Cipularang Bersih dari Truk

Page 16

B8

NEWS

CHENG-LI

“Belajar tanpa berpikir melahirkan ketidaktahuan. Berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.” Confucius – Lun Yu Chap

SABTU 25 JANUARI 2014 FOTO-FOTO: INILAH/ARIEZ RIZA FAUZY

Mei Hwa

Bukan Sekadar Pelengkap Imlek PERAYAAN Imlek memiliki begitu banyak pernak-pernik. Salah satunya bunga mei hwa. Imlek tak lengkap tanpa kembang ini.

B

agi masyarakat Tionghoa, b u n g a mei hwa memiliki makna yang begitu dalam. Keindahan bunga tersebut menimbulkan kedamaian tersendiri. Juga punya makna yang khusus. Warna daun yang merah keputihan mencirikan karakter tegas dan lembut dalam tumbuhan asli Tiongkok tersebut. Tak heran, untuk mempercantik bunga tersebut, warga Tionghoa kerap kali memasang gantungan angpao dan pernak-pernik lainnya sebagai pelengkap kemeriahan Imlek. Menurut salah satu pedagang asesoris Imlek, Junita Hartati, bunga mei hwa merupakan tanaman yang selalu ada saat perayaan Imlek berlangsung. Pasalnya, mei hwa termasuk bunga yang memiliki simbol kemakmuran, harapan, keuletan, dan kesejahteraan. “Bunga mei hwa bukan hanya sekadar pelengkap dalam Imlek saja, tetapi memiliki makna yang lebih mendalam,” ujar Junita kepada INILAH di Jalan Astana Anyar, Kota Bandung, Jumat (24/1). Dia menambahkan, di Indonesia bunga tersebut dibuat tiruan dari bahan plastik lantaran kondisi geografis yang berbeda. Kendati demikian, masyarakat Tionghoa, khususnya di Kota Bandung, tidak mengurangi minat untuk ti-

dak membeli bunga mei hwa tersebut. Buat mereka, yang dipandang bukanlah soal keaslian bunganya, melainkan makna di balik kembang tersebut. Selain indah, di negara asalnya bunga tersebut dapat tumbuh di segala musim baik itu musim panas maupun musim dingin. “Di China, bunga mei hwa selalu ada setiap musim sehingga keindahannya terjaga sepanjang musim juga,” katanya. Sementara itu, salah satu tokoh Tionghoa Bandung, Adian Cangianto mengungkapkan, eksistensi bunga mei hwa adalah sebagai tumbuhan yang dihormati masyarakat Tionghoa. Hal itu tak lepas dari nilai sejarah dan budaya.

Dia menyebut nilai filosofis yang terkandung dalam bunga mei hwa diambil dari sebuah legenda yang menceritakan tentang kakak-beradik, namun memiliki sifat yang bertolak belakang. Sang kakak bernama Da Jui (si mulut besar) ingin mengusai harta adiknya, Da Shou (si Tangan Besar). Dengan berbagai cara Da Jui berupaya keras dengan keserakahannya untuk mengalahkan adiknya sendiri. Harta benda berupa sawah, rumah sederhana, kuda dan keledai pun dijual untuk kebutuhan sehari-hari hingga hanya menyisakan seekor anjing dan kambing. Konon dalam kisah tersebut, anjing dan kambing yang selalu menemani sang adik pun diracun hingg a

mati. Setelah dikuburkan di pelataran belakang rumahnya, karena kebaikan dan kesabaran Da Shou, tumbuh dua batang pohon kecil. Satu batang pohon berbuah emas dan satu batang pohon lainnya berbuah perak. Sang adik pun seketika menjadi seorang kaya raya melampaui kekayaan sang kakak. Sejak saat itu bunga mei hwa diyakini sebagai bunga pembawa keberuntungan. “Berawal dari sebuah kisah bunga mei hwa dapat berkembang menjadi lebih bermakna, khususnya bagi masyarakat Tionghoa,” pungkasnya. (ariez riza fauzy/ing)

Panjang Umur Panjang Rezeki Berkat Rebung DALAM perayaan Imlek terdapat beberapa tradisi yang kerap dilakukan warga Tionghoa. Mulai dari bersihbersih rumah, mengenakan baju baru, hingga menyantap makanan khas Imlek seperti santap mie bersama keluarga dan menyediakan kue keranjang. Salah satu jenis makanan yang selalu hadir dalam Imlek yakni rebung. Menurut salah seorang warga Tionghoa, Tan Swie Bwan, setiap makanan yang disajikan dalam perayaan Imlek memiliki arti tersendiri. “Jenis makanan saat Imlek memiliki makna yang berbeda, termasuk nilai filosofisnya. Hal itu tidak terlepas dari sejarahnya,” ujar Tan kepada INILAH, di Jalan Kelenteng Dalam, Kota Bandung. Rebung adalah makanan yang berasal dari jenis ta-

INILAH/ARIEZ RIZA FAUZY

naman bambu. Dia adalah tunas muda bambu. Berbentuk meruncing ke atas, bagian pangkalnya besar dan semakin ke atas semakin kecil. Permukaan yang dikelilingi daun-daun muda berbentuk segitiga dan bagian ujungnya meruncing seperti ujung pedang. Pertumbuhan ta-

naman asli asal daratan Asia termasuk China itu ditandai dengan ruas. “Dari bentuknya yang beruas-ruas tersebut menunjukan harapan panjang umur dan memanjangkan rezeki setiap orang,” katanya. Begitu juga, lanjutnya, dalam masakan khas Tionghoa saat perayaan Imlek, jenis makanan yang satu ini selalu menjadi menu wajib. Pasalnya, menu yang disajikan memiliki makna yang saling melengkapi. Hal itu direfleksikan pada kehidupan yang dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga maupun masyarakat. “Misalnya da-

lam makanan fachai yang memiliki makna sebagai keberagaman, namun tetap nikmat, begitu pula dalam kehidupan,” pungkasnya. Rebung tidak hanya kuat secara filosofis, tetapi memiliki manfaat segudang, terutama untuk menjaga kesehatan. Dalam secangkir irisan rebung, misalnya, kemudian diketahui hanya mengandung 14 kalori dan sepertiga lemah. Dalam porsi yang sama, juga terkandung 1,2 gram serat. Itu artinya setara dengan setengah porsi nasi merah. Serat dibutuhkan tubuh sebagai pelancar pencernaan dan bisa mencegah timbulnya berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyumbatan pembuluh darah, hipertensi, penyakit jantung koroner, serta kelebihan kolesterol. (ariez riza fauzy/ing)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.