapan pagi hanya nasi sambel dan makan siang cukup mi instan. Buruh adalah sepatah kata yang menggambarkan beratnya beban hidup, kumuhnya kehidupan, dan terabaikannya hak-hak akan kesejahteraan. Bagi sebagian buruh, satu hari tambahan libur nasional bisa berarti satu hari kehilangan pendapatan. Undang-Undang No13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memang menyebut hari libur sebagai cuti berbayar yang tidak mengurangi upah maupun hak cuti tahunan. Namun, kenyataannya masih banyak perusahaan yang masih menerapkan no work no pay. Buruh identik dengan perempuan-perempuan berseragam yang keluar dari gerbang pabrik dengan wajah meringis setelah berjam-jam menahan sakit karena haid. Tidak sedikit perusahaan yang mengabaikan hak cuti haid seperti yang diamanatkan undang-undang. Bayangkan berapa banyak buruh perempuan yang rawan menderita kista akibat kondisi kerja seperti itu. Buruh juga bisa berarti perempuan-perempuan yang harus menyembunyikan kehamilannya karena takut dipecat jika ketahuan hamil. Tidak masuk akal kalau Presiden SBY menjawab kepiluan buruh seperti itu dengan libur nasional 1 Mei. Ini dagelan yang enggak lucu. Apa peduli kita dengan menjadi negara kesembilan di ASEAN yang menjadikan Hari Buruh sebagai hari libur nasional? Yang kita ingin dengar adalah bagaimana seorang presiden berikhtiar meningkatkan kesejahteraan kaum buruhnya supaya, minimal, setara dengan tingkat kesejahteraan buruh di negara-negara tetangga. Hingga kiwari masih ada 22 provinsi yang upah minimumnya di bawah komponen hidup layak. Isu-isu kemanusiaan seperti inilah yang seharusnya dicermati seorang kepala negara. Pak SBY, bagi buruh, libur nasional 1 Mei itu urusan nomor 47! (*)

Surat Pembaca

Riung Bandung Butuh Jembatan Penyeberangan SAAT menyeberangi Jalan Soekarno Hatta (By Pass), tepatnya di sekitar Jalan Cipamokolan menuju ke Ruing Bandung, saya selalu kesulitan. Soalnya, jumlah kendaraan begitu banyak dan dengan kecepatan tinggi. Sehingga sangat membahayakan jika memaksakan menyeberang. Hal itu menjadi persoalan, terutama pada pagi hari saat jam berangkat kerja. Para warga, baik dari arah Cipamokolan maupun dari arah Kompleks Guruminda, yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, banyak yang menyeberang sesuai tujuan tempat kerjanya.

Untuk menyeberang jalan yang cukup lebar tersebut, tentu dibutuhkan keberanian, dan tidak semua orang mempunyai itu, terutama kaum perempuan. Jadinya, dibutuhkan waktu cukup lama kalau kita ingin menyeberangi jalan tersebut. Demi kelancaran dan kenyamanan masyarakat, Pemerintah Kota Bandung hendaknya membangun jembatan p e nyeberang a n orang di sana. Te r i m a kasih. Marini Cipamokolan Bandung

Kirim artikel opini dan surat pembaca ke Redaksi INILAH KORAN: inilahkoran@inilah.com, redaksijabar@inilah.com. Aspirasi bisa dikirim juga melalui SMS ke 022-7099 1183

INILAH GRUP : ď ŹPORTAL NEWS : WWW. INILAH.COM ď ŹPORTAL NEWS : INILAH JABAR ď ŹMAJALAH INILAH REVIEW ď ŹPORTAL NEWS : WWW. JAKARTAPRESS.COM

ILUSTRASI INILAH/KENYO JABAR

Pendidikan dan Korupsi M TANGGAL 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Namun, adanya peringatan ini seperti hanya seremonial belaka. Pendidikan yang sejatinya merupakan kebutuhan dasar setiap manusia belum terselenggara secara merata. Masih banyak pekerjaan rumah (PR) bersama dalam dunia pendidikan kita. Masalah demi masalah terus berdatangan mengancam dunia pendidikan bangsa ini.

asih hangat di ingatan kita bagaimana karut-marutnya pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2013 beberapa pekan lalu. Pada UN tingkat SMA itu, 11 provinsi ditunda pelaksanaannya karena soal ujian terlambat datang. Menurut berita yang beredar, hal ini dikarenakan ada masalah teknis di salah satu percetakan dari lima percetakan yang menang tender. Seperti baru pertama kali saja mengadakan UN, padahal ini merupakan agenda tahunan. Ya, semoga saja hal ini menjadi pelajaran yang berarti. Permasalahan lain yang biasa kita dengar yaitu tentang sekolah yang ambruk, kekerasan guru, kasus narkoba, dan tawuran antarpelajar. Telinga kita seperti telah terbiasa mendengar berita-berita terkait hal itu. Di sisi lain, masalah yang selalu mengancam bangsa ini yaitu korupsi. Korupsi seperti telah

Enung Farhan Mardiyah Mahasiswa UPI Bandung

soal UN. Menurut FITRA, negara bisa menghemat Rp32 miliar. Kemudian kasus korupsi terbaru dalam dunia pendidikan ialah tuntutan korupsi senilai Rp450 juta kepada mantan kepala Dinas Pendidikan Kota Palu, yang kini menjabat Ketua BNK Kota Palu, Hamzah Rudji. Proses Pendidikan Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses yang dapat mengubah seseorang ke arah yang lebih baik.

ILUSTRASI INILAH/KENYO JABAR

menjadi budaya di masyarakat Indonesia. Korupsi uang, korupsi waktu, korupsi tanggung jawab, dan korupsi-korupsi lainnya setiap hari dilakukan masyarakat. Tidak terhitung lagi berapa banyaknya pejabat yang terjerat kasus korupsi. Korupsi telah masuk di segala lini pemerintahan. Dalam dunia pendidikan pun kasus korupsi sudah biasa terjadi. Terkait UN tahun ini, Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menemukan indikasi korupsi dalam penggandaan dan pendistribusian

Dalam UU No 20/2003, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Di sini berarti proses pendidikan ini dilaksanakan secara sengaja dengan perencanaan dan persiapan yang matang, untuk menghasilkan output yang berkualitas, yakni manusia unggul. Pendidikan identik dengan proses belajar mengajar

atau pembelajaran. Pembelajaran pun identik dengan pengajaran. Pelaksanaan pendidikan yang terencana ini meliputi proses pembelajaran dan pengajaran. Abdul Chaer (2010: 203) menyatakan bahwa pendidikan lebih tertuju pada pengubahan sikap pribadi yang lebih baik, sedangkan pengajaran lebih tertuju pada pengubahan pengetahuan dan keterampilan. Barangkali pendidikan yang ada sekarang ini lebih banyak tertuju pada pengajaran, bukan pada pendidikan itu sendiri. Sehingga para pelajar masih banyak terjebak pada masalah-masalah seperti kekerasan, narkoba, dan sebagainya. Keberhasilan proses pendidikan ini tentu dapat dilihat dari outputnya itu sendiri. Pertanyaannya, sudahkah pendidikan di negeri ini menghasilkan orang-orang hebat? Definisi orang hebat, yang mengacu pada manusia unggul yang disampaikan sebelumnya, tentu bukan hanya dipandang dari segi intelektualnya, tapi juga dari aspek kepribadiannya. Intelektual, emosional, spiritual, dan moral nampaknya pantas dijadikan tolak ukur. Sejarah telah mencatat banyak orang Indonesia yang menjadi ilmuwan. Namun apakah jumlahnya bisa dibandingkan dengan orang-orang yang bermasalah? Barangkali kasus korupsi yang telah disampaikan di atas tadi bisa menjadi salah satu ukuran yang mencerminkan belum berhasilnya pendidikan di negeri ini. Lihatlah, betapa banyak kasus korupsi yang tercatat. Yang tercatat saja sudah banyak, apalagi ditambah yang tidak tercatat, alias belum terdeteksi. Setiap hari di media massa, pasti ada saja berita tentang kasus tipikor (tindak pidana korupsi). Padahal para pejabat itulah wakil dari rakyat Indonesia seluruhnya. Para pejabat, wakil rakyat, tentu adalah orang-orang terpilih yang mempunyai kecerdasan intelektual yang mumpuni di bidangnya masing-masing. Namun, ketika korupsi sudah menjeratnya, kecerdasan intelektual itu seolah menjadi nol nilainya. Dan kita mungkin pantas untuk menyatakan bahwa kecerdasan emosional, moral, dan spiritual mereka juga nol. Semoga para tikus berdasi itu menyadarinya. (*)

PENDIRI: Muchlis Hasyim, Syahrial Nasution; PEMIMPIN UMUM: Muchlis Hasyim; WKL PEMIMPIN UMUM: Franciscus; PEMIMPIN REDAKSI: Andi Suruji; WKL PEMIMPIN REDAKSI: Zulfirman Tanjung; DEWAN REDAKSI: Muchlis Hasyim, Andi Suruji, Zulfirman Tanjung, Fonda Lapod, Gin Gin Tigin Ginulur, M Dindien Ridhotulloh, Budi Winoto, Edya Moralia, Tri Juli Sukaryana, Budi Kusumah, Bambang Aji Setiady, Herul Fathony; PJS PEMIMPIN PERUSAHAAN: Fahmi Alamsyah; REDAKTUR SENIOR: Derek Manangka, Herul Fathony. REDAKTUR PELAKSANA: Gin Gin Tigin Ginulur, Budi Winoto; KOORDINATOR LIPUTAN: Tantan Sulton Bukhawan, Deni Mulyana Sasmita; REDAKTUR: Sirojul Muttaqien, Budi Safa’at, Nurholis, Ricky Reynald Yulman, Ghiok Riswoto, Reni Susanti, Daddy Mulyanto, Ageng Rustandi, Hanhan Husna; EDITOR BAHASA: Suro Udioko Prapanca; REPORTER: Dery Fitriadi Ginanjar, Jaka Permana, Dani Rahmat Nugraha, Ahmad Sayuti, Doni Ramdhani, Dadi Haryadi, Astri Agustina, Riza Pahlevi, Evi Damayanti, Yogo Triastopo, Yuliantono; FOTOGRAFER: Syamsuddin Nasoetion (Koordinator), Bambang Prasethyo, Dicky Zulfikar Nawazaki; PRODUKSI & ARTISTIK: Agus Sudradjat (Kepala), Tian Rustiana, Sunandar, Harry Santosa, Yoga Enggar Agustha, Ahmad Sulaeman, Eri Anwari, Dicky Hendrianas; GRAFIS: Salman Farist, Kenyo Jabar; BIRO JAKARTA: Theresia Asteria, Charles Siahaan, Wirasatria, Arief Bayuaji, R Ferdian Andi R, Wahid Ma’ruf, Abdullah Mubarok, Vina Ramitha, Boy Leonard, Ahmad Munjin, Mevi Linawati, Dahlia Krisnamurti, Aris Danu Cahyono, Agus Priatna, Agustina Melani, Aulia Edwin F, Bayu Hermawan, Irvan Ali Fauzi, Laela Zahra, , Rizwan M Dien, Rizki Meirino, Rio Muhaimin, Santi Andriani, Supriyanto, Renny Sundayani, Agus Rahmat, Catur David Hardiansyah, Arie Nugroho; KONTRIBUTOR DAERAH: Benny Bastiandy (Cianjur), Budiyanto (Sukabumi), Andriansyah (Ciamis), Asep Mulyana (Purwakarta), Vera Suciati (Sumedang); Nul Zainulmukhtar (Garut), Dian Prima (Bogor); Muhammad Syahri Romdhon (Cirebon); Zainal Mutaqin (Subang); MANAJER SIRKULASI: Unggung Rispurwo; MANAJER IKLAN: Hendra Karunia; MANAJER HRD & GA: Aris Sandhi; BISNIS REDAKSI: Sonny Budhi Ramdhani; IT: Subhi Sugianto. Ade Kesuma PENERBIT: PT INILAH MEDIA JABAR Alamat Redaksi/Sirkulasi/Iklan: Jalan Terusan Pasteur No 167 Kota Bandung No Telp 022 612 7865 (Hunting), 022 612 7793 (Redaksi), Fax 022 612 7769, Jalan Rimba Buntu No 42 Kebayoran Baru, Jakarta No Telp 0217222338 Fax 021 7222659. *) isi di luar tanggung jawab percetakan INILAH PRINTING - PT Mulia Kencana Semesta


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.