Harian Nasional

Page 9

HARIAN NASIONAL

SENIN, 21 OKTOBER 2013 | Nomor 51 Tahun I

EKONOMI A9 Eximbank Kejar Kredit UKM 10 Persen

REUTERS | BAZ RATNER

likuiditas

Flug, Gubernur Bank Sentral Israel Wanita Pertama DEPUTI Gubernur Bank Sentral Israel Karnit Flug terpilih sebagai Gubernur Bank Sentral Israel pada Minggu (20/10). Media Israel memberitakan terpilihnya Flug setelah bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Neta­ nyahu pada akhir pekan. Ini meng­akhiri proses yang memalukan berbulan-bulan sete­ lah dua calon sebelumnya gagal. Gubernur Bank Sentral sebelum­ nya Stanley Fischer mundur pada akhir Juni setelah delapan tahun menjabat. l REUTERS | TON SUHARTONO

Jakarta Fashion Week Digelar Hingga 25 Oktober KEMENTERIAN Perdagangan kembali menggelar Jakarta Fashion Week (JFW) 2014 mulai Sabtu (19/10) sampai Jumat (25/10) di Senayan City, Jakarta. Tujuannya agar produk fesyen nasional bisa memasuki pasar internasional. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan pameran ini untuk meningkatkan peranan industri fesyen yang bernilai tambah dalam membangun perekonomian bangsa. “Pameran ini bisa menjadi me­ dia promosi yang efektif untuk me­ nampilkan karya terbaik Indonesia untuk lebih dikenal lagi di industri dalam negeri maupun interna­ sional,” ujar Bayu, Sabtu (19/10), di Jakarta. l DIAN RISKI ROSMAYANTI

the art of war

Pihak (pasukan) mana yang mampu melaksanakan dan menerapkan hukum dan perintah secara lebih efektif? Sumber : Sun Zi Art of War, karangan Chow-Hou Wee, PT Bhuana Ilmu Populer, 2006

Target Trade Expo Indonesia Pengunjung mengamati kendaraan militer produksi Pindad pada Trade Expo Indonesia (TEI) ke-28 di JIExpo, Jakarta, Minggu (20/10). Dirjen Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan yang juga Ketua Pelaksana TEI 2013 Gusmardi Bustami optimistis transaksi sebesar US$ 2 miliar yang ditutup pada Minggu (20/10) itu akan tercapai karena hingga hari ketiga pelaksanaan TEI telah mencatat total transaksi US$ 1,33 miliar atau mencapai 66,5 persen dari target. ANTARA | ANDIKA WAHYU

Pelemahan Rupiah Tambah Defisit Defisit anggaran tidak akan melampaui target karena realisasi belanja modal tidak sampai 100 persen. JAKARTA (HN) P e m e r i n t a h mengakui pelemahan nilai tukar yang saat ini sekitar 15-16 persen berimbas kepada tambahan anggaran subsidi pemerintah. Hal ini ditengarai memberikan beban tambahan defisit anggaran sebesar 2,38 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro dalam paparan di Jakarta akhir pekan lalu menjelaskan sejauh ini rata-rata nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp 11 ribu per dolar AS, sehingga masih dalam batas terkendali. “Namun untuk pos subsidi akan ada kenaikan tetapi tidak sampai membuat defisit anggaran melebar dari target yang telah ditetapkan,” kata Bambang. Menurut dia, pemerintah saat ini fokus pada dampak nilai tukar terhadap defisit anggaran, bukan pada besaran subsidi. “Pokoknya jangan sampai lewat 2,38 persen dari PDB. Itu sudah target maksimal,” katanya. Beban tambahan dalam pos subsidi, kata Bambang, tetap berjalan sesuai pelemahan nilai tukar rupiah. Tapi kalau lewat target dari sisi volume tidak akan terjadi.

Ia mengakui salah satu penyebab defisit anggaran tidak akan melampaui target karena realisasi belanja modal yang dinilai tidak akan mencapai 100 persen.

Depresiasi nilai tukar rupiah dari awal tahun sampai bulan Oktober ada di kisaran 15-16 persen. AGUS MARTOWARDOJO Gubernur Bank Indonesia

“Sampai akhir September realisasi belanja modal masih berada di kisaran 30 persenan, sehingga untuk mencapai 90 persen akan sulit tetapi peme­ rintah akan berupaya mencapai seperti realisasi pada tahun sebelumnya,” katanya. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo me­ ngatakan dari sisi eksternal ada­ nya pergeseran lanskap perekonomian dunia ketika ekonomi negara maju pulih dan negara berkembang cenderung menurun, berpengaruh pada pola alir­

an dana global yang bisa memberi tekanan kepada rupiah. “Depresiasi nilai tukar rupiah dari awal tahun sampai bulan Oktober ada di kisaran 15-16 persen,” katanya. Pertumbuhan China Dorong Neraca Perdagangan RI Ekonom Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty optimistis pertumbuhan ekonomi China 7,8 persen pada triwulan ketiga tahun ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama dari kiner­ ja ekspor yang lebih atraktif. Menurut dia, kenaikan pertumbuhan ekonomi China 1 persen akan meningkatkan ekonomi Indonesia sekitar 0,5 persen. “Kinerja kita sangat tergantung kebutuhan perdagangan dan ekonomi China, kalau perdagang­ an China juga menggeliat maka ekspor kita juga akan meningkat,” kepada HARIAN NASIONAL di Jakarta, Ming­gu (19/10). Di sisi lain, kata Telisa, China juga tengah mengubah haluan ekonomi dari investasi ke konsumsi. Hal itu menjadi tantang­an tersendiri bagi Indonesia. “Tapi China mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meng­ hentikan beberapa produk ekspor andalan Indonesia seperti batu bara,” kata­nya. l CACA CASRIWAN

TANGERANG (HN) – Bank Eks­ por Impor Indonesia (Indonesia Exim­bank) berkomitmen mencapai pembiayaan pada sektor usaha kecil menengah (UKM) hingga 10 persen dari total target pembiayaan sebesar Rp 36 triliun. Meskipun sadar ada risiko kredit macet yang bisa menghantui. Direktur Pelaksana I Exim­ bank Dwi Wahyudi di Tangerang, Sabtu (19/10). Me­nurut dia, tujuan pembiayaan dari Eximbank harus yang berorientasi kepada ekspor. Yang berarti, secara alamiah ekspor itu rata-rata bagi perusahaan yang menengah ke atas karena suplai dan kualitas yang sudah baik. “Kita mencoba kredit UKM kita di level 10 persen. Jadi kalau pembiayaan Rp 36 triliun, untuk UKM sekitar Rp 3,6 triliun. Lagi pula tidak semua kredit macet UKM itu tinggi,” ujarnya. Ia menilai tidak semua sektor UKM memiliki risiko kredit macet yang besar karena Eximbank akan terus fokus pada UKM yang layak dibiayai. Dari sisi bunga pun, bank yang menangani eks­ por impor itu berusaha lebih rendah dari bank lain. Kendati demikian, lanjutnya, sampai saat ini Eximbank tidak terikat pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang mengarahkan perbankan untuk menyalurkan kredit ke sektor UMKM minimal 20 persen. “Kita tidak kena atur­ an PBI itu, maka pembiayaan ke sektor UKM masih di kisaran 8-10 persen,” katanya. Direktur Pelaksana III Exim­ bank Basuki Setyadjid meng­ atakan Eximbank sampai de­ ngan triwulan ketiga tahun ini penya­ luran pembiayaan naik 32,5 persen menjadi Rp 35,6 tri­ liun. “Kami memang fokus me­ nyalurkan pembiayaan di sektor yang belum dibiayai perbankan umum. Apalagi kami fokus pada jenis usaha ekspor,” katanya. Di akhir tahun, menurutnya, perseroan menargetkan pem­ biayaan sebesar Rp 38 triliun, sedangkan untuk target perolehan laba mencapai Rp 720 miliar dari pencapaian pada triwulan ketiga tahun ini sebesar Rp 652,2 miliar. “Khusus untuk pencapaian laba, memang kita tidak lebih tinggi dari industri karena kami memberikan bunga pembiayaan yang lebih rendah,” katanya. Untuk kredit macet, kata dia, sampai September mencapai 3,29 persen untuk kotor, bersih sekitar 1,22 persen. l CACA CASRIWAN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.