CCTV Siap Intai Berandal Bermotor

Page 20

B4

NEWS

EDUKASI

SABTU 28 DESEMBER 2013

Memperjuangkan Film Pendek Pelajar

WORKSHOP,

WORK, NETWORK POTENSI dan kemampuan pelajar untuk menjawab tantangan industri perfilman, sudah cukup menggembirakan. Tetapi, dimanakah industri film itu?

DICE PIKIE AKB AR

SYREENA LARASUCI

P

ertanyaan itu dilontarkan Dice Pikie Akbar, penggiat Studio Animasi Mata Hati, Ciomas Bogor yang melihat sudah ada upaya serius di dunia pendidikan untuk menghasilkan pelajar yang siap pakai dalam industri perfilman. Sayangnya, menurut Pikie – begitu ia disapa, industri perfil­ m a n

Tetapi mereka harus memahami lebih shop ini. “Work­ dulu teknik dasarnya,” ujar Bambang shop seperti ini Arayana Sambas, seorang guru sekaligus ke depan harus seniman dan sutradara teater yang ter­ diberikan nama. Menurut Bambang, para pelajar yang selama ini sudah mulai berkarya harus dikuatkan dengan arah­ an yang baik. “Selama ini perkembangan mereka GIMAN kan liar, hanya ‘reresepan’ B SUSA NTO (sekedar suka, red), tetapi belum terorganisir dengan cara kerja yang sistematis,” tambahnya. Selain itu, mi­ materi entre­ nat dan daya interst mereka p r e n e u r s h i p, harus terus dipupuk supaya bagaimana me­ terus berkembang. masarkan dan H A Y S IAN Sementara Andrian­ membuka ANDR syah, salah seorang instruktur jaringan. dalam workshop itu berharap Disini bukan agar para pelajar peka dalam hanya sekedar butuh peran proses berkarya. Kepekaan m e n ­ pemerintah, tapi juga kepekaan jadi penting untuk melahirkan sebuah dan kepedulian dunia usaha terh­ ide cerita di sekitar mereka, agar mer­ adap potensi karya anak bangsa,” eka tidak hanya menjadi generasi yang tambahnya. keren dalam berkreativitas, tetapi juga Sejalan dengan itu, Giman memiliki cara berpikir yang berkualitas. Susanto dari Gentala Art Pro­ “Inputnya adalah hal-hal yang timbul duction, Cijaura, Bandung me­ nilai agar kekaryaan pelajar dalam dari hati dan pikran mereka, outputnya film perlu dibarengi dengan fasilitas adalah karya karya yang berkualitas,” dan tempat bagi mereka yang ingin pungkasnya. “Workshop ini menyenang­ memproduksi. “Karena memang pe­ kan, saya terpacu untuk mendalami du­ rangkat itu tidak murah, jadi perlu nia perfilman,” sahut Annisa Restiani, disediakan studio, seperti halnya pelajar SMA Negeri 4 Bogor. lapangan futsal, dan disediakan Untuk menjawab karya yang real dan mentornya, sehingga studio itu lang­ berkualitas bagi pelajar, Pikie menyoroti sung dekat dengan mereka,” ujar Product agar berbagai pihak yang memiliki akses Direction Gentala Art Production itu. terhadap perindustrian film membuka diri bagi karya-karya anak bangsa. “Jangan Fikie berharap, Indonesia mulai me­ langkah seperti Jepang, Cina dan Viet­ sampai mereka merasa dijerumuskan, di­ beri pelajaran broadcast, animasi, perfilm­ nam yang merespon film-film bermuatan an, kemudian ketika keluar dan produktif, pendidikan dengan biaya produksi dari mereka tidak tahu, karya saya harus dike­ pemerintah. “Setalah karya itu terjual, pemerintah dengan studio produksi­nya manain?” tambahnya. Sebab itu, di masa mendatang, Pikie mengharapkan agar ke­ melakukan share,” cerita Pikie. Meski be­ giatan seperti ini juga dijaringkan dengan lum ke arah itu, Pikie berharap agar pela­ menghadirkan pelaku, investor dan media jar terus berkreasi, bekerja dan berkarya. yang menjadi tempat bagi kekaryaan pela­ “Kita harus terus berjalan, seniman tidak jar. “Harus dibuatkan sebuah network bagi boleh cengeng. Konsistensi itu perlu dan mereka,” jelas Pikie. tidak boleh menyerah,” tegasnya. Pendapat itu diamini oleh Bambang Memang, butuh perjuangan panjang mes­ yang berharap ada kelanjutan dari work­ kimembuatfilmpendek.(RifkySetiadi)

UCI SANUSI

INILAH/ FOTO-FOTO: RIFKY SETIADI

BAMBANG AS

tidak banyak yang tumbuh dan tersedia sehingga hasil pendidikan itu akhirnya tidak mendapatkan tempat. “Padahal, mereka dibina dengan serius, dirancang dengan kurikulum yang baik, didorong dan diposisikan sebagai output pendidik­ an yang siap pakai. Tapi, sekali lagi, in­ dustrinya mana?”, tanggap salah seorang kreator animasi “Bang One” di televisi swasta nasional itu. Para pakar dan penggiat perfilman di Bogor itu memang sengaja berbincang untuk mendorong dan memotivasi para pelajar SMA dan SMK se Kota Bogor dalam kegiatan “Workshop Film Pendek ” pada 23-24 Desember lalu di Studio Animasi Mata Hati, Ciomas, Bogor. Kegi­ atan itu diselenggarakan dan difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bogor yang kembali memperlihatkan kegigihannya menggali kreativitas dan potensi pelajar di bidang perfilman. Syreena Larasuci, pelajar SMA Negeri 4 Bogor merasa gembira dan bermanfaat mengikuti kegiatan ini. “Ini acara bagus dan kreatif, sangat jarang terjadi di Bogor. Makasih banget Disbud­ par Kota Bogor. Bagi pelajar, ini memiliki manfaat yang besar dan bisa mendorong untuk terus berkarya,” tanggapnya. Sekitar 50 orang pelajar terlibat dan berlatih dalam kegiatan ini. Para pelajar itu, diharapkan dapat memahami caracara pembuatan film pendek dengan me­ manfaatkan teknologi yang ada, sehingga mampu berkreativitas dalam seni perfil­ man di ajang nasional maupun interna­ sional. “Generasi muda, khususnya para pelajar juga diharapkan dapat mengapre­ siasi film Indonesia, menumbuhkan bibit sineas muda yang handal dan produktif dalam berkarya,” tegas Uci Sanusi, Seksi Kesenian Dibudpar Kota Bogor. “Saya jadi tahu teknis-teknis pengambilan ad­ egan dengan menggunakan kamera. Jadi kepancing banget bikin film pendek,” ujar Oktavira, pelajar SMA Negeri 9 Bogor. Setiap pelajar memang bisa berkarya dan bikin film pendek. “Film itu ‘kan se­ buah persekutuan karya manusia dengan teknologi. Saat ini, media dan teknologi sudah gampang ditemukan. Dari mulai kamera profesional hingga handphone.

Memasyarakatkan Animasi, Menganimasikan Masyarakat

INILAH, BogorAda ruang belajar animasi dan perfilman yang terbuka bagi kaum muda pecinta film dan animasi. Tem­ pat yang mengajak kita untuk selalu bergerak dan berkarya secara mandiri, tanpa harus menyerah pada keadaan. Itulah “Studio Mata Hati” yang berlo­ kasi di Jl Ciomas Induk No. 1, Bojong Menteng, Ciomas, Bogor. “Kami ingin memasyarakatkan animasi dan meng­

animasikan masyarakat,” ujar Dice Pikie Akbar, penggiat Studio Mata Hati. Kegelisahan para penggiat animasi, film dan sinematografi akan sumber daya dan perkembangan perfilman di Indonesia, men­ jadi motivasi awal berdirinya Matahati. Orang-orang seperti George Kamarullah, mantan aktor yang beralih profesi sebagai sinematografer, juga Norbertus Riantiarno, seorang ak­ tor, penulis, sutradara dan tokoh teater Indonesia, pendiri Teater Koma, ikut berkecimpung membedah kegelisahan itu menjadi sebuah komunitas yang mengelola dan bergiat untuk melatih para pelajar dan peminat film. Tokoh-

tokoh lain seperti Hadi Purnomo, Boyke Sandroto yang hingga kini tetap giat mengawal Studio Mata Hati menjadi motivator penting berdirinya studio ini. Di tahun itu, 2002, Mata Hati mulai merangkak dari nol. Saat itu bernama Bening. Berbagai kegiatan pernah dilakukan di rumah Goerge di bilan­ gan Tomang, lalu kemudian pindah ke Ciomas Bogor. Tommy Soetomo, yang memfasilitasi dan membiayai berb­ agai kegiatan studio, tetap konsisten mempertahankan komunitas ini hingga kemudian berubah nama menjadi Mata Hati. “Kami menarik orang dari nol. Para pelajar SMK yang memiliki kemauan, kami beri kesempatan untuk belajar dan kami support dengan uang makan,” jelas Fikie, panggilan akrab

Dice Fikie Akbar. Sebab itulah, semangat memban­ gun yang terjadi disini berasal dari semangat berbagi. Proyek demi proyek dikerjakan atas kebaikan jaringan dan para senior film yang terlibat di dalamnya. Beberapa produksi seperti “Keajaiban Alam”, “Petualangan Vega”, dikerjakan oleh orang-orang yang bergiat dalam studio ini. Saat ini, ada 25 orang tim studio Mata Hati yang setiap hari bekerja dan memproduksi animasi. Mulai dari proses cerita, skenario, storyboard, drawing, colouring hingga proses digital dan post produksi dilaku­ kan oleh Studio Mata Hati. Produksinya – animasi yang cukup kondang: Bang One. “Disinilah studio yang satu-satuya mengerjakan produk animasi dengan

deadline setiap hari,” tutur Pikie. Tak hanya Bang One, Studio Mata Hati juga mengerjakan periklanan, dan berbagai pekerjaan dari Kementerian dan Direktorat Jenderal. Mata Hati juga sering mengerjakan berbagai permin­ taan dari perusahaan Jerman GTZ. GTZ adalah sebuah lembaga milik pemerin­ tah Jerman yang bertugas membantu negara-negara berkembang dalam memajukan negaranya. Meski begitu sibuk melakukan berbagai pekerjaan rutin, Studio Mata Hati tetap memiliki komitmen terhadap pendidikan film, sinematografi dan ani­ masi bagi para pelajar dan masyarakat peminat. So, belajar dan berkarya yuk bersama Studio Mata Hati! (Rifky Setiadi)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.