AYO BANGKIT PERSIB!

Page 6

Lahirkan MCBI EKSPEDISI Cagar Budaya pertama digelar Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional (BPKSNT) Disparbud Jabar pada 2009 dengan rute Bandung, Subang, Purwakarta, hingga Karawang. Alumni ekspedisi itu kini tergabung dalam Masyarakat Cagar Budaya Indonesia (MCBI). Tahun depan, akan digelar ekspedisi serupa dengan trek perjalanan yang lebih panjang.

NEWS MINGGU 7 JULI 2013

Satu Abad Kepurbakalaan Indonesia

Ekspedisi Cagar Budaya 2013 idak sekadar jalan-jalan biasa, tentunya. Peserta yang terdiri dari komunitas Masyarakat Cagar Budaya Indonesia (MCBI), mahasiswa, dosen, aparat kepolisian, dan media massa itu melakukan perjalan­ an ke beberapa situs dan cagar budaya di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bogor. Ekspedisi yang berlangsung 1-3 Juli 2013 ini makin asyik karena untuk menyusuri situs yang kebanyakan berada di perbukitan dan pegunungan ini, dipakai delapan Jeep 4x4 dari Paguyuban Jeep Bandung (PJB). Pertama-tama, seluruh peserta diajak ke Gua Pawon yang berada di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Di situs itu terdapat peninggalan kerangka manusia prasejarah. Peneliti Utama Bidang Prasejarah Badan Arkeologi (Balar) Bandung Luthfi Yondri menyebutkan, gua yang berada di kawasan karst Citatah itu merupakan warisan yang penting bagi ilmu pengetahuan. Menurutnya, barisan karst itu merupakan

MEMPERINGATI 100 tahun Kepurbakalaan Indonesia, BPKSNT Disparbud Jabar, menggelar ekspedisi ke beberapa situs cagar budaya.

monumen dan perpustakaan alam yang harus dilestarikan. Kini, kondisinya terancam hancur karena kegiatan penambangan kapur. “Di situs itu terdapat dua kompleks gua. Dari proses ekskavasi yang dilakukan sejak 2003-2012, di dua kompleks gua itu terdapat Sembilan mulut gua. Dan itu tidak menutup

kemungkinan jumlahnya bertambah. Soalnya, diperkirakan terdapat lebih dari 30 titik gua di Citatah. Kami masih terus melakukan penelitian arkeologi secara bertahap,” jelas Luthfi. Selanjutnya, mengunjungi Gunung Padang yang berada di Kabupaten Cianjur. Ke-

beradaan susunan batuan prismatik yang menggunung menjadi pusat perhatian di sana. Di hari kedua, panitia membawa peserta berkunjung ke Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kota Bogor. Perjalanan tersebut menyusuri kaki bukit Gunung Salak. Di kawasan ini terdapat tiga peninggalan batuan berupa prasasti Batu Tulis Ciaruteun, Kebon Kopi berupa tapak kaki gajah, dan prasasti Muara Cianten. Kasi Kepurbakalaan BPKSNT Romlah menyebutkan, Ekspedisi Cagar Budaya itu merupakan salah satu kegiatan dalam rangkaian peringatan satu abad kepurbakalaan Indonesia, tepatnya pada 14 Juni 1913. “Sebelum ekspedisi cagar budaya ini, kita sudah melaksanakan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan konservasi cagar budaya agar lebih sesuai dengan UU No 11/2010 tentang Cagar Budaya menggantikan UU No 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Nanti, rencananya kita akan membuat kunjungankunjungan cagar budaya ke sekolah-sekolah, dengan target anak-anak SMA,” kata Romlah kepada INILAH, awal pekan ini. (doni ramdhani/rey) FOTO-FOTO: INILAH/DONI RAMDHANI

Sosialisasi Undang-Undang Cagar Budaya ke Masyarakat

KASI Kepurbakalaan BPKSNT Romlah menyebutkan, Ekspedisi Cagar Budaya 2013 dilakukan sebagai bentuk sosialisasi UU No 11/2010. Sebelumnya, UU No 5/1992 itu hanya mengatur benda cagar budaya. Namun, aturan baru itu cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda, bangunan,

struktur, situs, dan kawasan cagar budaya. “Artinya, dalam hal ini yang disebut cagar budaya lebih luas. Bukan cuma bendanya saja. Tapi, cagar budaya itu bidang berupa kawasan dan landscape yang lebih luas dari apa yang diatur dalam UU No 5/1992,” ucapnya.

Romlah mengatakan, masyarakat belum sepenuhnya bagaimana melestarikan cagar budaya. “Pemerintahan daerah pun menyadari hal itu dikarenakan sosialisasi yang dilakukan belum optimal,” ucapnya seraya menyebutkan UU baru itu hingga kini belum dilengkapi turunan konstitusinya. Sejauh ini, penetapan kawasan cagar budaya pun belum dilakukan sepenuhnya oleh pemerintahan kabupaten/kota setempat. Dari 26 kota/ kabupaten se-Jabar itu, Romlah menyebutkan baru pemerin­ tahan Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, dan Kota Cirebon. Selebihnya, mereka belum menetapkan kawasan yang harus dilindungi itu. Dari sejumlah peserta itu, di antaranya aparat kepolisian. Mereka merupakan anggota satuan Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Ditpam-

obvit) Polda Jabar. Satu diantaranya yakni Brigadir Polisi Rosalina. Polisi cantik itu mengaku kepesertaannya dalam ekspedisi tersebut berguna untuk menambah wawasan. Terlebih, kawasan tersebut merupakan salah satu obyek vital yang menjadi daerah pengamanan. “Di Ditpamobvit Polda Jabar itu, kita polisi pariwisata memberikan pengamanan di empat subdit. Yakni, kawasan tertentu, wisata, lembaga negara, dan perwakilan orang asing. Kita menginduk untuk cipta sapta pesona, itu merupakan cipta kondisi di daerah pariwisata yang terdiri dari keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan, dan kenangan,” jelas Rosalina mantap. Namun dia mengaku sejauh ini jajaran Polda Jabar masih kekurangan personel serta sarana dan prasarana untuk pengamanan tersebut. Ditpamob-

vit Polda Jabar, kata dia, hanya terdiri dari 107 personel. “Dari 107 personel tersebut, hanya tujuh polisi pariwisata saja yang mengawal obyek vital yang kebanyak­ an orientasi untuk pengamanan kawasan bank, hotel, dan tempat wisata,” ujarnya seraya menyebutkan satuan ini baru terbentuk tiga tahun lalu. Dengan kata lain, pengamanan cagar budaya itu hingga kini masih minim. (doni ramdhani/rey)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.