ADA APA PERSIB?

Page 16

B8

SENIN,17 FEBRUARI 2014 WWW.INILAHKORAN.COM

CHENG LI

Imlek di Mata INTI

TAHUN Kuda Kayu pada tahun ini menjadi langkah tepat untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Dan Jawa Barat memiliki peran dalam hal itu. Oleh : Ariez Riza Fauzi

I

tulah sedikit hal yang tergambar pada seminar ‘Peluang Ekonomi di Tahun Kuda Serta Manfaat Besar RRT’ di Hotel Harris, Jalan Peta Kota Bandung, Minggu (16/2). Seminar yang digelar Perkumpulan IndonesiaTionghoa (INTI) dihadiri berbagai pelaku perekonomian serta warga keturunan Tionghoa. Ketua INTI Jabar Demin Shen menuturkan, Imlek 2565 menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Untuk itu, diperlukan kerjasama diantara masyarakat khususnya kalangan pengusaha Tionghoa. Dengan demikian, kemajuan ekonomi di Jabar dapat terealisasi. “Dorongan kalangan pengusaha

dan pelaku ekonomi di Jabar sangat penting untuk meningkatkan ekspor impor Indonesia,” ujar Demin. Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diwakili Asisten Daerah bidang Kesra, Ahmad Hardadi mengharapkan warga Tionghoa dan pribumi bisa saling hidup berdam­ pingan. Baik secara sosial maupun daling mendukung untuk kemajuan tanpa mengerucutkan sebuah perbedaan. Dengan pencabutan Inpres no 14 tahun 1967 tentang kebebasan bagi warga Tionghoa pada zaman Presiden Adburahman Wahid (Gus Dur), merupakan tonggak sejarah kebebasan berbudaya warga etnis Tionghoa di Indonesia. “Harus ada hubungan harmonis

FOTO-FOTO : ARIES RIZA

Harus ada hubungan harmonis yang menunjukan sebagai masyarakat majemuk, saling menghormati dan penuh dengan toleransi. Selain itu memperkokoh kesetiawanan antara sesama yang menunjukan sebagai masyarakat majemuk, saling menghormati dan penuh dengan toleransi. Selain itu memperkokoh kesetiawanan antara sesama,” ujar Ahmad. Rasa nasionalisme pun terlihat dari para anggota INTI yang begitu menjiwai saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Berbagai budaya asli Jawa Barat pun dipertontonkan oleh warga keturunan Tionghoa ini. Salah satunya tarian Jaipong yang dibawakan dengan gemulai oleh Selfana Gunawan atau Go Lie Hong. (ang)

INILAH FOTO : ARIES RIZA

Inilah Tarian Khas Musim Semi atau Imlek

SELAIN Barongsai dan tari Liong, salah PADA awalnya, tarian Yangge sebagai tarian satu tarian yang kerap dipertontonkan pemujaan bagi dewa atau pada saat perayaan Imlek yakni tarian untuk mengusir roh jaYangge. Seni yang merupakan gabungan hat. PSaat itu, pada hari Imlek, penari Yangge akan dari tarian dan nyanyian ini sudah ada mendatangi setiap rumah sejak masa Dinasti Song (960-1270). dan mengucapkan selamat tahun baru serta menari

Yangge di halaman-halaman rumah. Suasana desa pun menjadi meriah karena bunyi-bu­nyian lagunya. Penari Yangge pun dapat ditemani Ba­ rongsai dalam kunju­ngannya itu. Pada akhir tahun 1940an, Yangge digunakan Partai

Komunis Cina untuk menggalang semangat rakyat dan masih dtampilkan hingga sekarang. Yangge pun kerap dijadikan pada manula agar tetap sehat di taman-taman lokal. Pelaku Seni Tradisional Tiongkok, Siau Fang menuturkan, tarian Yangge awalnya merupakan tarian matahari dan digunakan untuk mengusir roh jahat serta pemujaan dewa. Seiring perkembangan zaman dan peradaban masyarakat Tiongkok kala itu, fungsi tarian pun beralih sebagai tarian penyambut awal musim semi atau dikenal dengan Imlek. “Masyarakat Tiongkok saat ini akhirnya mengenal Yangge sebagai tarian musim semi. Padahal kalau dari sejarahnya untuk memuja dewa serta mengusir roh jahat,” ujar Siau kepada INILAH, belum lama ini. Dia menambahkan, saat ini, khas tarian tidak terlalu banyak perubahan dan lebih bersifat monoton. Untuk memperindah

tarian, para penari lazimnya menggunakan pakaian yang berwarna merah,hijau dan warna cerah lainnya. Reben sutera yang berwarna merah pun diikatkan di sekeliling pinggang sebagai perhiasan. Setiap orang dapat menarikan tarian Yangge dengan mudah. Yakni dengan tiga langkah cepat ke depan dan satu ke belakang mengikuti irama musik. “Tidak terlalu sulit untuk mempelajari tarian Yangge,” tambahnya. Tarian asal negeri Panda ini pun, lanjutnya, biasanya menggunakan sapu tangan atau kipas untuk para wanita dan genderang untuk para pria. Tarian pun ditampilkan dengan perasaan gembira dan bersemangat sesuai dengan semangat di awal musim semi yang ditandai dengan tumbuhnya tanaman serta pertanian. “Ungkapan syukur terhadap dewa itu dituangkan melalui tari ini,” tandasnya. (ariez riza/ang)

ILUSTRASI/NET


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.