Buku wisata kuliner 2014

Page 52

Davos Permen Davos, Permen Kuno yang Melegenda Mungkin anak muda saat ini kurang mengenal Permen Davos. Tapi mereka yang terlahir sebelum tahun 1985, tentu sangat hapal permen kuno berbentuk koin dengan rasa peppermint dibungkus kertas ungu ini. Permen ini bahkan sudah menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Permen Davos memang permen yang melegenda dari Purbalingga. Permen dengan rasa semriwingnya yang kuat ini sedikit berbeda dengan permen-permen yang umumnya beredar di pasaran. Warnanya putih dan berbentuk koin berdiameter 22 milimeter. Satu kemasan rol berwarna ungu, terdiri dari 10 keping permen. Merk permen ini pertama kali diperkenalkan pada masa penjajahan Belanda, tepatnya 28 Desember 1931 oleh Siem Kie Djian. Nama Davos disematkan pada permen yang diproduksi, terinspirasi nama kota berhawa dingin di Swiss. Sangat cocok untuk permen peppermint yang super semriwing ini. Selanjutnya, usaha dikelola secara turun-temurun. Mulai dari anak Siem Kie Djian yang bernama Siem Tjong An (generasi kedua) lalu ke cucu dan cucu menantu, Toni Siswanto dan Corrie Simadibrata (generasi ketiga), cicitnya, Budi Handojo (generasi keempat) dan terakhir ke canggahnya, Nicodemus Hardi (generasi kelima). Pengelola saat ini, Nicodemus Hardi mengatakan, permen Davos sempat mengalami masa suram selama masa penjajahan Jepang. Setelah Jepang hengkang di tahun 1945, disusul diproklamirnya Kemerdekaan RI, perusahaan permen ini kembali bangkit. “Setelah bangkit kembali, kami mulai menggunakan nama perusahaan 'Slamet' yang kemudian seiring berjalannya waktu resmi menggunakan PT Slamet Langgeng & Co. Nama 'Slamet' terinspirasi nama Gunung Slamet yang memang posisinya ada di Purbalingga,” jelasnya. Pada era kebangkitan itu, PT Slamet Langgeng & Co tak hanya memproduksi permen Davos klasik kemasan ungu. Tapi juga memproduksi permen Davos Lux

88

Soedah sejak tahoen 1931 dalam kemasan berwarna hijau dengan rasa mint yang lebih lembut dan berdiameter lebih imut. Lalu Kresna yang kemasannya bergambar wayang Kresna dan Alpina. “Selain permen, sebenarnya perusahaan kami pernah memproduksi limun dan biskuit. Tapi karena kesulitan bahan baku, terpaksa berhenti pada 1973,” jelas Nico. Bahan yang digunakan untuk membuat permen Davos, kata Nico, 98 persen gula pasir dan sisanya mentol serta zat pengikat. Tidak ada zat pewarna, pegawet maupun pemanis untuk produk ini. Namun, daya tahan permen ini bisa 1,5 tahun hingga 2 tahun. Setelah sempat mengalami stagnasi yang cukup lama dan pengelolaan diambil alih Nico, Nopember tahun 2009 diproduksilah permen varian baru, yaitu Koffie, permen rasa kopi. Namun permen Davos Klasik (Davos Roll) kemasan ungu dan Davos Lux kemasan kotak hijau tetap dipertahankan. “Tapi kami juga memproduksi Davos Rol yang dikemas satuan untuk mengimbangi permintaan pasar,” katanya. Nah jadi kangen ya ingin menikmati kembali semriwingnya permen jadul yang melegenda ini? Sekarang Permen Davos tersedia di berbagai kota baik di Jateng, DKI Jakarta, DIY, jawa Barat dan Jawa timur. Tapi kalau sulit menemukannya, bisa juga mengunjungi toko online. Tinggal gooogling saja, ada banyak toko online yang menyediakannya. (*)

89


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Buku wisata kuliner 2014 by humas - Issuu