Mundugasm

Page 29

Ajal Dalam tembok kokoh, bersesak doa Lamun mudanya lama hilang. Kini hanya tipis nyawa telanjang, Tak indahkan lagi mata dunia Yang tinggal seonggok mimpi palsu Temaram; ikut bergoyang dengan retak langitlangit --Dan seperti deras angin tak berbibit Sesalnya meriuh akan harta tak berbasuh. Pernah dilongoknya lukisan cita di jendela: Matahari dan hujan, bebocah dan daun, Berat mendung hitam dan kelelawar turun. Biar lupalah perih pikirnya beriba Diri, tentang salak salah dan warna dosa. Baiklah kini di bukanya pintu ajal Yang menanti menempa; ‘tuk kembali ke asal. Bapak menelungkup bersirna pasrah, Ke lorong tempat puja dan resah.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.